(15) Pasar Malem

15 3 10
                                    

Tujuh orang Remaja yang tengah berada dirumah Arisha menghela napasnya dengan menyenderkan punggung pada tembok disampingnya.

Mereka baru saja menghabiskan 10 bungkus samyang dan 2 mangkuk seblak dan 1 piring rujak hingga perut mereka rasanya ingin meledak. Nathan saja sampe tertidur disamping meyla karena kekenyangan.

"Eh, kak kevan mana?" Tanya Hanin

Arisha yang tengah menyenderkan punggungnya menjadi tegak, kemudian mengedarkan pandangannya kesekeliling. beberapa menit lalu kevan memang meminta izin untuk pergi kekamar mandi tapi sampai sekarang belum kembali juga.

"Tadi katanya mau ketoilet." jawab marcell membuat hanin mengangguk kemudian kembali memainkan hpnya.

Namun entah kenapa Arisha malah menjadi gelisah. Disaat semuanya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, Arisha masuk kedalam rumah untuk mengecek keadaan kevan.

"Kak Kevan?" Panggil Arisha didepan pintu kamar mandi tapi tak ada sahutan dari dalam malah terdengar suara orang muntah.

Hatinya menjadi tak tenang, kemudian ia mengetok pintu kamar mandi beberapa kali hingga tak lama pintu terbuka menampilkan wajah kevan yang memucat.

"Kak, kenapa?" Kevan mengusap Wajahnya yang sudah ia basuh kemudian tersenyum.

"Gue gapapa, sa. cuman yah ... gue gak bisa makan pedes jadi muntah."

"Kenapa engga bilang sih kak? kenapa juga dimakan? akibat nya makan pedes nanti lo gimana? gapapa kan? atau malah harus masuk rumah sakit? Aduh, gimana dong gue engga tau."

Kevan menangkap pipi Arisha dengan kedua tangannya Membuat gadis itu seketika diam dengan mata yang mengerjap-ngerjap. Wajahnya dan kevan sangat dekat hingga membuat jantungnya berdegup kencang belum lagi pipinya yang tiba-tiba memanas.

"Gue gapapa, gak parah juga kok. lo khawatir?" goda kevan dengan senyum jahil yang terpangpang jelas diwajahnya membuat Arisha salah tingkah dengan menepis pelan tangan kevan.

Kevan terkekeh pelan melihat Arisha yang salah tingkah. Pemuda itu maju selangkah kembali menepis jarak diantara keduanya. "Gue seneng kalo lo khawatir."

"Apa sih kak? gue cuman merasa bersalah aja kalo lo sakit gara-gara seblak masakan gue, kan nanti gue juga yang harus tanggung jawab."

Pemuda itu mundur selangkah, kepalanya mengangguk. "Gue gapapa kok."

"Y-yaudah gue keluar duluan."

Tanpa menunggu jawaban dari kevan Arisha langsung berjalan keluar. Kevan hanya menatap dalam diam."Gue terlalu ngegas banget kayanya, yah?" gumamnya kemudian berjalan keluar mengikuti Arisha.

.














"Loh, Aini? orang tua gue udah pulang?"

Semuanya menoleh pada Arisha, Membuat Galih menurunkan gadis kecil itu yang sedang ia gendong.

Dengan berlari kecil Aini langsung menghampiri Arisha untuk digendong.
"Itu tadi bibi lo kesini, Aini daritadi ada dirumah bibi lo engga dibawa." Jawab Hanin.

"Gitu?"

"Eh, ada siapa nih?" Aini melirik kearah belakang kemudian memeluk Arisha dengan kencang menyelungkupkan kepalanya pada leher jenjang Arisha.

"Van, muka lo nakutin sih jadi Aini takut sama lo." Kevan mengumpat dalam hati.

Pemuda itu tak menyerah untuk mengajak Aini untuk mau berbicara dengannya. Memangnya wajah dia seram apa? padahal, kan ganteng gini bisa bikin kaum hawa ambyar hanya dengan kedipan sebelah matanya.

Boom heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang