U

94 18 17
                                        


Sama seperti keadaan Han Jisung, luka tusukan yang didapat Hwang Hyunjin juga berada di dada sebelah kiri, juga garis horizontal dari sayatan pisau sepanjang lehernya. Minho sebenarnya biasa saja, namun Felix sudah terlebih dahulu menariknya menjauh karena tidak menyukai bau anyir darah yang tajam.

Orang ini sudah mati saja, padahal baru tadi malam Minho menggibahinya bersama Chan, temannya itu yang memulai duluan.

"Hyunjin katanya terkenal banget di kampus woi," itu kata Chan semalam.

"Kak Minho masih gamau ngaku?"

"Ngaku apaan sih? Buktinya tadi gue di dalem unit gue kan, gak keluar," Minho menjawab pertanyaan Felix dengan ketus.

Padahal tadi dia sedang sibuk menjadi detektif, sekarang malah seenaknya dituduh:(

"Gue gak tau apa-apa, Lix―eh, woi! Kim Seungmin!"

Felix mengikuti arah pandang Minho, mendengus pelan. Yang dipanggil tidak jadi membuka pintu unit-nya, memandang Minho balik dengan tatapan bertanya.

"Apaan, kak?"

Minho dengan semangat yang menggebu menghampiri Seungmin yang jaraknya dua unit ke kanan dari unit miliknya. "Lo udah ninggalin gue dua kali! Sakit woi ditinggalin! Sekarang gue mau tanya!"

Felix mengikuti dibelakang, malah semakin menaruh curiga pada keduanya, tapi ia hanya diam, siapa tahu dia dapat info baru.

"Lo tau soal surat itu?"

Seungmin menyunggingkan senyum. "Udah tau jawabannya?"

Minho berdecak. "Gue nanya, jangan nanya balik. Lo tau soal surat itu?"

"Nggak," jawabnya singkat sambil mengangkat bahu.

"BOONG!"

Minho dan Felix saling berpandangan, keduanya menyerukan kalimat yang sama omong-omong. Entah kenapa si Lee yang lebih muda ikut-ikutan berseru.

"Ngapain lo ikut teriak juga?"

"Gak tau, sebel aja dengernya," jawab Felix sambil melirik Seungmin galak.

Yang dilirik tidak peduli, toh sebentar lagi giliran dia yang akan mati.

"Yang bener, Min!"

"Iya, gak tau," ulang Seungmin.

Baik Minho maupun Felix sama-sama menghembuskan napas kasar, bukannya mendapat jawaban malah mendapat umpan emosi.

"Tapi kalau mau tau sih, gue kasih tau," Seungmin bersuara lagi.

"PAN TADI GUE NANYA BEGONO!" Seru Minho frustasi.

"Apaan?! Cepetan kasih tau!" Felix juga tidak kalah gemas, gemas ingin mencakar Seungmin maksudnya.

Seperti sebelum-sebelumnya, yang disodorkan pertanyaan tetap tenang walaupun dua orang didepannya sudah nampak ingin menelannya hidup-hidup.

"Yang perlu kalian tau itu―"

Kalimatnya menggantung, Minho bisa melihat Seungmin melirik kearah belakangnya dan Felix, membuatnya spontan menengok kebelakang, namun tidak menemukan siapa-siapa.

"Apaan sih?" Felix bertanya ketika melihat Minho tiba-tiba menengok kebelakang.

"Gak tau―"

"―unit 38 jadi sasaran selanjutnya, malam ini."

Pandangan Minho dan Felix kembali fokus pada Seungmin yang barusan berbicara.

"Unit 38? Itu bukannya―" Felix diam, mematung.

"―unit lo, Seungmin?"

Seungmin mengangguk pelan. "Karena malem ini gue mati, gue cuman mau ngasih tau, surat yang kak Minho terima jangan dibuang, jangan sampe ketahuan sama temen kak Minho."

Minho menunjuk orang disebelahnya. "Felix?"

Yang disebut menengok bingung. "Kok gue?"

Seungmin mengangguk lagi. "Gak papa kalo dia."

"Tapi.. temen gue? Siapa? Kalian juga temen gue anjir, temen unit!" Protes Minho.

Sayangnya, pertanyaan itu menguap karena Minho dan Felix kembali ditinggalkan oleh yang ditanya.

Kim Seungmin ditemukan tewas pagi harinya, kembali dengan luka tusukan di dada sebelah kiri dan sayatan pisau membentuk garis horizontal di lehernya.









l̸̰͙̦͈͍̳̟̻̑̇e̴̛͓͖̺͚̳͇͉͐̽͜͝ţ̸̨̩̫̣͓̬̳̦͋͋̈́͘͜t̷̬̺͔̥̩͋̾̽̈̃e̸̺̖̞̻̣̎̄̔̽̈́͝r̵̪̍͒̇͛̎̿͗͘ş̵̺̤͓̘͉̟͓̓ͅͅ


[ ; ] aku update lagi heuheu, bye, bye, mong~ suka banget liat divorced couple itu berantem:" btw, ini panjang yuhu~

Letters [Stray Kids]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang