[10] Paket

47 9 0
                                    

Happy 1k ⛅

Guanlin tengah menyiapkan perlengkapannya. Mulai dari koper hingga cemilan. Setelah selesai di bawanya keluar kamar. Dia meletakkan barang-barangnya tepat di depan pintu bersama barang milik Jihoon.

"Lin. Inget. Hatinya dibuat senang-senang. Jangan dibikin susah" ujar Seongwoo yang menyiapkan sarapan.

Ya, Guanlin dan Jihoon akan berangkat tiga jam lagi. Nanti mereka berkumpul di tempat latihan lalu berangkat menuju Bandara.

Guanlin tersenyum tipis lalu ikut menyiapkan sarapan.

Malam itu, Guanlin hampir menangis. Apalagi mendengar kalau Seongwoo dipecat.

"Abang gak dipecat. Istilahnya PHK, di tempat abang kerja itu ada pengurangan pegawai dan abang salah satunya. Lagian sekarang abang udah kerja ditempat lain. Guan sering denger kan kalau ada perusahaan yang ramai mem-PHK pegawainya? Nah sekarang terjadi sama Abang" ujar Seongwoo seraya mengusap air mata Guanlin.

"Terus sekarang Abang kerja dimana?"

"Ditempat yang lebih baik. Guan gak perlu khawatir. Suatu saat, Abang bakal ajak Guanlin ke sana. Tapi bukan sekarang atau besok. Kapan-kapan"

"Abang gak dijahatin kan? Kalo Abang dijahatin, inget sama yang Guanlin ajari" balas Guanlin. Agak cengeng memang manusia satu ini.

"Lin. Dua minggu itu gak lama kalau kamu merasakan dalam keadaan senang hati. Itu akan terasa singkat kalau kamu bahagia. Ya?"

Guanlin teringat dengan kalimat itu. Hatinya terasa mengganjal karena harus berpisah dengan Seongwoo meskipun hanya dua minggu.

"Maaf ya Lin. Abang gak bisa nganter ke bandara" ujar Seongwoo

"Gak papa bang. Guan bakal rajin ngirim kabar ke Abang. Kalo perlu Guan bakal spam foto sekalian"

Seongwoo tertawa gemas lalu mengusap rambut Guanlin.

Daniel baru selesai mandi dan langsung menyeret kursi lalu duduk di depan meja makan. Badannya yang masih terbalut handuk tidak menghalanginya untuk meraih piring yang berisi makanan.

"Eh Kudanil. Ganti baju dulu napa. Gue tarik  handuknya, mampus lo" ucap Guanlin jengkel. Daniel tidak menggubrisnya.

Guanlin mendekat dan menarik handuk yang melilit tubuh Daniel, Untung saja Daniel sigap dan langsung menepis tangan Guanlin, "Lin! Sembarangan Lo! Mau liat?"

"Dih apaan?"

"Niel. Macem-macem Lo" cetus Seongwoo yang mengamati mereka berdua.

"Macem-macem gimana? Gue nanya Guanlin mau liat handuk gue yang baru. Kok macem-macem?" ujar Daniel

Seongwoo memutar bola matanya dan melanjutkan menyiapkan sarapan. Ya, dia tidak peduli dengan Daniel yang sudah menyantap duluan tanpa menunggu yang lain.

"Jihoon. Jaehwan. Sarapan" teriak Seongwoo layaknya ibu kost. Tapi memang benar. Setelah Seongwoo berteriak demikian. Manusia yang dipanggilnya itu keluar dari kandangnya masing-masing.

Jihoon keluar dari kamarnya setelah bermain sebentar dengan boneka pinguinnya. Jaehwan yang sejak pagi tadi menyanyi tidak jelas juga ikut keluar kamar. Kini mereka berlima sudah berkumpul di meja makan.

"Niel. Kok Lo makan duluan?" ucap Jaehwan seraya menepuk pelan bahu Daniel lalu menyeret kursi dan duduk.

"Hooh. Gak pakek baju. Kayak gini cita-citanya mau jadi orang nomor satu di Korea"

Guanlin menahan tawanya dengan menutup mulutnya. Seongwoo memperingati Guanlin supaya tidak tertawa disaat makan.

"Awas aja. Suatu saat orang-orang bakal panggil gue CEO Kang" balas Daniel tak mau kalah.

Beautiful 2 | Onglin [BOOK 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang