Menempel Poster

116 29 44
                                    

Makasih yang yang udah mo baca:) Baca sampai akhir ya:))

Bilangin kalo ada typo ya☺️

"Sasa! Woi!" teriak Dio untuk entah yang keberapa kali.

Sasa masih lari tunggang-langgang. Cewek itu bahkan meninggalkan sepedanya. 

Dio masih mengejar Sasa yang berlari sekitar sepuluh meter di depannya. Lari cewek itu lumayan cepat juga ternyata. Atau itu efek karena Sasa ketakutan, ya? Entahlah. Yang pasti Dio sampai ketinggalan jauh dengannya.

Apa sih yang diliat cewek itu? tanya Dio dalam hati. Hantu, kah?

"Sasa! Berhenti kenapa sih!" teriak Dio lagi.

Namun Sasa tetap berlari. Masih dengan kencang. Tak memedulikan teriakan Dio.

Saat akan sampai di pertigaan gang, Sasa berhenti berlari. Ia kemudian berjongkok dan membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan. 

Melihat Sasa berhenti, Dio menghentikan larinya. Ia lalu berjalan pelan menuju Sasa. Napas cowok itu ngos-ngosan. Mereka berlari lumayan jauh. Ditambah Dio berlari sambil berteriak-teriak memanggil Sasa.

"Lo kenapa sih?!" tanya Dio saat sudah berada dekat Sasa. Kedua alis cowok itu bertaut memandang Sasa yang masih menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangan.

Sasa tidak menjawab pertanyaan Dio. Cewek itu malah semakin membenamkan wajahnya. 

Dio membuang napas kasar. Ia lelah dan kesal. Lelah karena habis berlari-lari dan berteriak memanggil Sasa. Dan kesal karena cewek itu malah berlaku tidak jelas.

"Lo kenapa?!" tanya Dio lagi.

"Gue nggak mau ke rumah itu! Gue nggak mau lagi ke rumah ituuu!!" jerit Sasa. Suaranya tertahan di antara lipatan tangannya. Tapi masih terdengar amat keras.

"Ya kenapa? Apa apa?" tanya Dio.

"Gue nggak mau ke rumah itu lagi! Nggak mauuuu!! Nggak mauuuu!!"

"Kenapa?" tanya Dio mulai frustasi.

"Gue nggak mau ke rumah itu lagiiiii!!! AAAAAAAAAA!!!!!"

Dio menutup telinganya rapat-rapat. Sekarang Sasa malah menjerit-jerit tidak jelas.

"Berisik! Lo kenapa, sih?!"

"AAAAAAAAAA!!!" 

"BERISIK!!" Dio belas berteriak. 

Jeritan Sasa berhenti. Cewek itu mengangkat wajahnya dari lipatan tangan. Wajahnya merah dan berpeluh. Efek karena berteriak dengan keras. 

Dengan napas yang memburu ia mengusap keringat di dahinya dengan lengan bajunya. Ia memandang Dio yang menatapnya dengan sorot lelah.

Wajah cowok itu juga merah dan berkeringat. Ia mengusap kepalanya dengan tangan kanannya dan mengembuskan napas kuat.

Dio tidak berkata apa-apa. Cowok itu lalu duduk di sebelahnya kemudian meluruskan kaki. 

"Istirahat dulu deh," katanya pendek. 

Sasa menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menekuk lututnya dan menopangkan dagunya di antara kedua lututnya. 

Dio di sebelahnya menopang tubuh di tanah dengan kedua tangan di belakang. Kedua remaja itu menghela napas pelan. Menatap ke kejauhan dengan mata yang lelah. 

Sekarang pukul lima lebih lima belas menit. Nyamuk dan serangga-serangga lainnya mulai berdengung di sekitar mereka. Satu dua nyamuk hinggap di kulit Sasa dan Dio. Menusuk kulit mereka dan menghisap darahnya. Tapi kedua remaja itu tidak memedulikannya. Mereka sibuk melamun menatap kejauhan.

Mencari Kucing Dio (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang