Hantaman

27 9 0
                                    

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Mungkin saking kita terlalu menikmati masa hidup. Atau malah sebaliknya? Entahlah. Yang bisa menjawab hanya kamu sendiri. coba sekarang kamu tanya kepada diri sendiri, kenapa waktu begitu cepat berlalu? Apakah karena kamu terlalu menikmati hidup atau sebaliknya? Jika kau menjawab menikmati, selamat. Kamu berhasil untuk lebih mensyukuri hidup. Untuk kamu yang belum, tak apa. Belajar bersyukur tak semudah seperti menghabiskan uang, coba saja pelan-pelan. Semoga bisa. Pasti bisa.

Dari berlatih statis, sekarang sudah berlatih formasi.
Sudah berlatih formasi, sekarang latihan full.
Sudah latihan full, tibalah gladi kotor.
Sudah gladi kotor, sekarang tibalah gladi bersih.

Sungguh latihan yang berat memang, lelah letih sudah biasa mereka rasakan hampir setiap harinya. Drama kehidupan sudah sangat akrab dengan mereka. Tapi, mereka mencoba untuk menikmati semuanya, mereka tetap mempertahankan semangat dalam dada tanpa menghapusnya dengan keputusan asaan. Kuncinya sama seperti tadi, bersyukur.

"Besok lomba, kira-kira bisa tidur gak ya?" Tanya Ires yang sangat tak sabar untuk segera bertempur di perlombaan nanti. Riham pun nampak menggelengkan kepala, merasa gugup untuk perlombaan besok. Dan orang lain nampak kelelahan setelah mencoba tiga putaran lomba tanpa jeda dan istirahat.

"Kebiasaan gak bisa tidur kalau besoknya lomba. Pasti Uda nyuruh kita tidur sebelum jam 9 malem, tapi aku sih ngeyel hehe." Ujar Dwi dengan jujur. Dan yang lain nampaknya menyetujui pernyataan tersebut.

Saat mereka tengah asik berbincang-bincang, pelatih secara tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Sudah selesai shalatnya?."

"SIAP SUDAH."

"Oke kalau sudah kita lanjut makan terlebih dulu. Silahkan ambil makan dan membentuk 2 barisan saling berhadapan."

"SIAP."

Dengan cepat mereka mengambil makan di tas mereka, tak lupa mengumpulkan minum di satu titik. Setelah itu mereka segera membentuk barisan rapih, menyiapkan makanan, berdo'a, lalu menyantap makanannya.

.
.
.
.
.

"Masa mau gladi kayak gini gerakannya? Mau menang? Atau mau kalah?"

"Kita capek-capek latihan sebulan bukan buat seru-seruan, bukan buat nyiksa kalian, kita disini punya tujuan buat juara. Padahal kemaren gerakannya udah bagus, kenapa sekarang malah gak sama? Kenapa temponya acak-acakan?"

Hanya terdengar bentakan di lapangan basket itu. Dapat disimpulkan bahwa pelatih sangat kurang puas dengan latihan hari ini. Pasukan hanya bisu tak mampu menjelaskan apa yang telah mereka lakukan.

"Ini H-1 loh, yakin gerakannya mau gini? Yakin suara kalian yang kecil bakal kedengaran di perlombaan nanti? Kalau misalkan ini yang terakhir gimana?"

Yang awalnya menunduk, kini pasukan dengan bersamaan mengangkat kepalanya dan menatap pelatih. Terakhir? Apa maksudnya?

"Tolong, Uda minta kerjasamanya sama kalian. Coba tunjukkin gerakan yang bener, gak capek kalian dimarahin terus sama Uda? Mau menang kan? Coba bangkit dan lebih semangat lagi. Tunjukkin kalau kalian bisa, capek kita diinjek-injek sama orang di luar sana, yakin sama diri kalian kalau kita bisa juara. Tunjukkin ke semua guru kalau PASKIBRA bukan sekedar ekskul yang biasa, kita bisa buat bangga sekolah dengan prestasi kita. Tunjukkin gerakan kalian yang sebenarnya, tunjukkin tenaga kalian, gebrak lapangan sampai buat orang-orang merinding, teriak dengan lantang sampai suara kalian habis. Kita bungkam mulut orang-orang yang suka hina kita."

"BISA DIPAHAMI?"

"SIAP BISA."

"BISA DIPAHAMI?"

"SIAP BISA."

"SELURUHNYA BERHIMPUN."

"SIAP."

Dengan penuh semangat pasukan berhimpun dan menghampiri pelatih. "Kita jargon dulu, teriak sekenceng-kencengnya. Keluarin suaranya.

"SIAPA KITA?"

"SANGGA SANGGA BUANA BUANA YES."

Teriak mereka bersamaan untuk membakar semangat dalam jiwa.

"Uda kasih waktu sepuluh menit untuk koreksi diri dan koreksi bersama-sama, kita persiapan gladi. Kita harus selesai sebelum sore. BISA DIPAHAMI?"

"SIAP BISA."

Setelah itu, mereka langsung melakukan pengorekan diri, melakukan gerakan bersama-sama, menyamakan detail gerakan, mengeluarkan suara saat variasi, dan mempertajam gebrakan awal. Semangatpun semakin hadir di sekitar mereka. Dengan menggunakan pantofel, sabuk putih, serta baret merah mereka siap untuk melakukan gladi bersih.
.
.
.
.
.

"HENTI GERAK."~

"PANDANG TERUS KEDEPAN, PANDANG BELAKANG MATI SEKALIAN."

"LURUS."

"Seluruhnya berhimpun."

"SIAP."

Akhirnya gladi telah dilaksanakan. Terlihat raut wajah pelatih yang tak seburuk tadi. Memperlihatkan raut wajah datar yang membuat pasukan bingung.

"Oke untuk gladi Alhamdulillah sudah bagus. Tinggal kalian mempertahankan gerakannya untuk lomba besok. Inget ya besok kita kumpul di Bohlam, jam 6 sudah kumpul. Jangan sampai barang bawaan ada yang ketinggalan. Dan juga minta doa ke orang tua sebelum berangkat. Paham?"

"Siap paham."

"Ada tambahan?"

"Jangan lupa malem ini solat dan berdo'a ya." Tambah Iren agar mereka tak lupa meminta kepada yang maha kuasa. "Jangan bergadang ya Dini ehem." Ujar Duriah yang mendapat tampolan manja dari dini.

"Kelas 7 boleh ikut Da?" Tanya Salsa kepada pelatih.

"Boleh banget. Nanti bareng aja."

"Siap Da."

"Ada tambahan lagi?"

"Oke kalau gak ada, ayo berdiri, kita berdo'a dan pulang."

"PIMPINAN SAYA AMBIL ALIH, SIAP GERAK."

"Sebelum kita pulang, mari kita bersama-sama berdo'a agar besok dilancarkan, diberikan yang terbaik, dan dapat menerima hasil dengan lapang dada. Semoga kita semua sehat dan dijauhkan dari bahaya. Dan semoga kita bisa bawa piala dan jadi nomor 1 dari semua peserta. Berdo'a mulai."

Dengan khidmat mereka melantunkan do'a, khusyuk meminta agar diberikan hasil yang maksimal, dan berharap menjadi yang terbaik.

"Berdoa selesai."

Setelah berdoa, merekapun bubar dan tak lupa melakukan jargon. Setelah itu mereka bersalaman dengan pelatih lalu menunggu ojek dan jemputan tiba.

Continue.

.
.
.
.
.

Wah gak kerasa next chapter bakal lomba. Buat next chapter kalian bayangin kalau kalian lagi lomba, dan bayangin aja itu semua terjadi sama kalian. Menang gak ya? Langsung aja cusss ke next chapter
See you!!!

KITA, BERSAMA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang