(13) Kerumah Arisha

9 6 1
                                    

Tatapan mata indahnya menatap lurus pada layar laptop didepannya sesekali matanya melirik pada buku tebal dipangkuannya. Suasana sepi perpustakaan membuat suara ketikan pada keyboardnya terdengar begitu nyaring.

"Van, nama-nama yang lolos seleksi udah gue tempel dimading." Ucap benji pelan tanpa mengalihkan pokusnya pada buku tebal matematika dikedua tangannya.

Kevan menoleh sekilas,"Nama yang udah gue bilang, lo lolosin, kan?"

Benji hanya berdehem menjawab pertanyaan kevan. Pemuda itu kembali sibuk menghapal rumus-rumus yang akan ada dalam olimpiade tahun ini.

"Arisha siapa van?" Ketikan kevan pada keyboard terhenti, kepalanya menoleh kebelakang.

Galih, teman sekompleknya itu menyengir lebar kemudian mengambil duduk disamping kevan. "Waktu itu gue belum sempat nanya, cewek yang lo bawa kelapangan komplek itu siapa? gebetan?"

"Iya si Arisha." Kevan Menatap kesal kearah depan, lebih tepatnya kearah Marcell.

Galih tersenyum menggoda kemudian menoel-noel bahu kevan dengan telunjuknya.
"Kok engga ada cerita, van?"

Kevan berdecak, kemudian kembali mempokuskan diri mengerjakan tugasnya daripada menjawab pertanyaan dari Galih.

Hey, siapa yang tak kenal Galih? Pemuda berkulit hitam manis itu hampir seluruh warga sekolah mengenalnya. Si penyebar gosip, meskipun Cowok pemuda itu benar-benar memiliki mulut yang seperti cewek-cewek pada umumnya.

"Cell, Arisha kelas berapa woy? mau gue samperin." Kevan menendang kaki kursi yang diduduki galih hingga pemuda itu jatuh tersungkur kebawah.

Marcell berdiri, kemudian tertawa dengan begitu kencang melihat galih yang tersungkur, sementara kevan pura-pura tak tahu dan melanjutkan kembali mengetik pada laptopnya.

Kerusuhan itu langsung mendapat peringatan dari penjaga perpustakaan membuat Marcell merapatkan bibirnya dan kembali duduk dengan tenang tanpa membantu galih yang masih menggerutu kecil.

"Lah, kak ngapain duduk dilantai? itu kursi masih banyak yang kosong." Galih mendongak, kemudian berdiri membenarkan seragamnya yang kisut.

"Gue jatoh anjir, noh gara-gara dia." Tunjuk galih dengan raut wajah nya yang kesal.

"Eh, itu kak kevan sa."

Deg

Jantung kevan berdebar kencang ketika menoleh kesamping, Arisha tengah tersenyum padanya. Kedua orang itu sempat bertatapan layaknya sinetron tapi tak bertahan lama, Karena galih mengacaukannya dengan menimpuk kepala kevan dengan buku tipis yang ia gulung.

Marcell bahkan sampai terkekeh pelan melihat wajah terkejut kevan.

"Untung diperpustakaan." Gumam kevan pelan dengan tatapan jengkel yang ia tujukan untuk galih yang sedang menyengir lebar kearahnya.

"Kenapa?" Tanya kevan setelah menguasi dirinya kembali

Arisha menyenggol meyla pelan, mengkode agar gadis itu yang menyampaikannya membuat meyla menatap Arisha dengan kesal kemudian duduk disamping Marcell.

"Gini loh, Arisha mau bilang makasih sama kak kevan. soa-"

"Kalo mau ngobrol mending diluar, ganggu orang yang mau belajar." Meyla meneguk ludah, kemudian menunduk kala benji memotong ucapannya.

Galih terkekeh kecil, "Intinya aja mey."

"Intinya gue mau ngajakin kak kevan ikut main kerumah Arisha! mau kaga? biar nanti gue balik bisa nebeng."

"Eh?" Arisha melotot kecil kemudian mencubit tangan meyla pelan membuat gadis berpipi chubby itu meringis

Arisha menghela napasnya, bukan ini yang ingin ia ucapkan. Ia hanya ingin mengucapkan terima kasih bukan mengajaknya main? Ingin Rasanya Ia mencubit meyla dengan kencang agar gadis itu tak selalu mengada-ngada.

Boom heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang