Kebun Jeruk Part Dua

113 31 26
                                    

Komen yang banyak, oke? ^_^
Selamat membaca!!

"Dio!" teriak Sasa.

Dio berhenti berlari lalu menoleh. Ia membulatkan matanya saat melihat anjing hitam itu ada di belakang mereka. Sasa menjerit-jerit saat anjing itu berjalan mendekati dirinya.

Mata Dio jelalatan ke bawah mencari sesuatu untuk mengusir anjing itu. Matanya melihat ranting pohon tak jauh dari kakinya. Ia mengambilnya   kemudian melemparkannya sekuat tenaga ke arah si anjing. 

Kena! Lemparan Dio tepat mengenai badan anjing tersebut. Hewan berbulu hitam itu melolong kesakitan kemudian berlari menjauh. Dio mengambil ranting lagi dan melemparkannya lagi. Dan anjing itu lari pontang-panting lalu hilang tak terlihat lagi.

Dio menghampiri Sasa yang sedang bangkit dari posisi tengkurapnya.

"Bangun lo!" kata Dio pada Sasa yang wajahnya pucat pasi.

"Ini gue lagi bangun!" balas Sasa bersungut-sungut.

"Ada anjing bukannya bangun, lari, atau ambil kayu, batu, atau apa gitu buat ngelempar malah jerit-jerit," omel Dio.

"Ya gue kan takut," bela Sasa. Cewek itu membersihkan jaket serta celananya yang kotor.

"Jadi, kalo lagi takut otak lo buntu, ya? Nambah bego juga."

"Gue nggak bego!" 

"Nggak bego?! Bukannya lari malah jerit-jerit aja! Kayak sinetron. Ada mobil bukannya lari malah jerit-jerit!"

"Ya namanya gue takut! Syok!"

"Ya lain kali mikir makanya. Coba berpikir jernih. Terus kalo lari itu liat jalan biar nggak kesandung! Untung gue cepet tanggap tadi. Coba kalo nggak, udah mati kali lo dimakan anjing."

"Ya udah sih maaf!"

"Udahlah. Nggak usah minta maaf. Nggak guna juga," kata Dio sambil mengibaskan tangannya.

Sasa menghela napas pelan. Ia menatap Dio yang memandang ke arah lain. Cowok itu mengusap wajahnya dengan lengan bajunya dan menoleh padanya.

"Kita lanjut cari besok," ucapnya lalu mulai berjalan. 

"Ya," kata Sasa. Ia menyusul Dio yang sudah berjalan beberapa langkah di depan. 

"Ke samping gue, jangan di belakang!" kata Dio tanpa menoleh pada Sasa. "Jangan lelet kenapa sih!"

"Iya-iya!" teriak Sasa sambil menyusul Dio.

"Nyolot," kata Dio dengan mata melotot.

Sasa tidak menanggapi. Ia hanya mengembuskan napas panjang. Malam semakin larut. Udara semakin dingin. Suara jangkrik terdengar semakin nyaring. Nyamuk makin gencar ingin menghisap darah mereka. Suara burung hantu pun mengiringi langkah kedua anak remaja yang membisu itu.

Mereka terus berjalan. Tanpa berkata-kata. Dan lagi, terdengar suara anjing melolong di kejauhan. Malah kali ini, ada anjing yang menyahuti lolongan anjing tersebut.

Dio, tanpa berkata-kata mempercepat langkahnya. Kaki cowok itu panjang sehingga langkah yang ia ambil lebar-lebar. Sasa harus berjuang keras agar mampu menyamai langkahnya.

Suara lolongan anjing itu masih bersahut-sahutan. Membuat Dio semakin mempercepat langkahnya. Ia bahkan tidak peduli pada Sasa yang mati-matian menjajari langkahnya. Cowok itu cuek saja. Atau ia tidak sadar kalau Sasa sulit menyamai langkahnya? 

Terdengar dahan pohon jeruk di dekat mereka bergemerisik. Seketika itu juga langkah Dio terhenti dan ia mengarahkan senternya ke sumber suara. Tidak ada apa-apa. Mungkin hewan yang menimbulkan suara gemerisik tadi sudah lari dan menghilang sebelum tertangkap oleh mata Dio atau Sasa.

Mencari Kucing Dio (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang