Seminggu setelah kejadian yang membuatku lebih 'waspada terhadap laki-laki', aku lebih banyak menghabiskan waktu di sanggar hingga larut. Kang Suyana--aku menganggapnya seorang 'ahli kehidupan'. Pria berumur setengah abad lebih itu yang selalu mengajari anak-anak belajar menggambar dan melukis. Semua orang di sanggar Cermin Kosong mengaguminya, termasuk aku. Dia seperti cenayang. Waktu pertama kali melihatnya saja sudah terasa sedikit berbeda. Kalau biasanya orang-orang akan cenderung berhati-hati terhadap orang seperti ini, kami disini malah dengan senang hati mendengar petuahnya. Kemarin saja setelah aku putus dengan Dion, tiba-tiba beliau berkata: "Berdamailah dengan dirimu sendiri". Padahal aku belum curhat, setelah kutanyakan apa maksudnya, Kang Suyana malah menjawab kalau sebaiknya aku lebih menghargai diriku sendiri. Sungguh aku tak mengerti apa maksudnya.
Aku saat ini sedang duduk di bangku taman kampus, di sampingku ada Shifa yang sibuk dengan ponselnya. Temanku yang ini memiliki sifat keras kepala, jika dia merasa sesuatu benar, maka dia akan bersikukuh dengan pendapatnya. Kita berkenalan saat ospek tiga setengah tahun yang lalu, dimana kita seperti berada di planet asing saat itu, dan kita seperti orang linglung. Shifa yang cerewet dengan mudah dapat berkomunikasi denganku, yang saat itu berprinsip 'tidak berbicara dengan orang asing, kecuali orang itu yang mengajak berbicara duluan'.
Tiba-tiba dia menoleh padaku dengan cepat. Kedua matanya membulat. "Dion punya gebetan baru, Son!"
Brengsek juga, batinku. Aku sudah menduganya sejak awal dan sekarang terbukti benar.
Dan terus aku harus bagaimana? Menangis? Galau merana? Atau bunuh diri? Lagian Dion tidak ada lagi di daftar orang terdekatku yang kusayang. "Terus hubungannya sama gue apa? Sampe lo histeris gitu. Biasa aja kali," balasku sok tak peduli.
"Lo nggak merasa terhina? Ini baru seminggu yang lalu sejak kalian putus. Eh, ceweknya namanya Tiara, Tiara itu...oh dia anak dosen Ekonomi Akuntansi, berarti mereka udah kenal lama dong. Kok mau ya sama Dion yang gak modal gitu." Penyakit cerewetnya mulai kambuh lagi. Tangannya kemudian menyodorkan ponselnya kepadaku, memperlihatkan sesosok perempuan yang tersenyum. Dilihat dari segi penampilan, Tiara ini memang girly. Cukup manis dengan lesung pipinya.
"Lumayan kan? Ceweknya cakep, Dionnya juga manis. Mereka cocok ya." Shifa sengaja melirikku. Aku tahu dia mencoba memanasiku. Tetapi aku tidak terpengaruh. Sejak aku putus dengan Dion juga tidak ada rasa sakit yang berlebihan, hanya ada rasa kecewa dan kesal. Mungkin karen akau sudah terbiasa dibeginikan mantan-mantanku.
Shifa pura-pura sibuk dengan ponselnya, tapi aku tahu dia menunggu responku. Bibirku meringis setelah dapat ide. "Oh my God! Dion emang brengsek! Ternyata bener dugaan gue kalau dia udah lama selingkuh. Sakitnya tuh disini!" ucapku sarkastis sambil memegang dada dan pura-pura menangis. Berusaha berlebihan agar Shifa tahu bahwa aku tidak peduli dengan Tiara maupun Dion.
"Lebay lo. Percuma gue manasin lo, lo juga gak merasa panas. Kalian itu putus baik-baik, kan?"
"Enggak lah. Kan gue udah bilang kalau dia itu terobsesi sama kakak gue. Sama kaya yang udah-udah."
"Menurut gue sih, Son, lo yang terlalu negative thinking. Sebenarnya Dion itu sayang sama lo, tapi lo nya yang nggak percaya. Pasti lo mikirnya tentang kakak lo yang bakal mengalihkan perhatian cowok lo. Gue bilangin sama lo, lo itu lebih dari seorang Arania, dan lo harus percaya sama diri lo kalau lo juga sama hebatnya dengan dia. Lo itu terlalu insecure. Makanya lo nggak pernah cinta sama cowok, lo aja nggak mencintai diri lo."
Aku tertegun sesaat mendengar ucapan Shifa barusan, memang kita baru saling mengenal selama tiga tahun lebih, tetapi dia seperti mengenalku selama berabad-abad. Dan perkataannya terasa familiar. Kang Suyana! Ya! Kang Suyana mengatakan bahwa aku harus berdamai dengan diriku. Mungkin saat beliau mengatakan itu aku tidak mengerti, tetapi baru saja Shifa menjelaskan apa maksud dari Kang Suyana. Ini sangat ajaib.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sister's Fiancé
RomanceBagaimana perasaanmu saat dinomor duakan oleh orang terdekatmu? Aku terlahir sebagai anak kedua, sudah itu dinomor duakan pula oleh keluarga sendiri. Tapi kan kak Arania sudah sempurna! Perlukah orang sempurna diberi kasih sayang sempurna? Mentang...