Empat

12 4 0
                                    

"Mah, nanti ada Gina kesini, tadi Aca mau ajakin makan bareng, kalo mamah bolehin." Hafshah meminta izin pada ibunya, Bu Rini.

"Oh iya atuh boleh, kasian makanannya kalo ngga abis." Ucap Bu Rini mengizinkan.

Hafshah duduk di sofa bersama ibunya, menonton acara TV yang penuh lawak.

"Mah, Teh Anita kapan katanya kesini? Bawa si De Adnan?" Tanya Hafshah mengobrol bersama ibunya.

"Ngga tau, katanya mah besok mau kesini, tapi suaminya ngga ikut, kan harus kerja." Jawab Bu Rini sambil memakan camilan.

"Oh.. Jadi nganterin Teh Anita aja gitu mah?"

"Iya.."

Hafshah sedang dilanda rasa rindu kepada kakak perempuannya yang bernama Anita, Kakak perempuan keduanya.

Anita, kakak perempuan yang paling akrab dengan Hafshah, seseorang yang hafal Al-Qur'an dan bercita-cita bisa belajar di Mekkah.
Kak Anita sudah 3 tahun menikah, menikah muda dengan seorang lelaki yang tampan dan berakhlaq baik sekaligus penghafal Al-Qur'an, jodoh memang cerminan diri.

Kak Anita dikaruniai anak saat umur 20 tahun setelah 1 tahun pernikahannya, seorang anak lelaki bernama Adnan yang insyaallah bisa jadi penerus orang tuanya yang merupakan penghafal Al-Qur'an.

Hafshah memutuskan untuk menelfon Kak Anita melalui Whatsapp.

"Assalamu'alaikum, Halo teh?" Sapa Hafshah duluan.

"Wa'alaikumsalam, eh Aca. Ada apa ca?"

"Ngga teh, Aca kangen huhu."
"Kapan atuh teh ke rumah lagi, mamah juga kangen tuh."

"Insyaallah besok, Ca. Teteh kan tadi udah telponan sama mamah."
"Udah dulu, Ca. Teteh lagi nemenin Adnan main nih, tungguin besok ya.."

Telpon terputus, Hafshah mengerti, setelah kakaknya menikah pasti akan lebih jarang bertemu dan berkomunikasi.

"Huft.. Sekarang nelpon nya sebentar terus, main ke rumah juga ngga terlalu sering." Ucap Hafshah bersedih.

"Maklum Ca.. Teh Anita kan udah nikah, udah punya keluarga baru, apalagi udah ada suaminya yang berhak ngatur teh Anita." Jawab Bu Rini sambil memainkan Handphone.

"Mah, Aca jadi ngga mau nikah deh, takutnya Aca nanti ngga bisa nemenin mamah terus, apalagi Aca kan anak bungsu.." Ucap Hafshah mulai menangis, memang jika sudah membahas ibu, pasti seseorang akan sulit untuk menahan tangis.

"Eh.. Ngga boleh gitu, ah. Masa kamu ngga mau nikah? Mamah aja pengen kamu nikah." Bu Rini mencubit pelan lengan Hafshah, tidak suka jika Hafshah terus-terusan mengatakan itu.

"Atuh mah.. Aca pengen sih nikah, tapi nanti Aca tinggal sama mamah ya?"

"Gimana nanti aja, kalo suami kamu nanti ngga mau gimana? Mamah gapapa, kan ada bapak sekarang."

Ya, seperti yang sudah dibilang oleh ibunya Hafshah, Ibunya sudah memiliki pasangan lagi saat Hafshah berumur 16 tahun.
Alhamdulillah, Allah masih kasih pasangan buat Bu Rini. Pasangan yang baik dan selalu membuat keluarga bahagia.
Sekarang, Hafshah hanya tinggal bersama Ibunya, kakak laki-lakinya, dan Ayah barunya.

Sekarang Keluarga Hafshah hidup bahagia dengan segala kebutuhannya yang tercukupi.

Walaupun sudah ada ayah baru, tapi Hafshah tidak melupakan Ayah kandungnya.

-Ting.. -

Suara bel di rumah Hafshah berbunyi, sepertinya Gina sudah datang. Hafshah berjalan menuju pintu utama dan membukakan pintu.

"Lho? Tian? Ngapain kesini malem-malem?"

Ternyata bukan Gina yang datang, tetapi Tian.
Temannya yang menyukai Hafshah sejak Hafshah menjadi murid baru di SMA pindahannya.

Tian memang tampan dan baik hati, tapi Hafshah tidak semudah itu menyukai seseorang. Entah kenapa Hafshah sulit untuk menyukai Tian.

Tian selalu mengejar-ngejar Hafshah walaupun sebenarnya dia tau pasti Hafshah akan menolak. Sekarang mereka berdua memutuskan untuk bersahabat.

"Ngga, mau silaturahmi aja. Nih, martabak keju kesukaan kamu."
Ucap Tian membawa satu kantong plastik yang berisi Martabak kesukaan Hafshah, Tian memberikannya pada Hafshah.

"Eh? Kok? Udah jangan repot-repot, buat keluarga kamu aja ya." Ucap Hafshah menolak, walaupun sebenarnya dia ingin menerimanya karna itu adalah makanan favoritnya, tapi Hafshah merasa segan.

"Eh kamu mah jangan gitu, orang dirumah pada ngga suka Martabak Keju."
"Cukup perasaannya Tian aja yang kamu Tolak, martabaknya jangan, hehe" Tian mulai mengeluarkan jurus gombalnya.

"Udah ah jangan gitu, nanti aku ngambek, mau?"
"Sok duduk dulu, mau minum apa?" Hafshah menawarkan minuman untuk Tian.

"Ngga usah, sok aja kamu"

"Tuh kan sendirinya aja suka nolak, udah lah aku bikinin teh aja ya?" Hafshah pergi ke dapur membawa satu kantong martabak di genggamannya. 

Hafshah menaruh potongan Martabak pemberian Tian ke dalam piring dan membuatkan teh manis hangat untuk Tian.

Setelah selesai, Hafshah langsung menaruhnya di nampan dan membawanya ke tempat duduk di halaman rumahnya. Melewati Ruang keluarga.

"Ada siapa, Ca?" Tanya Bu Rini begitu Hafshah lewat membawa makanan dan minuman.

"Ada Tian mah, itu ada martabak mah di dapur, makan aja, hehe."

Hafshah lanjut berjalan ke halaman rumah dan menghampiri Tian, menaruh nampan di meja lalu Hafshah duduk.

"Nih, minum dulu, makan nya bareng aja, segan aku" Ucap Hafshah mulai memakan Martabak Keju favoritnya.

*****
-13 Aug 2020-
@dearivani ❤

Huhuu maafkan guys baru update sekarang😭
Soalnya beberapa hari yang lalu aku ngga sempet lanjutin cerita karna ada Aktivitas lain yang harus aku lakuin hari itu juga.
Makasih semua udah luangin waktu buat baca cerita aku yang masih amatir ini, Vote dan kritik saran yaaa. Share juga❤❤😚
Terimakasih, Tesekkürler...

In Distance 10.000 KmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang