Suasana di kamar kali ini bisa dibilang cukup berat. Berat karena kecanggungan yang kuat sekali.
Setelah menyelesaikan ibadah shalat isya berjamaah -berdua, dengan romantisnya, uwu- Seungmin hanya bisa menghela nafas nya susah dan merasa deg degan. Dia cuma bisa duduk dipojok ranjang sambil memainkan jari jari nya. Sama halnya dengan Hyunjin, yang duduk dipojok ranjang satunya. Mereka gugup dan canggung.
"Eum, mas Hyunjin?" suara lirih penuh kegugupan itu berusaha memanggil yang lebih tua. Seungmin udah berekspektasi buruk tentang respon Hyunjin. Seperti dibentak atau ditinggal.
Namun ternyata dugaan nggak berdasar milik Seungmin itu salah besar. Hyunjin menjawab dengan suara yang sama gugupnya. Lelaki jangkung itu menyeret tubuhnya tepat ke samping Seungmin. Mendekatkan diri pada Seungmin hingga kedua sisi tubuh mereka masing-masing saling menempel.
Membuat Seungmin kaku walau jantung nya malah berdisko ria.
"Iya dek?"
Rupa bak pangeran milik Hyunjin ditoleh kan ke arah samping, mata tajam nya bertabrakan dengan mata lucu milik seseorang yang beberapa jam lalu telah sah secara hukum dan agama menjadi istrinya. Seungmin langsung menundukkan kepalanya malu setelah menatap rupa tampan suaminya dalam jarak sedekat ini. Seluruh muka nya panas, dan telinganya terasa terbakar. Sungguh Seungmin malu.
Tak beda pula dengan Hyunjin. Memang saat memberi senyum pada istrinya ini mimik muka nya terlihat kalem dan tenang. Namun jantung dan telinganya tidak bisa diajak berkompromi. Telinganya sukses memerah malu, dan jantung nya yang tambah berdentum kencang saat melihat senyuman tipis Seungmin, saat si manis menunduk dengan rasa malu yang hampir sama dengan nya.
"M-mas Hyunjin nggak mau itu?"
Yang ditanya tentu saja kaget. Hyunjin nggak nyangka bakal dapet pertanyaan intim seputar hasrat lelaki dominan ataupun tidak, di malam pertama mereka menikah. Dia tersenyum seraya membatin agar jantungnya diam sebentar.
"Memang kenapa?" tanya nya sembari mengulur tangan untuk mengelus rambut selembut kapas milik istrinya. Hyunjin tertegun, rambut Seungmin benar-benar halus dan lembut.
"B-bukannya seperti itu ya untuk m-malam pertama?" Hyunjin terkekeh pelan mendengar pertanyaan yang menyerempet polos dari bilah bibir yang lebih muda. Seungmin yang merasa ditertawakan itu, langsung menoleh dan melihat suaminya dengan wajah yang cemberut.
Hyunjin yang menyadari raut menggemaskan istrinya pun refleks mencubit gemas sisi kiri pipi Seungmin. Membuat pipi si manis jadi merah, entah karena cubitan sang suami atau entah pula karena rasa tersipu. "Memang adek mau, hm?"
"T-tentu mas. Eungh itu udah jadi kewajiban aku, melayani suami" dua kata terakhir itu diucapkan dengan lirih. Bermaksud agar sang suami tidak mendengar perkataannya.
Namun sayangnya, karena suasana yang terbilang sepi, seluruh perkataan si manis terdengar sangat jelas dirungu Hyunjin. Walaupun itu sangat lirih.
Hyunjin beranjak berdiri, membuat Seungmin yang tadinya menunduk melihati karpet bulu yang berada dibawah ranjang itu, pun mendongak cepat karena takut. Takut ditinggal suami atau semacamnya karena telah bertanya yang tidak-tidak.
"Daripada berbuat sesuatu yang belum adek siap secara lahir batin, mending kita saling mendalami diri masing-masing. Bagaimana?" tangan Hyunjin terulur didepan Seungmin. Dengan senang hati, Seungmin sambut uluran itu dan berdiri. Buat yang lebih tua tersenyum karena tidak melihat adanya penolakan dari istrinya.
Hyunjin menuntun Seungmin untuk naik ke ranjang, namun sebelumnya yang lebih tua sempatkan untuk menyumpahi adiknya yang membuat hampir seluruh permukaan ranjang kotor dengan kelopak bunga mawar merah yang membentuk love.
![](https://img.wattpad.com/cover/235026874-288-k95228.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dolce Vita
Fanfiction(dolce vita). "kita semua sayang kamu kok Seungmin. tanpa terkecuali" bxb! Seungmin ! centric Seungmin x skz memb imagine! if u don't like it, just go far away!