Di malam hari, Uda telah menyelesaikan kegiatannya. Segera Ia mengambil ponselnya untuk membuka aplikasi WA takut jika ada info penting yang terlewatkan. Betapa terkejutnya Uda melihat isi pesan yang dikirimkan oleh anak didiknya, dengan cepat dan teliti ia membaca semua informasi yang diberikan untuknya. Setelah paham, ia segera memikirkan rencana apa yang sekiranya dapat menyelesaikan masalah yang cukup besar bagi dirinya sendiri maupun bagi pasukan.
Setelah mendapatkan rencana, Ia dengan cepat menghubungi Duriah untuk membahas permasalahan ini. Setelah itu Uda juga mengumumkan di grup bahwa besok masih tetap latihan seperti biasa yang akan dimulai pada pukul delapan pagi. Ia juga menugaskan Ade untuk datang ke latihan besok sama seperti tim inti.
Begitulah tanggungjawab sebagai pelatih. Harus bisa membagi waktu antara kepentingan pribadi dan kepentingan anak-anaknya. Adakalanya saat lelah dengan urusan pribadi, mau tak mau ia juga harus menyelesaikan masalah yang dialami anak didiknya. Tak jarang jika pelatih harus berjaga semalaman untuk membuat variasi formasi, memikirkan agenda, mendalami karakter-karakter yang dimiliki seluruh anggota, berusaha mencari jalan keluar jika terjadi masalah, dan lain sebagainya.
Berat memang, tapi rasa berat itu tergantikan oleh rasa ikhlas dan rasa kasih sayang yang tak tertandingi. Walaupun benar-benar lelah, pelatih akan berusaha untuk senyum dihadapan anak-anaknya. Jika sedang sedih, akan berusaha sekuat tenaga untuk menahan air mata agar tak jatuh. Walau sedang tak bahagia, akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan anak didik tercintanya. Semoga lelahnya dapat membuahkan hasil yang terbaik. Semoga saja dia tidak pergi selamanya. Semoga.
.
.
.
.
.Di pagi hari yang nampaknya terlihat berawan ini, terlihat sekumpulan orang sedang melaksanakan pemanasan. Saat melakukan lari, tidak ada nyanyian dan gebrakan yang biasanya membuat gejolak hati mereka membuncah. Saat pemanasan, tidak ada teriakan hitung bersama yang biasanya membuat semangat mereka terasah. Belum terlihat batang hidung seorang pelatih dan juga seorang wanita yang kemarin berbicara seenaknya yang membuat hati pasukan terluka dan berdenyut sakit.
Saat matahari hampir berada di puncaknya, pasukan pun segera memberhentikan latihan. Dengan teratur mereka duduk berbaris sambil meminum air putih untuk sekedar menghilangkan dahaga.
Betapa terkejutnya pasukan saat melihat sang pelatih dan Duriah jalan berdampingan menuju arah mereka dan berdiri tepat di depan.
"SELURUHNYA BERDIRI."
"SIAP LAKSANAKAN."
Dengan sigap pasukan berdiri dan membentuk barisan rapih.
"Oke langsung saja. Disini Uda bakal meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antara pasukan dan Duriah. Ingat, Uda hanya meluruskan. Untuk penjelasan lebih lanjut Uda serahkan kepada Duriah. Silahkan." Dengan ragu Duriah pun melangkahkan kakinya maju ke depan.
"Selamat siang. Saya Duriah disini ingin menjelaskan mengenai hal yang Duriah katakan kemarin." Dengan menahan tangisnya, Ia melanjutkan penjelasannya. " Waktu kemaren pas Duriah bilang kalo Duri ngerasa males dan paskib itu ga guna sebenernya itu bohong..... Emang sengaja Duriah bohong. Du-duriah gak pernah merasa males dan Paskibra sangat berguna buat Duriah..."
Tangisnya pun pecah seketika. Dengan gugup ia mencengkram kain celana yang ia pakai untuk tetap bisa mengontrol emosinya.
"TERUS KENAPA LU GA MAU CERITA KE KITA? KITA INI SAHABAT KAN? KOK LU TEGA SIH HAHHH? JAWAB?" Teriak Dini sambil menangis sesenggukan. "Kata-kata kamu itu ngebuat kita sakit hati Dur..." Tambah Iren yang tak kuasa menahan air matanya.
"Duriah bisa jela-"
"MAU JELASIN APA LAGI? SAKIT TAU GAK SIH HIKSS DIKHIANATIN SAMA SAHABAT SENDIRI." Amarah Ires keluar dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA, BERSAMA.
MaceraSebuah keluarga, yang dibentuk dari beberapa perbedaan. Dengan disiplin, kerjasama, mandiri, dan pelatihan mental fisik mereka dibentuk menjadi pribadi yang lebih baik. . Setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing. Begitu juga dengan keluarga...