Terbuka

30 7 11
                                    

Jin's POV

Matahari sudah mulai meninggalkan singgasananya. Hari sudah nampak gelap.

"Yak! Apa kau sudah mati rasa, peta berjalan?" celetuk Chanyeol di tengah keheningan hutan.

"Hei. Ini juga sudah mulai gelap" ucapku sambil menarik pundak gadis di depanku.

Dia berbalik. Tanpa ekspresi. Melihat pundaknya. Tanganku masih berada di sana. Tak dapat ku sembunyikan senyumku kemudian menarik lagi tanganku. Lalu aku menatapnya dengan artian 'jadi?'

"Kita istirahat disini. Gunakan senter hanya saat benar-benar membutuhkannya" ucapnya kemudian menurunkan tasnya.

"Apa tidak sebaiknya kita mengumpulkan kayu bakar?" ucap Seulgi memberi usul.

"Ya kau benar. Ayo" sahut Chanyeol kemudian sambil memegang tangan Seulgi.

"Yak! Apa kau akan diam-diam akan menyantapku di tengah hutan?" ucap Seulgi agak meninggi.

"Apa maksudmu beruang?"

"Lepaskan tanganku" ucap Seulgi lagi dengan penekanan di setiap katanya. Chanyeol langsung melempar tangan Seulgi kemudian berjalan kearahku. Aku menatapnya. Kemudian dia mengambil tanganku dan menarik ku bersamanya.

"Yak! Jin jika dia berbuat yang aneh-aneh teriak saja oke?!" teriak Seulgi agar aku berhati-hati.

"Cepatlah, sebelum benar-benar gelap" ucap Chanyeol kemudian menarik ku lebih dalam ke hutan.

Seulgi's POV

Aku menatap kedua pria itu. Dasar raksasa aneh. Kemudian aku duduk di kayu yang cukup besar, sebelum aku menyadari keadaan canggung mulai merayap diantara kami. Aku dan Sowon. Sejak awal bertemu memang aku tidak banyak bicara. Mungkin baru sekarang aku membuka suaraku. Aku sekilas meliriknya. Dia menatapku. Tanpa ekspresi.

"Mau sampai kapan terpaku padaku" ucapnya berusaha memecah keheningan, mungkin.

"A-ah iya. Bagaimana jika kita membangun tenda?" ujarku membunuh ego sendiri.

Dia bangun kemudian membuka tasnya. Mengeluarkan rangka tenda dari tasnya.

"Aku bantu" entah angin apa yang merasuk tubuhku sampai menawarkan bantuan padanya.

Kemudian kami mendirikan tenda miliknya tanpa banyak bersuara. Jika aku kesulitan dia akan menghampiriku kemudian mengatasinya sendirian.

"Baiklah mari buat tenda untuk mereka" ucapnya lagi.

"Oke" balasku dengan lekukan terpahat di wajahku.

Selesai dua tenda didirikan. Tinggal menunggu kedua manusia itu sampai. Tak lama terdengar suara bariton menggema ke seluruh hutan. Bulu kuduk ku mulai berdiri, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ku lihat Sowon juga terlihat waspada.

"Yak! Diamlah" suara laki-laki terdengar agak berbisik dari dalam hutan.

Tak lama sebuah siluet hitam besar tinggi mulai mendekati kami. Aku tidak bisa bergerak. Untuk bernafas saja susah. Apa mereka orang jahat? Apa mereka penghuni bukit ini? Aku memejamkan mataku sambil mempautkan kedua tanganku.

"Tuh kan itu mereka" tiba-tiba aku merasakan pandanganku menjadi terang.

Tunggu, aku kan memejamkan mataku. Apa aku sudah mati?

"Berhenti lakukan itu dan nyalakan apinya cepat"

Aku tersentak kemudian membuka mataku. Ternyata itu mereka.  Sepertinya Jin yang menyoroti wajahku dengan senter, karena dia melakukan hal yang sama kepada Sowon.

Indeed StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang