Seungmin jenuh. Dia sudah menunggu Hyunjin hampir lima jam lamanya di ruang tari. Bukannya dia jenuh karena menunggu Hyunjin. Dia jenuh karena berkali-kali mengeluarkan suara emasnya untuk memberhentikan Hyunjin yang selama lima jam yang di sebutkan tadi, menari tanpa henti. Tanpa makan dan istirahat, hanya minum semata untuk mengurangi haus yang dirasa.
Ramen yang di bawa Seungmin pun sampai dingin tak tersentuh oleh Hyunjin. Itulah yang membuat Seungmin jenuh, dan mungkin juga kesal.
"Hyunjin! Sudah lah! Jangan memforsir dirimu!"
Akhirnya Seungmin kembali berdiri menghampiri Hyunjin. Tapi Hyunjin mengelak saat di dekati oleh partner sekamar nya itu, dan malah berjalan menuju sofa untuk mengambil handuk. "Hwang Hyunjin!!"
Hyunjin menghela napas kasar. Setiap musik yang diputarnya selesai, di saat itu pula pekikan—bahkan teriakan dari seorang Kim Seungmin kembali menggema. Sebenarnya ia tahu kalau Seungmin khawatir tentang nya. Tapi mau bagaimana lagi jika sudah tuntutan agensi?
"Kenapa?" yang jangkung membalikkan badannya guna melihat wajah sirat penuh khawatir pemuda di belakangnya. Ia memasang wajah sedatar mungkin agar Seungmin merasa ciut.
Tapi bukan Kim Seungmin namanya kalau hanya di tatap datar menjadi ciut. Ia di maki pun masih kokoh bertahan di tempat.
"Berhenti Hyunjin, ayo kita pulang" sorot mata Seungmin melunak seketika. Pandangannya menjadi sayu penuh permohonan kepada yang lebih tua. Ia sungguh-sungguh khawatir dengan Hyunjin. Tak ingin si kelahiran 20 Maret sakit, karena terlalu memforsir diri seperti dua tahun lalu.
"Kim, jika kamu ingin pulang, pulang lah. Aku masih harus berlatih lagi" ucapnya dingin lalu berjalan menuju komputer di ujung ruangan guna menyetel lagu untuk nya latihan.
Sementara Seungmin dengan mulut setengah terbukanya, mulai berjalan mendekati Hyunjin lagi. "Hyunjin! Tolong pulang"
"Aku masih harus latihan Kim Seungmin!! Berhentilah mengoceh!!"
"Kau ingin bertapa menghabiskan seperempat hari mu di ruangan yang menjadi pengap ini huh?!! Kau mau sakit?!!"
"Bukan urusan mu kalau aku sakit!!" tangan Seungmin yang memegang bahu Hyunjin, langsung di hempas kan. Membuat Seungmin menatap tak percaya pemuda yang menjadi lawan debat nya kali ini.
"Bukan urusan ku kau bilang?!! Hei! Jika kau demam saja mengadu pada ku?!!"
"Lantas? Kau tidak ikhlas? Hahaha ternyata seorang Kim Seungmin..."
Hening sebentar. Seungmin menghela napas nya pelan dan sangat berat. Suara tarikan dan hembusan napas nya terdengar hingga ke telinga Hyunjin. "Hyunjin, tolong. Ayo pulang. Apakah kamu tidak lelah? Aku lelah sekali"
"Kalau kamu lelah, kenapa malah kesini bodoh?!! Aku bahkan tidak menyuruh mu untuk menungguiku!! Terima konsekuensi mu karena lebih memilih menunggu ku daripada pulang ke dorm!!"
"Aku menunggui mu karena aku masih punya rasa peduli pada kekasihku!! Aku khawatir!! Aku takut kau jatuh sakit lagi Hwang!!" rasanya mata Seungmin mulai memanas. Memerah, antara menahan amarah dan juga tangis.
"Kau tau? Kekhawatiran mu itu MENGHAMBAT KU Kim! Rasa nya salah besar memang ya menjadikan mu sebagai kekasih ku. Kamu terlalu protektif" Hyunjin menyeringai penuh arti, lalu kembali ke komputer untuk memutar ulang musik yang seharusnya sudah selesai bersama dance.
Hati si manis terasa di remas kuat. Apa katanya? Apa kata kekasihnya tadi? Seungmin menghambat Hyunjin? Begitu? Hahaha lucu sekali
Tapi kesedihan itu ia tampik. Berjalan cepat mendekati Hyunjin dan menarik pergelangan tangannya kasar. "I told you to stop, but you won't stop! I just worried about your health dumbass!! I just asking you to go home and rest!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dolce Vita
Fanfic(dolce vita). "kita semua sayang kamu kok Seungmin. tanpa terkecuali" bxb! Seungmin ! centric Seungmin x skz memb imagine! if u don't like it, just go far away!