Satu hal yang sangat dilarang oleh Agama Islam, tapi sering kali dilanggar oleh kaum hawa adalah ghibah atau menggunjing. Dalam Alquran dijelaskan bahwa menggunjing sama dengan memakan daging orang yang digunjingkan mentah-mentah. Tapi tetap saja, jika ada perkumpulan para perempuan tidak pernah melewatkan sesi menggunjing. Seperti aku, Lyra dan Kak Diana. Dua minggu cukup bagi kami untuk akrab, dan menjadi tim ghibah yang solid.
“Jingga, tahu enggak tadi tuh aku ketemu Dhika di kampus.”
Sore itu, di sela-sela kegiatan di kampus dan di pesantren yang semakin padat, Lyra membuka sesi ghibah dan mengambil Dhika sebagai objeknya. Beberapa hari terakhir Lyra memang begitu gencar membicarakan Dhika. Berawal dari perkenalan mereka di majlis ta’lim, lalu berujung pada saling mengundang untuk bermain game online bersama.
“Dhika yang di Asrama Abu Bakar Asshidiq itu?” Kak Diana menanggapi dengan antusias. Tangannya memang cekatan melipat pakaian yang baru saja diambil dari jemuran, tapi fokusnya malah tertuju pada Lyra.
“Iya, dia anak Komunikasi Penyiaran Islam, angkatan 2019.” Aku menimpali dengan menahan diri agar tidak terlihat begitu ingin tahu akan apa yang terjadi pada Dhika. Apakah sudah pernah kukatakan bahwa apapun tentang Dhika bisa menarik perhatianku?
“Ternyata ruang kelasnya di sebelah ruang kelasku mata kuliah Filsafat, tadi ketemu waktu pergantian jam. Kalau menurutku, dia berbeda sekali waktu kuliah.”
“Berbeda bagaimana, Ra?”
“Dia kalau di kampus berani banyak bicara, penampilannya juga berbeda. Sepertinya dia menjadi idola mahasiswi, apalagi waktu pegang kamera.”
“Dari dulu dia suka fotografi sih.”
“Sepertinya kamu tahu banyak tentang Dhika.”
“Eh…yaa kan dulu kami pernah satu departemen di kepengurusan.” Aku menjawab dengan sedikit tergagap. Ada hal-hal yang menurutku belum siap untuk kubagi pada Lyra dan Kak Diana. Misalnya tentang Dhika dan perasaanku padanya.
Ghibah tentang Dhika merembat ke ghibah-ghibah lain. Tentang Rey, si cupu yang mencoba berubah menjadi orang berkepribadian ramah. Tetapi di mata perempuan, dia terlihat aneh dan malah mengakibatkan momen canggung setelah dia melemparkan lelucon-lelucon yang tidak lucu. Rey berkuliah di program studi Tafsir Hadits angkatan 2019. Lalu tentang Alvin, dia seorang abdi ndalem, yaitu santri yang mengabdikan dirinya kepada keluarga pengasuh pesantren. Alvin berkuliah di program studi Hukum Keluarga Islam. Kemudian perghibahan itu usai setelah Lyra menceritakan Huda, lelaki yang telah menjadi kekasihnya sejak kelas 3 madrasah aliyah di awal kedatangannya di Jawa Timur.
“Dia baik, hanya terkadang dia begitu posesif.”
“Kamu bisa bertahan sampai setahun dengan orang posesif?” Pertanyaanku dijawab Lyra dengan senyuman.
“Terlanjur nyaman, tapi sepertinya aku menemukan orang yang lebih baik daripada Huda.”
“Biar kutebak, Dhika?” Ucapan Kak Diana belum ditanggapi oleh Lyra, tapi mendengar satu kemungkinan itu saja aku sudah jatuh terpuruk pada ketidakpercayaan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahun Ke-7
ChickLitHalo, aku Jingga, santri putri di pondok pesantren Daarud Dzikri. Ini tahun ketujuh aku berada di pesantren. Tiga tahun pertama di tingkat Madrasah Tsanawiyah-setara SMP, tiga tahun setelahnya di tingkat Madrasah Aliyah-setara SMA, lalu sekarang di...