Untold Story

113 25 15
                                    

Duaaarr jgeeerr

suara gaduh petir dan kilat bersautan melengkapi gulitanya malam. Seseorang jatuh terduduk lemas dengan suara isak tangisnya yang memilukan yang tidak terlihat karena hujan yang begitu derasnya. Ia nampak putus asa melihat beberapa barang di depannya yang diterangi oleh kobaran api yang membakar hutan sebagai pelitanya. Alam menjadi saksi atas tragisnya kisah remaja tersebut.

"Jin.." seseorang mendekat dan berjongkok disamping orang yang dipanggil Jin itu sambil merangkul pundaknya. Jin tidak bergerak, masih menunduk meratapi kebodohannya sendiri.

"Tolong aku, aku takut" suara seorang gadis yang sangat ia kenal terdengar penuh dikepalanya. Ia mendongak mencoba menelusuri sekeliling dengan indra penglihatannya, namun ia tidak menemukan seorang pun di dekatnya, padahal baru saja Jin merasa ada yang memegang pundaknya. Tiba-tiba ia menyadari bahwa hanya ada dia sendirian ditempat ini. Jin lalu berdiri mencoba memastikan indra pendengarannya tidak salah dengar karena kebisingan rintikan air yang menyerangnya dengan ganas disertai angin yang lebat dan dingin.

Seketika matanya membelalak sempurna menatap seseorang berada sekitar 2-3 meter di depannya. Ketika ia menyadari bahwa itu adalah orang yang ia kenal, tak terelakkan bahwa air matanya saat ini memaksa keluar dari bendungan matanya yang sempat terhenti tadi.

Dengan suara yang lemah Jin bergumam "Aku merindukanmu, sangat merindukanmu, maafkan aku, aku menyesal" kepada orang di depannya yang sedang menunduk dan wajahnya sebagian tertutupi rambut pendeknya. Orang tersebut kemudian mendongak dan menampakan kemarahan pada raut wajahnya.

"Aku membencimu. Aku membencimu. AKU MEMBENCIMU JIN!" teriakan gadis itu menyadarkan Jin dengan paksa dari perjalanan mimpinya yang melelahkan disertai keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya dan nafasnya memburu.

Jin terduduk dari posisi tidurnya dengan perasaan bersalah. Lagi-lagi ia memimpikan hal mengerikan itu. Ia melihat kedua tangannya yang bergetar ketakutan karena mimpi buruk semalam. Seseorang masuk dan mengaburkan lamunan Jin. Dengan deep voicenya ia bertanya apa yang terjadi kepadanya. Namun Jin hanya diam tidak mendengarkan ucapan orang itu. 

Dari ekor matanya Jin melihat orang yang tadi berdiri di dekat pintu masuk tenda datang mendekatinya.

"Tenanglah. Ia pasti baik-baik saja. Makanya kita harus bergegas, waktu sangat penting dalam hal ini bukan?" ucap orang itu hendak menghibur sahabatnya. Jin hanya melihat wajah sahabatnya. Senyum getir terukir diparas tampan sahabatnya.

"Ayo keluar, makanan baru saja siap" sambung orang tersebut dengan senyum yang hangat sambil berdiri dari posisi jongkoknya kemudian berjalan perlahan keluar. Di depan pintu ia berhenti dan menengok ke belakang berharap Jin mengikutinya.

"Aku tepat di belakangmu Chanyeol. Cepatlah jalan, tubuhmu menghalangi seluruh jalan keluar dari sini" ucap Jin yang sudah ada di belakangnya karena tau tabiat Chanyeol yang perhatian. Orang yang dipanggil Chanyeol itu hanya terkekeh pelan dan berjalan keluar.

Tepat ketika keluar dari tendanya Jin mengerjapkan matanya masih mencoba membiasakan cahaya yang menusuk matanya

"Oh kau sudah bangun" ucap seseorang lagi, namun kali ini suara perempuan.

"hmm" Jin berdehem tanda meng-iya-kan.

"Seulgi berikan makanan kepada kami, kami sangat tersiksa dengan keadaan perut kosong begini" ujar Chanyeol tanpa melihat kearah orang yang bernama Seulgi itu, dan langsung duduk tanpa rasa bersalah. Lalu Chanyeol tertawa dengan deep voicenya dan tanpa ia sadari sebuah spatula melayang mendekat hendak mencium wajahnya. Karena reaksinya yang lambat, spatula tersebut berhasil membuat pipi Chanyeol berubah merah dan meninggalkan bekas jiplakan spatula.

"Rasain! lagian udah dibilangin aku bukan babu mu"

"Yak! apa barusan kau melemparku dengan spatula?" ucap Chanyeol tidak terima dengan perlakuan Seulgi.

"Iya memangnya kenapa?!" sahut Seulgi tidak mau kalah.

"aishh, kau itu benar-benar.."

"cepatlah kalian, kita harus bergegas" ucap Jin dingin memotong perkataan Chanyeol dan otomatis menghentikan perdebatannya dengan Seulgi.

Setelah itu mereka langsung mengambil makanan dan segera menghabiskannya tanpa ada yang bersuara satu pun.

.

.

.

.

Kali ini gue belom niat publish sebenernya, tapi kalo udah ada yang baca ya sukur. 

Ini berdasarkan mimpi gue dan anehnya gue dapet ilham buat nulis beginian.

Gue cuek. Banget. Makasih udah mampir.

Indeed StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang