Dikejar

53 21 20
                                    

Dio menarik tangan Sasa ke bawah agar ia ikut berjongkok menghindari panah Pak Ompuse. Pak Ompuse jelas saja langsung mengarahkan busurnya ke bawah. Masih ke arah Sasa. Dio memutar badannya menjadi ke depan Sasa, menghalangi panah Pak Ompuse yang mengarah pada cewek itu. 

"Lari," ucapnya pada Sasa sambil mendorong tubuh cewek itu.

Sasa menurut. Ia mulai menegakkan kakinya sampai posisi tubuhnya berdiri lalu berlari. 

Dio menoleh ke belakang. Pak Ompuse mengarahkan anak panahnya ke arahnya, dan tepat saat Dio mulai berlari menyusul Sasa, Pak Ompuse melepaskan anak panahnya. Anak panah itu meleset. Menancap di tanah beberapa sentimeter dari kaki Dio.

"Kita lari ke mana, Yo?" tanya Sasa dengan panik. Di depan mereka hanya ada pepohonan dan tanaman-tanaman liar. 

"Ke mana pun," jawab Dio. "Yang penting jangan sampe nabrak aja," lanjutnya.

Di tempatnya berdiri Pak Ompuse memasang lagi anak panah ke busurnya, mengangkatnya, lalu mengarahkannya ke kepala Sasa.

"Bangke lah!" maki Dio.

Mereka terus berlari, dengan anak panah Pak Ompuse yang masih mengincar kepala Sasa. 

"Lo fokus aja ke depan," kata Dio ngos-ngosan. 

Sasa mengangguk dengan wajah pucat. Dengan takut-takut menoleh ke belakang. Matanya terbelalak melihat Pak Ompuse mengarahkan panahnya ke arahnya.

"Bapak itu kok begitu, sih? Dia mau bunuh kita?" tanya Sasa dengan suara bergetar.

"Nggak tau." Tepat setelah Dio mengatakan itu, anak panah dilepaskan dari busurnya. Melesat cepat, dan akan menancap ke tengkorak belakang kepala Sasa kalau Dio tidak sigap menarik Sasa ke samping untuk menghindarinya.

"Dio, gue takut," rengek Sasa.

Dio tidak menjawab, kini ia berlari ke samping Sasa dan menggenggam pergelangan tangan cewek tersebut lalu menoleh ke belakang. Pak Ompuse berjalan cepat ke arah mereka. Ia mengejar mereka.

"Lari lebih cepet lagi, Sasa!" seru Dio. 

Mereka mempercepat lari mereka, menyibak semak belukar, menginjak duri, dan segala macam tanaman liar yang ada di sana. Sudah tidak memedulikan lagi ke mana mereka berlari, yang ada di pikiran mereka adalah menghindari Pak Ompuse yang masih mengarahkan anak panahnya pada mereka.

"Nggak usah noleh-noleh ke belakang. Fokus ke depan aja," ucap Dio. Sasa menurut.

Jadi, Dio-lah yang menarik Sasa untuk mengindari anak panah yang mengarah pada cewek itu. Dan gesit menghindar saat anak panah itu mengarah padanya. 

Salah satu anak panah mendesing di samping telinga Sasa. Hampir saja mengenainya. Dengan tegang ia menoleh ke belakang. Matanya langsung bertubrukan dengan mata Pak Ompuse yang salah satunya berwarna putih. 

"Nggak usah noleh ke belakang." Dio mengingatkan sambil menyentak tangannya. Seketika itu juga ia langsung mengalihkan pandangannya ke depan.

"Belok ke kiri!" kata Dio.

Mereka berbelok ke kiri. Keduanya mempercepat larinya. Pak Ompuse di belakang mereka juga mempercepat larinya. Rambutnya yang panjang dan berwarna putih berkibar saat bapak itu berlari. Matanya memicing saat membidikkan anak panahnya ke arah Sasa atau Dio.

Dio melompat saat anak panah mengincar mata kakinya. Ia menoleh ke belakang, dan melihat Pak Ompuse mengarahkan anak panahnya ke kaki Sasa. Anak panah dilepaskan, Dio menarik Sasa ke samping kanan. Panah Pak Ompuse lagi-lagi meleset dari sasaran.

"Lari zig-zag, Sa!" kata Dio di telinga Sasa.

"Iya!"

Mereka berlari zig-zag di antara pepohonan. Pak Ompuse masih membidikkan anak panahnya ke arah mereka. Namun, kali ini ia semakin kesulitan mengincar tergetnya. Gerakan berlari zig-zag yang dilakukan Sasa dan Dio membuatnya sulit memfokuskan bidikannya.

Mencari Kucing Dio (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang