[9] Ketahuan?

60 10 3
                                    


Guanlin dan Jihoon baru pulang dengan membawa dua kantong kresek besar yang isinya makanan semua. Entah siapa yang membayar itu semua. Tetapi sudah pasti mereka semua patungan untuk membeli makanan itu dan pastinya Woojin hanya menyumbang 10%. Setidaknya Woojin ikut patungan.

Mereka langsung disambut oleh Daniel dengan mata berbinar.

"Ehh, ini punya gue" ujar Guanlin mempertahankan kantong kreseknya yang hendak direbut oleh Daniel. Sedangkan Jihoon dibiarkan lolos sehingga makanan miliknya aman sejahtera.

"Berbagi Lin. Sekali-kali Lo ngasih gue. Masa gue terus yang ngasih Lo"

"Salah siapa ngasih, orang gue juga gak minta. Minggir" usir Guanlin lalu dia menyusul Jihoon ke kamar untuk menyembunyikan hartanya.

"Awas lo Lin. Kalo Lo minta sesuatu gak bakal gue kasih. Apapun itu. Sebelum Lo minta maaf ke gue" lirih Daniel mengancam namun sebenarnya hanya bercanda.

Guanlin keluar kamar lalu menghampiri Daniel didepan layar televisi.

"Abang mana?"

"Keluar"

"Kemana?"

"Nyari makan"

"Wah pasti makanan di dapur Lo abisin kan?"

Daniel menoleh. Lelaki berbahu lebar itu tersenyum menampakkan gigi kelincinya.

"Ah kebiasaan lo. Taunya cuma makan. Makanya gendut"

Daniel terperanjat, "Lo bilang gue gendut? Hah. Gendut? Kayak gini gendut?"

Guanlin terpingkal mendengar itu. Suara Daniel seperti anak kecil membuat Guanlin geli hingga ingin mencekiknya hidup-hidup.

"Canda. Lo kan ideal. Idaman lagi"

Terdengar suara motor datang. Lalu terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam rumah. Guanlin menoleh lalu tersenyum ke arahnya.

"Abang dari mana?"

"Beli mie instan. Stok di rumah abis" ujar Seongwoo menunjukkan kantong kresek sedang.

"Kudanil yang abisin" ucap Guanlin mengadu

"Dia udah tau" sahut Daniel tanpa menoleh

Seongwoo tertawa kecil kemudian berlalu ke dapur.

"Lo sih. Kasian abang"

"Gue laper. Jangan salahin gue dong"

"Lagian makan mie instan tiga bungkus sekaligus. Gak baik buat perut Lo" ujar Guanlin.

"Perut perut gue"

"Kalo Lo sakit gue sukurin" ucap Guanlin lalu mencubit pipi Daniel hingga memerah. Pasti sakit.

"Sakit!"

"Sukurin!" Guanlin mengejek Daniel dengan menjulurkan lidahnya lalu menghampiri Seongwoo di dapur.

"Nyebelin banget sih tu anak. Untung sayang"

Seongwoo yang tengah menata mie instan, dipeluk Guanlin dari belakang. Memang akhir-akhir ini Guanlin sering melakukan itu. Apalagi langsung di lanjutkan dengan kata-kata.

"Guan sayang abang" lirihnya ditelinga Seongwoo.

Tinggi mereka yang sepadan bahkan jika dihitung dengan meteran mungkin Guanlin lebih tinggi 1-2 cm dari Seongwoo. Itu yang memudahkan Guanlin berbisik tepat di telinga Seongwoo.

"Abang tadi dari mana?" Guanlin melepas pelukannya.

"Beli ini. Kan tadi Guan udah nanya" balas Seongwoo sembari menunjuk barang yang di tata nya ke dalam lemari. Lalu menutup lemari itu selesai menata. Dia berbalik.

Beautiful 2 | Onglin [BOOK 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang