(2) Arisha Febriana kirei

38 6 1
                                    

"ARISHA WOY ICHA"

"Apaan sih anjir?" Hanindya yang sedang memainkan hpnya disebelah Arisha hanya mendelik kearah gadis yang dengan hebohnya masuk kekelas.

"Apaan?kenapa?" Tanya Arisha saat Meyla sudah mendekat kebangkunya.

"Kak marcell balikan lagi ama mantannya!" histeris Gadis berambut lurus itu.

"AH YANG BENER? ANJIR IH KOK TIBA-TIBA?" Arisha sampe bangun dari duduknya saking kagetnya

"Gak nyangka sih anjir!"celetuk hanin membuat keduanya mengangguk dengan bibir mengerucut.

Arisha duduk kembali,"pengen nangis ih." katanya dengan suara bergetar.

"Eh bambank lo beneran naksir?" tanya hanin sambil memegang bahu Arisha.

"Gue kira cuman kagum doang lo." Meyla mengusap pelan tangan Arisha yang perlahan terdengar isakkan kecil.

ya gimana gak sedih? Arisha menyukai Marcell dari awal mos.

Saat itu Marcell menolongnya saat ia terjatuh dikoridor dan pada saat itulah Arisha jatuh cinta pada pandangan pertama pada marcell sang ketua osis Sma Garuda.

"dahlah mending kita kelapangan aja, cuci mata." kata meyla mencoba mengalihkan topik yang langsung dimengerti oleh Hanin.

"Ya, bener tuh. kuy?"Ajak Hanin lalu menarik-narik tangan arisha agar berdiri dari duduknya. Arisha menggeleng, gadis itu malah menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya dimeja.

"kalian aja sana,"

Meyla dan Hanin berpandangan. kedua gadis itu memandang Arisha dengan perasaan iba.

Hanin mengangguk lalu menepuk bahu meyla mengisyaratkan untuk pergi.

"Yaudah kita keluar dulu, sedihnya jangan lama-lama nanti kau bisa mati rasaaaaaa tega-"

Hanin langsung mendorong meyla dengan gemas. disaat temannya sedang galau begini gadis berambut panjang itu malah menyanyikan lagu tiffany-kenangan.

Arisha tak bereaksi. membuat hanin langsung menarik meyla keluar kelas.

Arisha pun mengangkat kepalanya saat kedua temannya sudah pergi. Dan dikelas pun hanya ada dirinya membuat isakkan tertahannya kembali terdengar dibarengi keluarnya air bening dari matanya.

Hatinya sakit padahal dulu ia hanya sekedar kagum pada Marcell tapi kenapa saat cowo itu balikan dengan mantannya hatinya sesak.

"Sadar ca lo gak bisa sama kak marcel." katanya seraya mengusap Air matanya dengan suara bergetar.

Plop!

Plop!

Dengan enggan, tangannya perlahan meraih hp didepannya

Vino eskrim: Udah denger berita?

Vino eskrim: woy jawab

Arisha hanya menghela napas membaca chat dari sepupunya itu dan enggan untuk membalasnya.

Vino eskrim Memanggil...

dengan kesal Arisha pun mengangkat teleponnya.

Gadis itu kesal. kenapa mereka tidak membiarkannya sendirian dulu. ia sedang tak ingin diganggu siapa pun.

"Heh anjir, lo kaga nangis,kan?"

"ck. ngapain sih lo?" sewot gadis itu sambil meletakkan kepalanya pada lipatan tangan dimeja.

"kalem mba kalem. Sini cerita sama gue nanti pulang sekolah" kata nya disebrang sana.

"Jangan disue suein nanti." rengek gadis itu membuat sipenelpon sedikit terkekeh.

Arisha memang selalu cerita mengenai hal apapun pada sepupunya itu termasuk kisah percintaannya.

Walaupun vino cowok tapi arisha nyaman saja jika curhat pada cowok itu.

"Dimana vin?"

"Gue,kan hari ini ada latihan basket. jadi dibelakang lapangan basket aja. sambil ngadem deket pohon," Arisha mengangguk.

"iya,iya. udah yakk? mau lanjut galau-galauan gue." tanpa kata lagi Arisha langsung memutuskan sambungannya.

Gadis itu Lalu meletakkan kembali hpnya dan memejamkan matanya.






































































"Lah Mana dah sivino?"

Sesampainya dilapangan. Mata gadis itu menyelusuri seluruh lapangan basket namun tak menemukan Pemuda yang dicarinya yah ... meskipun dilapangan sedang ramai karena sudah memasuki waktu pulang atau juga karena kumpul latihan basket.

"Aduh ca, saoloh dia bilang, kan dilapangan basket bego." Umpat gadis itu pelan sambil menepuk jidadnya.

Dengan segera ia pun pergi kebelakang lapangan basket.

pantas saja vino menyuruh menemuinya dibelakang lapangan soalnya sepi.

Begitu sampai. Matanya langsung menangkap Punggung cowo yang sedang duduk dekat pohon.

"Nah, sivino." Gumamnya. membuat langkahnya semakin cepat.

Arisha duduk didekat pohon dengan membelakangi pemuda itu.

Ia tak mau duduk bersampingan dengan vino karena terlalu malu dan apalagi vino pasti meledeknya kalo tau matanya sembab karena menangisi sang ketos.

"Vin. Kak Marcel vin dah segel, Padahal gue dah suka sama dia dari zaman mos." isak Arisha tertahan.

Setiap mengingat Marcell hatinya selalu sakit dan air matanya selalu keluar Membuat gadis itu kesal. Kenapa harus nangis?

"Vin lo mah diem mulu. Hibur kek." sewot arisha. tangannya melempar-lemparkan daunan ringan kesal dengan asal.

"Vinnnn kak Marcel dah kaga jombloooooo." Rengek Arisha dibarengi dengan kepalanya yang menengok kebelakang.

Seketika tubuhnya kaku. Mulutnya kelu tak bisa berbicara apa pun.

"Nama gue Kevan bukan vin. Salah orang lo." Arisha Mengerjap-ngerjapkan matanya Kala Pemuda didepannya itu berdiri.

Gadis itu berdehem lalu ikut berdiri. ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ma-maap kak ... sa-saya kira tadi vino."

"Serah." Ketusnya. Pemuda itu lalu berjalan pergi dari belakang lapangan basket dengan rahangnya yang sedikit mengeras.

"Anjir,anjir, anjir lo vinoooo. Gue maluuuuuu."

"Kenapaaaaa harussss curhat sama kak kevannnn sih? ih anjir parah-parah-parahhhhh." Rengek gadis itu sambil menghentak-hentakkan kakinya ketanah dengan kesal.

"Cuih galak banget lagi tuh orang bikin tambah badmood aja njir.".

Disisi lain Pemuda yang baru saja keluar dari belakang lapangan itu mengepalkan tangannya menahan kesal.

"Dia suka sama marcell..." Lirihnya. Lalu perlahan menghela napasnya dengan kepalan tangannya yang perlahan melonggar.

TBC....

HUHU GAK SUKA CUAP CUAP SAIA.

INTINYA YANG SUKA VOTE KALO ENGGA NO MASALAH.

OKE CLEAR..





Boom heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang