P

96 19 8
                                    


"AAAAA!!"

Minho tercengang di tempat, baru saja membuka pintu unit, suara jeritan seseorang―sepertinya perempuan―dari lantai bawah terdengar sampai keatas. Pikiran pemuda itu kalut, firasatnya benar-benar tidak enak, langsung saja ia menuruni tangga buru-buru menuju kebawah.

"Kak Minho mau kemana sih njir, tiba-tiba lari macem dikejar utang," umpat Felix ketika melihat yang tertua diantara ketiganya itu melesat keluar tiba-tiba membuat dua orang lainnya reflek mengikutinya.

Jeongin berlari disebelahnya, mengangkat bahu. "Gak tau, ilah kaget sih," keluhnya.

Suara orang-orang mulai terdengar, tetapi justru menambah tingkat firasat buruk Minho. Mereka nampak mengerubungi sesuatu, Minho menyelinap diantara mereka. Kemudian ia menyesal telah melakukannya.

Karena yang tengah dikerubungi oleh penghuni apartemen bawah adalah mayat orang yang daritadi ditunggu-tunggunya, Seo Changbin.

"K-kurang ajar," Minho dengan tatapan kosong perlahan melangkahkan kaki mundur, dan menabrak orang lain dibelakangnya.

"Astaga, kak, liat-liat―eehh kak Minho kenapa?" Felix dan Jeongin buru-buru memapah tubuh yang lebih tua karena tiba-tiba saja terduduk.

"Itu pada ngapain dah?" Felix menengok kearah kerubunan orang-orang, terdengar juga suara sirine polisi dari kejauhan, lantas karena penasaran ia menghampiri kerumunan itu.

"Kak?" Jeongin melambaikan tangannya didepan wajah Minho, mencari fokus pemuda itu.

"I-itu C-Changb-bin.."

Felix kembali dengan raut tidak percaya. "I-itu temennya kak Minho bukan sih.." suaranya semakin keujung semakin pelan.

Jeongin gantian menatap keduanya, lalu menengok kearah kerumunan, matanya tidak sengaja menangkap genangan darah walaupun terlihat samar-samar baginya.

"Gila," yang termuda segera mengerti keadaannya.

"Kalian tau kan siapa orangnya?" Tanya Minho setelah beberapa saat lalu terlarut dalam pikirannya.

Felix terlihat berpikir. "Bang? Tar lu, kek pernah denger sih―"

"―kak Chan?" potong Jeongin, yang langsung diangguki oleh Minho.

"Hah anjir?! Kak Chan? Maksud gue, that Chan? That Bangchan?!" Tanya Felix tidak percaya, juga diangguki Minho yang kini tengah berusaha berdiri, sedangkan Jeongin gemas dengan pertanyaan tidak berbobot dari Felix tersebut.

"Gak ada lagi yang punya marga Bang disini selain dia," Minho melangkahkan kaki menghampiri polisi yang tengah bertanya pada penghuni unit bawah.

Dia harus cepat sebelum si pembunuh gila―yang sialnya adalah temannya selama ini―menentukan target selanjutnya. Minho sungguh tidak akan pernah memaafkannya.

Awalnya polisi tidak percaya, tentu saja. Tapi Felix dan Jeongin datang membantu, tidak lupa menyerahkan tiga surat tulisan tangan Seungmin sebagai bukti lain. Minho, Felix dan Jeongin sepakat bekerja sama dengan polisi untuk mengepung Chan yang dipastikan berada di lantai unit ketiganya tinggal. Dia pasti menyelinap pergi sebelum korban terbaru ditemukan oleh penghuni unit bawah.

"Biar kami yang lewat tangga," ketiganya menganggup, percaya pada polisi yang akan naik lewat tangga sedangkan mereka lewat lift.

"Kak, gue gak yakin deh," ujar Jeongin ketika mereka setengah berlari menuju lift apartemen.

"Gak yakin kenapa?" Minho bertanya balik ketika pintu lift terbuka dan ketiganya langsung melangkah masuk tanpa melihat keadaan lift.

"Merinding ya lo? Gue juga anjir," Felix mengusap lengannya.

Pintu lift tertutup bersamaan dengan Minho yang berucap―

"Dia pasti ketangkep."

"Loh? Bukannya kalian yang ketangkep sekarang?"

―dan suara Chan.









l̸̰͙̦͈͍̳̟̻̑̇e̴̛͓͖̺͚̳͇͉͐̽͜͝ţ̸̨̩̫̣͓̬̳̦͋͋̈́͘͜t̷̬̺͔̥̩͋̾̽̈̃e̸̺̖̞̻̣̎̄̔̽̈́͝r̵̪̍͒̇͛̎̿͗͘ş̵̺̤͓̘͉̟͓̓ͅͅ


[ ; ] KOK MEREKA BISA GAK LIAT SIH ADA ORANG DIDALEM LIFT?! jangan tanya aku plis:" maksa banget ini chapter woi:" dahlah gaada yang baca ini ra ngapa:"

Letters [Stray Kids]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang