7.) Kunjungan Keluarga Airlangga

1.1K 86 24
                                    

Aku terbangun pukul 8 pagi dengan perut keroncogan dan pegal-pegal di beberapa bagian tubuh. Setelah berganti baju lalu mencuci wajah dan menggosok gigi, kuputuskan untuk turun ke bawah, memakan jatah sarapan. Mandi? Hari libur itu adalah hari menghemat air sedunia alias mandi hanya sekali. Toh tidak kemana-kemana, kenapa harus wangi?

Sepertinya ini Sabtu yang baik untuk bermalas-malasan di kamar, sekedar movie marathon dan menggemukkan badan dengan makanan ringan bermicin beserta temannya.

"Perawan baru bangun jam segini, malu-maluin!" Mama menempeleng kepalaku dengan sendok sayur.

"Aw!" pekikku seraya mengelus kepalaku. Sadis banget sih Mama pagi-pagi. Lagian ini baru pukul 8, bukan 12 siang.

"Aku kan capek, Ma," elakku selagi mengoleskan selai di atas roti tawar.

Mama mencibir, dia masih sibuk mondar-mandir di dapur dan ruang makan layaknya sedang menunggu orang beranak. "Kamu panggil kakakmu dan Rafa di taman, suruh mereka sarapan."

Aku tersedak dan buru-buru meminum air putih. Mencerna apa yang barusan dikatakan mama. Pagi-pagi sekali Rafa sudah di sini untuk apel. Bahkan mungkin di saat ilerku masih di bantal dia sudah ada di sini.

Aku sedang mengunyah roti gigitan keduaku ketika Mama sudah melotot kearahku. Aku segera bangkit dan melakukan perintah Mama sebelum pelototannya berubah menjadi tembakan pisau tajam. Kan seram kalau beneran berubah jadi pisau, bisa-bisa aku jadi daging cincang lalu dimasak Mama jadi sop.

Sesampainya di taman belakang rumah aku menemukan sepasang lovebird sedang memadu kasih di bawah gazebo bermandikan cahaya matahari. Hidungku mengernyit geli.  Pamali sekali pagi-pagi sudah mesra dengan tangan saling mengait, saling melempar tawa penuh cinta yang meluap, pandangan tak ada putusnya, tubuh mereka pun semakin dekat. Ugh, menggelikan. Kunyahanku semakin cepat melihat dua orang itu mesra-mesraan. Tak tahu apa kalau di rumah ini ada yang jomblo? Ini pagi-pagi malah pamer kemesraan di depan mata si jomblo.

Entah aku yang tiba-tiba sangat lapar atau aku yang dibakar semangat hari libur hingga aku melahap gigitan roti selai kacangku yang masih separo sampai tuntas. Sampai-sampai mulutku menggembung penuh.

Belum menikah saja sudah lengket. Wajah keduanya juga semakin dekat, Rafa mencondongkan tubuhnya sedangkan wajah Kak Ara pun sudah merona dengan mata terpejam, lalu yang kulihat selanjutnya adalah mereka saling menempelkan bibir dan melumat bibir masing-masing.

Yang kulihat ini live dan bukan rekayasa film! Mataku terbelalak dan—

"Uhuk!" aku tersedak untuk kedua kalinya di pagi yang indah ini. Aku menepuk dadaku berkali-kali untuk mengeluarkan roti selaiku yang menyangkut di tenggorokan. Rasanya benar-benar memuakkan.

Kepalaku menjadi pening setelah mengeluarkan sarapanku. Ketika aku mendongakkan kepalaku, yang mataku tangkap adalah Rafa dan Kak Ara berdiri memandangku prihatin. Kuharap wajahku tidak semenyedihkan yang mereka pikir. Yak, bagus, aku kembali bertingkah bego seperti normalnya seorang Sonia.

"G-g-gue baik-baik aja," kujawab tatapan mereka yang seolah bertanya apa-kamu-baik-baik-aja-setelah-melihat-ciuman-kami?

"Oh iya, kalian disuruh Mama sarapan," tambahku setelah membalikkan badanku dari mereka.

Like seriously?! Bahkan mereka tak canggung di hadapanku setelah live action tersebut. Apa mungkin Mama dan Papa juga sering dipertontonkan secara gratis dan hanya aku yang belum pernah melihatnya? Membayangkannya membuatku bergidik ngeri. Oh, otakku sudah melenceng saat ini. Yang bisa kucerna hanya energi negatif yang kudapat entah darimana.

Nah, kan, tiba-tiba saja aku merasakan hangat menjalar di leher lalu wajahku. Tubuhku bergidik. Mukaku pasti sudah berubah jadi semerah udang sekarang! Sumpah, aku yang malu padahal yang berbuat asusila mereka berdua! Arghh!

My Sister's FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang