Part 38

7K 727 24
                                    

Irene tampak begitu antusias menanti kepulangan Taehyung dan Jungkook. Bersama sang suami ia dengan sabar menanti di arrival gate, sejam menunggu dan hatinya berdegup cepat ketika melihat yang ditunggu-tunggu telah sampai.

"Anakkuuuuuuu!!!" Taehyung yang mendengar teriakan sang ibu langsung bergegas lari menghampiri Irene, tak dapat dipungkiri ia pun sama rindunya dengan sang ibu.

"Eomma!" Tangannya direntangkan lebar, bersiap menerima pelukan hangat sang ibu.

Malu.

Sungguh malu rasanya Taehyung ketika Irene hanya melewatinya untuk memeluk Jungkook.

'Sebenarnya siapa anak kandungnya?'  Taehyung jengkel melihatnya, tangannya masih terbentang luas untuk menerima pelukan.

"Sini, appa peluk biar kau tak malu." Beruntung Suho ada disana, merasa iba melihat putranya menjadi korban dari tingkah istrinya.

Irene langsung menggendong Somi, rasa rindunya sudah cukup lama ia pendam. Setelah dirasa cukup puas membalas rindu, mereka beranjak untuk kembali ke rumah keluarga Taehyung. Sepanjang perjalanan Jungkook sibuk melihat pemandangan luar, benar-benar rindu dengan kota ini.

Perasaannya jauh membaik dari terakhir kali ia berada di Seoul, pikirannya tak mengawang pada kejadian yang menyakiti hatinya lagi. Ia kembali di kota ini dengan suasana hati yang baru dan semangat yang besar. Dua bulan membuatnya makin sadar akan perasaannya untuk Taehyung bahwa ia benar-benar telah menyerahkan hatinya untuk lelaki itu. Kali ini Jungkook tak akan sungkan untuk mengungkapkan rasa cinta dan kagumnya untuk Taehyung, ia ingin Taehyung juga merasa dicintai olehnya.

Pernikahan mereka yang sempat ditunda selama sebulan juga akan dilaksanakan dua minggu lagi, kali ini Jungkook tak akan menunda ataupun mundur. Ia tahu bersama dengan Taehyung adalah pilihan terbaik yang diberikan Tuhan untuknya.

"Sayang, apa aku boleh melihat mama sebentar? Ingin memberitahu padanya juga kalau sebentar lagi kita akan menikah."

Taehyung yang sedang sibuk pada laptopnya terperanjat, ia tahu suatu saat pertanyaan ini akan dilontarkan Jungkook.

"Taehyung, biar bagaimanapun ia juga ibuku. Aku tak apa, aku sudah baik-baik saja."

Senyuman sendu Taehyung menjadi jawabannya, pria itu mengiyakan permintaan Jungkook. Jungkook hanya tersenyum tulus, raut wajahnya begitu tenang meski disampingnya Taehyung terlihat begitu risau, Somi ia titipkan pada Irene.

Agaknya Taehyung merasa heran ketika sadar bahwa raut wajah Jungkook tak berubah bahkan ketika mereka memasuki areal pemakaman.

"Jungkook..."

Hanya seulas senyuman kecil terbit dibibirnya, menempatkan dirinya didepan pusara yang terdapat foto seseorang yang ingin ditemuinya, foto sang mama.

"Kenapa diam saja, Taehyung? Ayo sini, kau tidak ingin minta restu juga ya?"

Keterdiaman Taehyung membuat Jungkook menariknya untuk mendekat, membiarkan pandangan bingung Taehyung tak terjawab.

"Ma, maaf baru bisa datang sekarang, aku benar-benar butuh waktu untuk pulih dari keterpurukanku, maaf juga karena aku tidak mengabulkan permintaanmu saat kita bertemu. Taehyung itu bahagiaku, ma. Aku yakin semua manusia pantas merasa bahagia, termasuk juga aku." Tangannya terulur menyentuh foto dan meletakkan red and white carnations dibawahnya.

Carnation, atau yang bisa disebut sebagai bunga anyelir ini punya nama ilmiah Dianthus caryophyllus, banyak yang bilang kata 'Dianthus' berasal dari sebuah legenda Yunani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Carnation, atau yang bisa disebut sebagai bunga anyelir ini punya nama ilmiah Dianthus caryophyllus, banyak yang bilang kata 'Dianthus' berasal dari sebuah legenda Yunani. Dimulai saat Dewi Diana, dewi perburuan baru saja kembali dari kegiatan perburuan yang gagal. Saat itu ia melihat seorang gembala yang sedang bermain seruling dan menyalahkan musiknya yang telah membuat perburuannya gagal. Karena kesal, ia pun menyerang sang gembala dan menarik matanya keluar. Setelah tenang, Dewi Diana menyesali perbuatannya. Di tempat mata gembala tersebut jatuh, setangkai bunga anyelir merah tumbuh, perlambang darah yang tidak bersalah. Maka dari itu, bunga anyelir sering disebut bunga para dewa-dewi.

Pada umumnya, anyelir merah diartikan sebagai cinta dan kasih sayang yang mendalam, sedangkan anyelir putih memiliki arti kesetiaan. Warna putih juga mewakilkan perasaan cinta ataupun rasa syukur yang murni, menggebu, mendalam, serta rasa syukur.

Banyak yang beranggapan anyelir merah diperuntukkan untuk merayakan Hari Ibu bagi mereka yang ibunya masih hidup dan anyelir putih diperuntukkan sebagai kado menyambut Hari Ibu untuk ibu yang telah tiada. Jungkook termasuk orang yang beranggapan seperti itu mengenai bunga anyelir ini.

"Aku iri pada mereka yang bisa memberikan ibunya anyelir merah saat Hari Ibu, aku juga ingin seperti itu.  Maka untuk mengganti sekian banyak perayaan Hari Ibu yang kulewati tahun-tahun sebelumnya, aku memberikanmu anyelir merah ini. Dan, untuk memperingati Hari Ibu tahun ini, aku memberikanmu anyelir putih."

Jungkook tersenyum ke arah Taehyung, tak ada kesedihan dalam raut wajahnya.
"Taehyung, maaf. Aku sudah tahu semuanya, aku diam-diam melihat ponselku disaat kau melarangku. Aku juga tak sengaja telah melihat email tentang hasil tes DNA ketika kau lupa menutupnya saat aku lewat dibelakangmu."

Ucapan Jungkook membuatnya terbelalak, rasa bersalah menyerangnya begitu saja.
"Maaf, aku tidak bermaksud menyembunyikannya padamu."

"Tidak perlu minta maaf, Taehyung. Aku tahu maksudmu baik, kau tak ingin aku terjatuh dan bersedih lagi. Terima kasih, tapi kuharap kedepannya kau harus jujur padaku. Aku harap tak ada yang disembunyikan lagi. Untuk seterusnya aku akan berusaha untuk bertambah kuat, aku akan mencoba untuk menghadapi semuanya dengan dewasa."

Sosok Jungkook benar-benar sempurna di mata Taehyung, bagaimana lelaki itu menghadapi masalah dan bersikap tegar akan semuanya membuat Taehyung makin ingin melindunginya, ingin orang sebaik Jungkook tetap dalam tempat yang aman.

"Ma, sebelum ini aku pernah menikah. Namanya Jihoon, orangnya manis sekali. Dia duluan yang mengutarakan perasaannya padaku, bahkan sebelum itu ia selalu berada disampingku tanpa peduli perasaannya akan terbalas atau tidak. Sosoknya yang ceria membuatku hangat, ia pernah menjadi penyemangat sekaligus alasanku berjuang, ma. Tapi Tuhan lebih sayang padanya, karena tepat setelah anak kami lahir ia diberikan rumah yang jauh lebih baik dari rumah sederhana kami, Tuhan mempersilakannya untuk tinggal di surga. Oh, mama juga belum bertemu anakku. Sebelum lahir, Jihoon sudah mempersiapkannya nama yang indah, Jeon Somi. Dia malaikat kecilku, ma. Dia juga alasanku berjuang ditengah peliknya hidupku."

Tanpa dikehendaki, air mata Jungkook menuruni pipinya. Ia hanya terlalu larut dalam ceritanya.
"Awalnya aku merasa hidup ini tak adil dan menyakitkan bagiku. Tapi, ternyata aku yang tak sadar bahwa selama ini aku begitu beruntung. Ketika Tuhan mengambil Jihoon, Tuhan juga memberiku orang-orang baik yang menyayangiku. Ma, aku sayang mama. Kalau bertemu papa, tolong sampaikan bahwa aku juga menyayanginya."

Ia berdiri dan menggandeng Taehyung, merapikan anyelir yang diberikannya dan memberikan penghormatan terakhirnya sebelum pulang.

"Taehyung.."

"Hm?"

"Ayo pulang, Somi sudah menunggu kita."

.
.
.

Tbc

Your Last (Taekook/Vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang