Halusinasi

13 5 4
                                    

Author's POV

Di seluk hutan rimba yang antah-berantah sangat tidak mungkin untuk bertahan hidup lebih dari 2 hari tanpa perbekalan yang cukup. Dari segi materi maupun rohani. 1001 kejutan alam yang belum ditemukan manusia hidup. Banyak kejanggalan-kejanggalan yang dialami para petualang terutama saat Sang Surya telah mempercayakan singgasana nya pada Sang Dewi Malam. Namun sepertinya teori yang dikemukakan para ahli sangat bertentangan dengan keadaan para pemuda yang masih bertahan dalam situasi hutan yang sangat mencurigakan ini.

Sejauh bagian hutan yang sudah mereka lalui mereka sama sekali belum bertemu hewan buas ataupun makhluk yang berusaha mengganggu mereka. Mereka pemuda biasa yang hanya berbekal pikiran dan materi. Kerjasama yang kuat tentu sangat penting dalam hal ini.Mereka terlihat lelah dengan perjalanan yang mereka tempuh, tanpa tahu apakah mungkin mereka akan sampai tujuan yang mereka cari selama berhari-hari hidup di alam liar. Kekuatan masing-masing pribadi lah yang membuat kelompok berisikan 4 orang itu dapat bertahan menghadapi ganasnya alam. Kekuatan, ketelitian, kepekaan, pengetahuan, dan lainnya menyatu terbawa bersama kelompok pemuda ini.

"Hei tempat apa ini" tanya seseorang yang berpenampakan besar berjalan di baris kedua dari barisan 4 orang itu.

"Kalian harus berjanji untuk tidak melakukan sesuatu yang dampaknya bisa merugikan" sekarang ucap gadis tinggi yang memimpin arah.

"Apa maksudmu?"

"Yak! kau itu.. apa mungkin sesuatu terjadi di tempat seindah ini?"

"Jangan bercanda saat kita bisa beristirahat di tempat tersembunyi ini"

Tanya satu-persatu orang yang berada di belakangnya. Gadis itu hanya menoleh dan kembali melenggokkan kedua kakinya berjalan.

Mereka saat ini dihadapkan dengan sebuah pemandangan padang bunga putih yang luas sejauh mata memandang. Tak dapat dibohongi bahwa ketiga orang yang berjalan di belakangnya sangat senang dengan pemandangan ini. Terbukti dari senyum yang terukir diwajah mereka. Mereka mulai menyentuh bunga-bunga itu dengan tangan yang direntangkan.

"Apa tidak bisa kita berhenti dulu menikmati tempat ini. Mataku mulai pusing terus melihat batang pohon besar" ucap gadis yang berjalan di barisan ketiga.

"Yak! apa kau dengar?" teriak laki-laki yang berada di belakang gadis tinggi itu.

Namun gadis tinggi itu tetap berjalan tidak menghiraukan panggilan mereka. Jaraknya semakin meluas. Kemudian dia berbalik dan menghampiri ketiga temannya itu. Mereka hanya menatapnya dengan pandangan 'ada apa?'.

"Aku melihat ada lahan untuk kita beristirahat di tengah sana. Sebaiknya jangan merusak apapun yang ada di hadapan kalian" ucap Sowon, gadis tinggi yang memimpin arah.

"Hmm baiklah, tidak ada bedanya disana maupun disini, ya kan?" balas laki-laki yang bernama Jin kemudian meyakinkan kedua temannya untuk mengikuti saja apa kata Sowon. Kemudian mereka mengangguk dan berjalan menuju tempat yang ditunjuk.

"Baiklah ini tidak buruk. Setidaknya kita harus istirahat 15 menit sejenak" ucap Seulgi, gadis yang berada di baris ketiga. 

Keheningan mulai menyambut kelompok itu. Mereka terpaku pada pikiran masing-masing. Tapi tidak dengan Sowon, ekspresinya berubah. Ada apa dengan gadis tinggi itu? Ketiga temannya belum menyadarinya sama sekali. Mereka masih menikmati alam luar sini, sampai 15 menit berlalu.

"Ah aku rasa sudah cukup istirahatnya. Waktu kita semakin sempit, kita bahkan tidak tahu tujuan kita masih jauh atau sudah dekat. Lebih baik kita bergegas oke" ucap Jin kemudian berdiri memandangi satu-persatu. Pandangannya terhenti saat menemukan wajah Sowon yang nampak aneh.

Indeed StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang