Awal Luka

10.7K 246 10
                                    

Hai,cerita Luka memasuki tahap revisi ya dear. Aku udah mikir mateng banget buat ngerevisi cerita ini,mungkin beberapa adegan tetap sama tapi cara penyampaiannya lebih jelas lagi.
Semoga masih tetep suka ya,mari ber- Luka Luka:)

****

Pagi ini suasana sekolah terlihat sedikit ricuh karena beberapa dari mereka ada yang mengikuti lomba fashion show di lapangan sekolah. Lomba itu di adakan setiap setahun sekali untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah.

"Liat pacar gue gak?"

"Enggak liat,Illyana"

Illyana merupakan anak tunggal dari Sesil Pratiwi, seorang designer ternama. Illyana memiliki kulit yang begitu putih,rambut panjang yang sedikit berwarna kecoklatan dan hazel eyes yang begitu indah. Papa nya sudah tiada sejak ia berumur 14 tahun, pria berumur itu tewas karena kecelakaan beruntun.

Sudah hampir setengah tahun ini Illyana berpacaran dengan Ali,pria tampan yang banyak di gandrungi kaum hawa di sekolahnya. Ali memiliki alis yang tebal,bulu mata lentik dan bibir merah merona. Ayah Ali bernama Findo yang bekerja sebagai pilot dan Bunda nya bernama Lidya,pemilik butik ternama di Jakarta.

"Coba liat ke lapangan, tadi Boby liat rame banget di situ"

Boby adalah teman akrab Illyana. Pria itu sedikit berperilaku seperti seorang perempuan,bahkan perlengkapan sekolahnya hampir semua berwarna pink.

"Ayo temenin" Illyana menarik Boby menuju lapangan sekolah.

Mata Illyana menyusuri ke setiap sisi lapangan tapi tidak menemukan sang kekasih disana. Illyana hanya melihat kedua sahabat Ali yang sedang memakan bakso bakar di sisi kanan panggung.

Dengan langkah pelan Illyana mendekati keduanya.
"Kak Ryan,kak Anwar,ada liat kak Ali?"

Ryan dan Anwar sama-sama menoleh.
"Lagi ngapel noh sama Bunga di belakang panggung" jawab Ryan polos.

"Lemes banget mulut lo ya!" Anwar menepuk tangan Ryan sampai bakso yang ada di tangannya tergelincir kebawah.

Ryan menyengir tanpa rasa bersalah,lalu menarik tangan Illyana menuju belakang panggung untuk menemui Ali. Ryan tidak berbohong,Ali memang sedang berada disana bersama Bunga dan beberapa panitia acara.

"Ali,nih pacar lo nyariin"

Terlalu asik menerima suapan dari Bunga, teman sekelasnya membuat Ali tidak mendengar ucapan Ryan, di tambah lagi suara ricuh dari pendukung setiap kelas yang ikut fashion show membuat suara Ryan tenggelam begitu saja.

Ryan menarik kerah belakang seragam Ali sampai pria itu mendelik kaget dan hampir tersedak.
"Kegep selingkuh kan lo" ejek Ryan.

Mata Ali melirik ke belakang punggung Ryan dengan gelagapan. Ali hendak bangkit mendekati Illyana yang menunduk,namun tangan Bunga menahannya agar tetap berada di tempat semula. hampir dua minggu ini Ali memang terlihat begitu dekat dengan Bunga sampai terkadang orang beranggapan mereka memiliki hubungan yang spesial.

"Habisin dulu makanannya Li" ucap Bunga lembut.

"Alah Bunga kantil sok perhatian banget lo!" Ryan menarik ujung rambut Bunga dengan kesal.

Bunga membalas Ryan dengan juluran lidah lalu melirik ke Illyana yang menatap nya sendu. Bunga hanya mengedikkan bahu acuh dan kembali menyuapi Ali.

"Kak Ali sama kak Bunga punya hubungan apa?"

Bunga menyeringai sinis.
"Kalau udah suap-suapan gini,menurut lo gimana?"

"Bunga!" tegur Ali tegas.

Ali bangkit dan langsung menarik Illyana menjauhi panggung acara,ia tidak ingin Bunga berbicara yang tidak-tidak pada Illyana. Ali memutuskan membawa kekasihnya ke taman belakang sekolah yang sedikit sepi.

"Mau ngapain nyari gue?" tanya Ali setelah menduduki bangku taman.

"Kamu gak balas pesan aku"

"Biasanya juga gitu kan?"

Illyana menghela nafas lelah, sifat Ali masih sama saja seperti awal berpacaran. Tidak ada Ali yang perhatian,tidak ada Ali yang manis dan tidak ada Ali yang seperti Dilan. Tetapi Illyana tetap tidak bisa melepaskan Ali begitu saja,rasa cintanya begitu besar untuk Ali.

"Kenapa gak kayak pacar orang-orang yang perhatian?" Illyana menatap sendu ke arah Ali.

Ali mengacak kasar rambut berjambul nya sambil menggeram kesal, lalu mengeluarkan satu bungkus rokok dari dalam saku celana. Ia mulai mengapit rokok di sela bibir dan hendak menghidupkannya.

"Jangan ngerokok kak"

"Gak usah ngatur!"

Illyana menarik rokok itu dari bibir Ali dan menginjak nya hingga hancur lebur. Illyana juga menarik cepat bungkus rokok yang ada di atas paha Ali, mengeluarkan semua isinya sebelum di patahkan menjadi dua bagian lalu menginjaknya seperti tadi.

"Lo apa-apaan sih?" teriak Ali.

"Aku gak suka kamu ngerokok,bahaya buat kesehatan"

"Bunga aja gak ngelarang kenapa lo ngelarang?"

Mata Illyana memejam sejenak sebelum akhirnya memilih beranjak meninggalkan Ali di taman. Ia tidak ingin semakin memperburuk keadaan hatinya hari ini,terserah Ali saja mau bagaimana.

Ali dengan cepat menyusul langkah Illyana.
"Kenapa ninggalin gue?"

"Males aku sama kamu" jawab Illyana tanpa memandang ke arah Ali.

"Gue sama Bunga gak ada hubungan apa-apa"

"Tapi suap-suapan?"

Ali hanya menatap Illyana tanpa mau menjawab pertanyaan gadis itu.

"Kenapa gak di jawab kak?" Illyana mendorong pelan bahu tegap Ali.

"Iya,gue emang lagi deket sama Bunga itu kan yang mau lo denger? Udah gue jawab!"

Illyana menggeleng lemah, "kenapa kamu tega?"

"Gue bosen sama lo,beneran deh"

Air mata Illyana perlahan menetes membasahi pipinya. Pengakuan Ali membuat rongga dadanya terasa menyepit dan sesak,apalagi Ali sama sekali tidak merasa bersalah telah mengatakan itu.

"Gak usah cengeng" Ali mengelap air mata Illyana menggunakan dasi yang di kenakannya.

"Kamu jahat!" isak Illyana.

Ali berdecak kesal.
"Udah sana,gak usah nangis-nangisan kayak gini"

Illyana semakin terisak saat Ali melangkah meninggalkan nya di koridor. Ia hendak menyusul tapi Bunga sudah lebih dulu mendekati Ali, Bunga meletakkan tangannya di pinggang Ali dan di balas Ali dengan merangkul erat pundak Bunga.

Mereka berjalan menuju tepi lapangan dengan tawa yang menghiasi bibir. Tidak ada yang berniat melepas rangkulan itu,padahal banyak murid-murid yang memandang aneh keduanya. Ali hendak mengecup ujung kepala Bunga yang berada di sebelah kiri,tapi matanya malah melihat ke arah Illyana yang masih setia berdiri di depan perpustakaan sambil memperhatikannya.

"Ganggu aja!"














Bersambung...

Luka (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang