[6] Ujian Hidup

171 19 1
                                    


Seongwoo membeku sejenak. Dia sendiri terkejut. Ternyata Daniel sudah mengetahui semuanya. Tentang pemecatan secara tidak hormat itu sampai dia mencari pekerjaan saat ini.

Daniel menepuk kepala motor.

"Lo jangan pergi Seong" Daniel menatap Seongwoo dengan mata berkaca-kaca.

Seongwoo mengerinyit bingung. Sepertinya Daniel salah informasi. Dia menghela nafas.

"Tunggu. Lo itu tau dari mana?" Seongwoo memegang bahu Daniel.

"Maafin gue. Semalem gue sengaja baca diary Lo.."

Seongwoo membelalakkan matanya, "Lo-"

"Iya iya.. gue minta maaf udah lancang. Tapi dari kemarin gue perhatiin, Lo itu kayak punya masalah. Kenapa Lo gak cerita sama gue? Di diary Lo itu. Lo bilang kalo Lo bakal pergi kalo Guanlin ninggalin Lo" ucap Daniel panjang lebar sambil berkaca-kaca.

Tuh kan. Daniel salah informasi. Perasaan gue nulis, 'Gue bakal ikut pergi ngikutin langkah Guanlin yang sukses' dan itu gue nulis udah lama banget. Sebelum Guanlin lulus, batin Seongwoo.

Seongwoo menghela nafas, "Enggak. Gue gak ada masalah apa-apa. Minggir"

Seongwoo menyalakan mesin motornya yang sempat mati lalu memajukan motornya beberapa centimeter hingga Daniel menyingkir dari depannya.

"Gue berangkat ya?" Seongwoo menoleh Daniel lalu menutup kaca helmnya.

"Seong" Tangan Daniel menahan kepala motor itu.

Seongwoo membuka kaca helmnya, "Apa lagi?"

"Lo beneran gak ada masalah kan?" ucap Daniel tidak percaya. Seongwoo mengangguk pelan. Agak ragu namun terlihat menyakinkan. Daniel menjauhkan badannya agar Seongwoo bisa melewatinya.

Seongwoo menutup kaca helmnya lalu melajukan motornya pergi dari rumah.

Daniel mengamati motor Seongwoo yang semakin menjauh. Lalu kakinya melangkah berbalik menuju ke kost.

+++

Seongwoo berhenti disebuah cafe. Dia turun dari motornya dan memasuki cafe tersebut.

"Pesan apa?" ucap seorang pelayan sambil mengambil sebuah catatan.

"Enggak. Saya mau ngelamar kerja" ucap Seongwoo sambil mengeluarkan sebuah map yang berisi surat lamaran kerja.

"Sebentar" pelayan itu pergi memasuki sebuah ruangan yang menurut Seongwoo itu adalah ruangan pemilik cafe ini.

Seongwoo mengedarkan pandangannya. Melihat betapa indahnya suasana cafe ini. Dengan diiringi musik klasik, manambah nuansa cafe ini seperti berada di jaman dulu. Cafe bercat cokelat ini, seolah membawa pelanggan mengunjungi masa lalu. Ditambah lagi, sebuah ruangan VIP untuk tamu khusus. Baru saja memikirkan bekerja disini, sudah membuat Seongwoo puas.

"Jadi kamu yang mau bekerja disini?"

Seongwoo menoleh ke arah suara. Terlihat seorang lelaki berkemeja kotak-kotak merah berdiri di hadapannya. Seongwoo mengangguk sambil tersenyum.

"Ikut ke ruangan saya" ujar lelaki itu pergi mendahului Seongwoo yang berada di belakangnya.

Ketika memasuki ruangan itu, Seongwoo menghela nafas. Berusaha tidak gugup.

Dia dipersilahkan duduk di depan lelaki berkemeja itu.

Tanpa menunggu ucapan sang pemilik cafe itu, Seongwoo menyodorkan map yang ia bawa dari kost ke atas meja di depannya.

"Kamu Seongwoo bukan?" ucap lelaki itu. Seongwoo mengerinyit. Bagaiman orang ini tau namanya, padahal dia belum memperkenalkan diri.

"Iya. Saya Seongwoo"

Beautiful 2 | Onglin [BOOK 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang