3.2-Si Cantik Lyra

19 4 0
                                    


Setelah kemarin peraturan ma'had aly disosialisasikan, mulai malam ini kegiatan ma'had aly sudah dimulai. Sejak seusai salat isya berjamaah Lyra, bersiap untuk pergi ke majlis ta'lim, sedangkan aku masih rebah, sambil membaca novel. Aku tahu jadwal malam ini diampu oleh ustaz yang longgar dalam hal kedisiplinan. Tak akan bermasalah jika aku datang terlambat. Selain itu, aku tidak membutuhkan banyak waktu untuk bersiap. Bagiku, pergi ke majlis ta'lim tidak memerlukan riasan. Cukup bedak tipis, dan parfum.

"Jingga, kamu enggak ke majlis ta'lim?" Kak Diana, teman sekamarku itu bertanya setelah melihat Lyra yang sibuk menggambar alis.

"Bentar kak, nanggung banget ini novelnya."

Aku kembali fokus membaca novel hingga gawaiku berdering memberitahukan satu pesan dari Dhika yang menanyakan apakah aku sudah berangkat ke majlis ta'lim. Di antara tiga lelaki yang menjadi teman seangkatanku di ma'had aly, aku memang paling dekat dengan Dhika. Dulu, di masa madrasah aliyah kami pernah menjadi pengurus di departemen yang sama.

Aku segera bangkit. Menabur bedak ke wajah, menyemprotkan parfum ke tubuh, lantas memakai jilbab dan jas almamater ma'had aly. Semuanya memakan waktu tak lebih dari 15 menit. Bahkan sekarang Lyra masih memakai jilbabnya. Aku membalas pesan Dhika dengan mengatakan bahwa aku dalam perjalanan menuju majlis.

"Ra, ayo berangkat."

"Bentar, bentar." Lyra masih menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya, lantas bercermin sekali lagi. "Ayo."

"Kamu yakin berangkat ke majlis ta'lim begitu?" Ucapan Kak Diana menahan langkahku. Aku kembali ke depan cermin. Kurasa tidak ada yang salah dari penampilanku.

"Iya Kak, emang mau gimana lagi?"

"No Make up?" Aku mengerutkan kening.

"Aku enggak pernah pakai make up yang berlebihan sih, Kak."

"Engga pakai lipstik?" Aku menggeleng. "Ra, pakein Jingga lipstik gih. Lihat itu dia kelihatan pucat."

Satu hal yang aku sesali ketika berada di kamar yang sama dengan Kak Diana, dan Lyra adalah mereka bersikeras mendadaniku. Sedangkan aku sendiri acuh tak acuh dengan make up dan kawan-kawannya.

"Sini sini Jinggga sayang, pakai lipstik dulu." Lyra menghampiriku dengan lipstik warna merah di tangannya. Aku menatapnya takut.

"Stop! Ra, Lyra jangan ikut-ikutan Kak Diana dong."

"Lagian kenapa sih kamu enggak mau pakai make up?" Akhir dari peperangan dan kejar-kejaran itu, Lyra bertanya dengan terengah-engah.

"Awalnya karena aku enggak mau ribet, tapi semakin ke sini aku berfikir bahwa being beautiful takes your time, your money, and your happiness."

Malam itu, di hari pertama majlis ta'lim aku dan Lyra tidak mengikuti pembelajaran karena pertengkaran mengenai definisi cantik, dan pro kontra make up bagi wanita.

Tahun Ke-7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang