Putus

2.7K 188 28
                                    

Kalau mau komen tolong yang sopan ya guys,jangan sampai menyakiti hati dan yang terpenting jangan jadi provokator untuk orang lain:)
Terimakasih.

                                           ****

Ryan mengayuh sepedanya sambil memikirkan ucapan yang di lontarkan Illyana tadi,rasanya terlalu sulit di percaya kalau Ali sudah berniat untuk selingkuh dari Illyana.

"Bali salep dulu ya kak di apotik"

"Kerumah sakit aja"

"Gue gak mau!" tolak Illyana cepat.

"Gak usah bacot! Entar lo metong yang jadi saksi gue" Ryan membelokkan sepedanya ke rumah sakit yang searah dengan rumah Illyana.

Illyana memberontak saat Ryan menarik paksa untuk masuk ke koridor rumah sakit. Dahi nya hanya perlu di beri salep saja pasti sudah membaik,tidak perlu harus kerumah sakit seperti ini.

"Dokter ini tolong periksa temen saya" Ryan mendorong Illyana agar masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

Suster yang berjaga di depan pintu menahan tangan Ryan yang hendak pergi setelah memastikan Illyana di periksa oleh Dokter.
"Mas ambil kartu antrian dulu,jangan asal masuk aja kan kasihan yang udah ngantri duluan"

"Aduh suster jangan ribet-ribet napa,itu temen saya udah sekarat banget sampe jidatnya jadi kayak warna logo BTS gitu"

"Ya ta--"

"Udah ya suster,saya mau beli es teh dulu. Entar kalau cewek cantik di dalam nyariin saya,bilang aja lagi di kantin rumah sakit" Ryan langsung berlari meninggalkan suster itu yang sudah menggeram kesal.

Ryan masuk ke area kantin sambil cekikikan karena sudah berhasil lari dari suster tadi. Ryan berfikir kalau bisa langsung di periksa ngapain harus ngambil nomor antrian,bikin ribet saja.

"Woi santai dong" pekik Ryan saat ada yang menabraknya dari belakang.

"Maaf Bang"

Merasa kenal dengan suara itu,Ryan langsung membalikkan tubuhnya ke arah belakang. Mulut Ryan menganga lebar saat mendapati Ali dan Bunga ada di hadapannya,di tambah lagi dengan kondisi Bunga yang duduk di kursi roda dan kaki di perban.

"Si Bunga kantil kok pake kursi roda Li? Sampai di perban-perban segala lagi"

"Keserempet dia"

"Untung gak tewas di tempat ya" kekeh Ryan.

Ali menendang tulang kering Ryan sangkin kesal nya dengan pria itu.
"Gak jelas banget lo!"

Ryan meringis kecil sambil tertawa.

"Ali kayaknya gak usah jadi makan deh,kita pulang aja yuk" rengek Bunga manja.

"Yaudah yuk"

Tanpa pamit pada Ryan,Ali langsung pergi begitu saja meninggalkan kantin rumah sakit. Ia akan mengantar Bunga pulang kerumah nya,kalau di perbolehkan Ali juga ingin menemani Bunga sampai gadis itu terlelap damai dalam mimpi.

"Maksud panggilan sayang di mobil tadi apa Li?"

Ali menunduk ke arah Bunga yang sedang menengadah menatap nya.

"Menurut kamu?"

Bunga mendengus sebal melihat respon yang Ali berikan, Ia hendak kembali bertanya namun urung karena Ali lebih dulu memberi satu kecupan di dahinya. Bunga tersenyum malu mendapat satu kecupan dari Ali dan langsung kembali menghadap kedepan,namun ia malah menemukan seseorang yang menatap sendu ke arahnya.

"Illyana" cicit Bunga.

Ali ikut melihat ke depan,jantungnya seperti hendak loncat keluar saat melihat Illyana ada di hadapannya dengan derai air mata yang bercucur deras,terlihat sangat menyedihkan.

Perlahan Ali jalan menghampiri Illyana dan menyentuh perban di dahinya.
"Ini kenapa?"

Illyana tidak menjawab,malahan suara tangisnya kian mengencang di tengah koridor. Hati nya begitu sakit melihat Ali yang tadi mengecup dahi Bunga begitu mesra,seperti sepasang kekasih.

"Jawab gue,jangan nangis aja!" sentak Ali.

"Apa peduli kamu?" tanya Illyana menantang.

Rahang Ali langsung mengeras mendengar ucapan Illyana,bahkan gemelutuk gigi nya begitu jelas terdengar. Ali menatap sekeliling nya sebelum mencengkram kuat pipi Illyana yang masih penuh dengan air mata,ia juga meremas tangan kiri Illyana yang mencoba melepaskan cengkramannya.

"Gak usah sok tersakiti gitu,gue jijik" Ali mendorong pipi Illyana yang tadi di cengkramnya sampai gadis itu mundur beberapa langkah.

"Ali jangan gitu" tegur Bunga.

Illyana memandang tajam ke arah Bunga,tangannya sudah mengepak kuat. Dengan deru nafas yang bergemuruh, Illyana berjalan cepat ke arah Bunga dan menarik kencang tangan gadis itu sampai jatuh ke lantai rumah sakit,bahkan kursi roda nya pun ikut terbalik.

Ali melotot kaget, ia menghamipiri Illyana yang hendak menjambak rambut Bunga.
"Lo apa-apaan?" teriak Ali menahan pergerakan Illyana.

"Itu gak seberapa, aku yang lebih sakit disini ngeliat tingkah kalian!" balas Illyana berteriak juga.

Orang-orang yang berada di koridor rumah sakit memandang mereka risih pertengkaran itu. Banyak dari mereka yang merasa ketenangan nya terganggu namun tidak berniat menegur karena tidak ingin ikut campur.

"Tapi gak seharus nya lo ngebuat Bunga kayak gini,kasar banget jadi cewek"  ucap Ali penuh penekanan.

Di balik tangis nya Illyana tersenyum miring,
"Lebih baik jadi cewek kasar dari pada cewek murahan!"

Ali mendekat kan wajah nya ke wajah Illyana sampai dahi mereka bersentuhan,lalu beberapa detik kemudian ia kembali mundur,memperhatikan wajah Illyana yang begitu sembab.

"Kita putus!"

Illyana meraung kencang ketika Ali dengan gampang nya mengatakan putus. Tangan Illyana tergerak untuk menahan Ali tetapi pria itu lebih dulu membawa Bunga ke dalam gendongannya dan langsung berlalu meninggalkan area rumah sakit.

Dari kejauhan Ryan melihat Illyana yang mencak-mencak sambil menangis,ia mempercepat langkah nya mendekati Illyana yang sekarang jadi bahan tontonan orang-orang di rumah sakit.

"Eh lo kenapa?"

"Kak Ali putusin aku" isak Illyana.

Ryan merangkul Illyana yang tampak begitu lemas sembari menatap sekeliling rumah sakit mencari keberadaan Ali,namun ia tidak menemukan pria itu sama sekali.

"Kenapa bisa di putusin?" tanya Ryan di sela langkah mereka menuju parkiran.

"Tadi aku narik kak Bunga dari kursi roda nya sampai dia jatuh ke lantai"

Tawa Ryan langsung menyembur kencang,bahkan ia sampai menutup mulut karena satpam melotot sangar padanya karena terlalu berisik.

"Gue suka banget nih ribut modelan kayak lo" ucap Ryan masih dengan tawa yang sedikit di tahan.

Illyana menghapus sisa air matanya dan mencubit kecil punggung tangan Ryan.
"Apasih sampe ngakak banget gitu"

"Udah yuk gue anter pulang"

Senyum Illyana mengembang,ia langsung duduk menyamping di depan Ryan. Illyana begitu beruntung di saat seperti ini masih ada Ryan yang membantu nya, bahkan Illyana lebih menyukai sifat Ryan dari pada Ali,mantan kekasihnya.

"Makasih ya kak Ryan"

"Sama-sama"












Bersambung...

Luka (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang