DUA-REV

2.8K 336 5
                                    

Holaaaa....

Prof Roti datanggg menemani malamnya gesss....

Jangan lupa tinggalkan jejak biar rame..

Typo chek..!!

☘☘☘

"Ngapain berhenti May?"Tanya Nazla saat May memberhentikan motor di taman depan perpustakaan.

"Masih pukul 3 lebih Nas, gerbang tutup jam 4 kok"

"Terus?"

"Nihh...minum dulu"May menyerahkan satu cup minuman dingin.

"Wahhh seger nih, kamu tadi keluar yaa?"

May megangguk.

"Segernya, Makasi May,"

May tersenyum menanggapi.

"Nas... kalau mau nangis-nangis aja.." Ujar May setelah menatap Nazla lama.

"Ha?Nangis? Ngapain?"Tanya Nazla heran. Kenapa pula si May menyuruhnya menangis setelah memberi minuman kesukaanya. Jikapun pun ia harus menangis itu tadi ketika Haaland mengeluarkan ultimatumnya.

Harusnya aku tadi benar-benar menangis sambil berguling-guling dilantai, supaya tidak di drop out.

"Huffff" Nazla menghela napas setalah mencerna pikian gilanya.

"Aku tadi nguping depan pintu, maksudnya pintunya aku buka dikit jadi kedengeran apa yang di bilang Prof Roti itu,"

"Ihh, May kalau ketahuan gawat tau," Raut Nazla langsung berubah.

"Ya gak lah kan depan pintu samping gak ada cctv. Tapi Kata-kata Prof Haaland pasti yakitin hati kamu Nas, aku aja yang dengernya sakit hati. Dia itu emang aneh, rada-rada psyco mungkin"Jelas May dengan mimik kesal.

"Huss gak boleh ngomong gitu, mau dia aneh tau apa pun itu tapi dia berhak melakukan itu. tadi itu dia pantas kok marahin aku, memang aku yang salah May, aku yang teledor"Ujar Nazla. Dia ingat kata-kata yang di lontarkan Haaland tadi. Sepertinya dia memang tidak pantas bekerja di tim itu. Makin hari kinerjanya samakin buruk. Mungkin dia butuh waktu untuk menangkan diri.

"Iya tapi gak lebay kaya gitu juga Naz, sentrifusnya masih baik-baik aja kok gak rusak. Kok sampe segitunya, kata-kata dia bikin mental down tau gak sih"

Nazla hanya tersenyum miris menanggapi.

"Harusnya aku kerja lebih hati-hati, udah tau Prof memang begitu sifatnya, mestinya aku jangan sampai membuat kesalahan lagi, tapi ini udah kali ketiga dalam dua bulan terakhir, aku pantes di keluarin May.."

"Gak Nas, itu cuma kesalahan sepele, tidak separah kontaminasi kultur virus yang di lakukan Diva waktu itu"Balas May.

Nazla hanya tertunduk menatap cup minuman ditangannya.

"Nass, tapi kayanya kamu gak di keluarin deh Nas..,".

"Lah katanya kamu nguping, masa gak denger dia nyuruh aku ngemas kubikel"

"Iyaa sihh, Nasss...Kalau mau nangis-nangis aja," Ujar May sampil memeluk Nazla.

"Nanti kita bicarain sama mba Nunik, mana tau Claster Patology butuh tambahan assiten,"

"Nangis aja Nas, jangan nangis sendiri di rumah"Lanjut May.

"Heehee.. apa sih May, masak di suruh nangis"

May hanya menatap iba pada Nazla. Sahabatnya itu sudah sebatang kara sekarang. Ibunya sudah meninggal lima tahun yag lalu. Ayahnya menyusul dua bulan yang lalu. Ia tidak punya saudara. Di kampung tidak ada lagi yang akan menanggung hidupnya. Keluarga ayahnya lebih susah lagi, hanya mengandalkan beberapa petak sawah. Dan ayahnya hanya meninggalkan seekor kerbau dan 3 petak sawah. Sawah itu kini di kelola adik ayahnya. Mungkin ia hanya akan dapat kiriman empat bulan sekali. Namun selama ini semenjak ia bekerja ia tidak pernah mengizinkan ayahnya mengirimi uang.

GREAT PROFESOR[18+](END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang