Gagal Balikan

2.8K 182 34
                                    

Ali terlihat sedang asik menghisap batang rokok di dalam kamar nya, sambil menatap ke layar ponsel yang sedari tadi mencoba menelpon Illyana namun tak kunjung di tanggapi.

"Padahal online nih cewek" geram Ali.

Ali meremas kuat ponselnya, rasa kesal dan menyesal kini bercampur menjadi satu. Kesal karena Illyana mengabaikan panggilannya dan menyesal karena sudah memutuskan gadis itu tadi sore.

Tok Tok Tok

"Siapa?"

"Bunda"

Buru-buru Ali mematikan rokok nya dan berlari ke kamar mandi untuk berkumur-kumur agar bau rokok sedikit tersamar saat ia berbicara nanti. Setelah selesai,Ali langsung membuka pintu kamar dan mendapati Bunda nya sedang terlihat gelisah.

"Bunda kenapa?" tanya Ali lembut.

"Ayah kok belum pulang ya, Bunda telpon juga gak di angkat-angkat" jelas Lidya.

Ali masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponsel nya,lalu  kembali ke luar menemui Lidya. Ali mendial nomor sang Ayah untuk memastikan. Dan benar saja,panggilan dari Ali pun tidak di gubris oleh Findo.

"Tidur tempat Capten Bram kayak nya Bun"

Lidya menepuk tangan kanan Ali.
"Ngaco kamu nih,ngapain juga tidur tempat orang kayak gak ada rumah sendiri"

"Yaudah deh Ali cari ya" Ali kembali masuk ke dalam kamar mengambil kunci mobil.

"Udah malem,kamu juga besok sekolah bang"

"Bentar doang Bunda"

Ali merangkul Lidya menuruni anak tangga,ia mengecup sekilas kepala yang di baluti hijab itu. Setelah sampai di depan mobil,Ali memberikan senyum hangat untuk Lidya agar wanita itu tidak perlu terlalu cemas.

"Hati-hati bang" ucap Lidya saat Ali hendak melajukan mobil nya.

Ali mengangguk, "Bunda tidur aja,Ali bawa kunci rumah kok"

Tanpa membuang waktu lagi Ali mulai menjalankan mobil nya membelah jalanan yang gelap dan sedikit sunyi. Sebenarnya niat Ali bukanlah untuk mencari Findo,ia hanya ingin menemui Illyana di rumahnya.

"Ayah kan udah gede,pasti gak bakalan nyasar kalau mau pulang kerumah" ujar Ali pada dirinya sendiri.

Ali membelok kan mobil nya memasuki komplek perumahan Illyana. Saat hendak mendekati rumah megah bercat putih di ujung,mata Ali memicing melihat orang yang di cari nya sedang membuang sampah di dekat pagar rumah.

Buru-buru Ali keluar dari mobil ketika sudah berada di hadapan Illyana. Ia melangkah semakin cepat saat Illyana hendak menutup pagar rumah nya,seperti ingin menghindari Ali.

"Buka dulu" Ali mendorong pagar yang di tahan Illyana agar terbuka.

"Mau apa kamu? Pulang sana"

Merasa kesal dengan pengusiran gadis di hadapannya, Ali mengambil ancang-ancang menusuk pinggang Illyana menggunakan jari telunjuknya.

"Geli" pekik Illyana dan tanpa sadar tidak lagi berusaha menutup pagar.

Ali membuka pagar tadi sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Nah gini kan enak"

"Mau apasih?"

"Mau balikan"

"Gila!" Illyana hendak berlalu dari hadapan Ali,namun tangan keker pria itu menahannya.

"Gue seriusan ini" ucap Ali kesal.

Illyana menepis pelan tangan Ali lalu bersedekap dada,menatap menantang pada pria itu.

"Gak minat,udah sana pulang!"

Ali menghela nafas kasar. Kata putus yang di ucapkannya tadi sore benar-benar membuatnya begitu frustasi. Ingin rasanya mengulang waktu agar kalimat kurang ajar itu tidak keluar dari mulutnya dan sampai berakhir seperti ini.

"Gue bakal lakuin apa aja asal kita pacaran lagi"

"Termasuk ngejauhin kak Bunga?"

Mulut Ali seketika bungkam.

Illyana terkekeh miris melihat Ali tidak punya keberanian untuk menjawab. Malahan pria itu memilih masuk kedalam mobil,pergi begitu saja meninggalkan Illyana yang mulai menetes kan air mata.

"Sok banget sih tuh cewek" gerutu Ali.

Ali melirik ke arloji yang melingkar di tangan kiri nya. Malam belum begitu larut,ia memilih memberhentikan mobil di depan gerobak sate yang berada di dekat taman.

"Pak Sate nya satu bungkus ya"

"Baik Mas,di tunggu sebentar"

Sambil menunggu pesanan nya selesai,Ali kembali mencoba menghubungi sang Ayah. Tapi lagi-lagi panggilan nya tidak kunjung di jawab juga,hanya terdengar suara operator yang menjawab di sebrang sana.

"Ini Mas satenya" penjual sate itu memberikan satu bungkus kresek kepada Ali.

"Keripik nya tambahin satu lagi Pak"

Penjual sate itu menambahkan satu bungkus keripik ke dalam bungkus sate Ali.

"Berapa Pak?"

"25 ribu aja Mas"

Ali mengeluarkan uang 30 ribu dari dalam dompet nya dan langsung memberikan kepada penjual sate tadi.
"Kembaliannya untuk bapak aja"

"Makasih loh Mas"

Kepala Ali mengangguk meng-iyakan, lalu mata nya menyusuri area taman yang sepi. Setelah menemukan tempat yang cocok untuk menyatap sate yang di belinya tadi,Ali kembali menjalankan mobil menuju pinggiran taman yang sedikit gelap.

Ali mematikan mesin mobil nya dan langsung keluar sembari membawa bungkus sate nya. Ia duduk di atas kap mobil dengan nyaman lalu mulai memakan sate ayam yang begitu mengunggah selera.

Asik menikmati sate nya,sampai Ali tidak sadar mobil Findo sudah terparkir di samping mobilnya. Findo terlihat menggeleng kan kepala menatap ke arah Ali yang sangat begitu lahap menyantap lontong beserta keripik merah yang ada di atas pangkuannya.

"Kamu ngapain makan sate disini?" tanya Findo tanpa turun dari mobil.

Ali tersentak kaget,hampir saja keripik yang ada di pangkuannya jatuh berserakan ke bawah.

"Pulang,besok sekolah"

"Yaudah ayo" Ali membuang asal bungkus sate nya dan turun dari kap mobil.

"Kayak habis putus cinta aja kamu menyendiri di sini" kekeh Findo.

"Emang lagi putus cinta ini" jawab Ali pelan.

"Kok bisa?" tanya Findo sembari tertawa.

Ali mendengus kecil, "Ya bisalah,namanya juga hubungan"

"Ajak balikan lah" ujar Findo masih dengan tawanya.

"Udah Yah,tapi gagal"

Ali berjalan mendekati mobil Findo,memperhatikan Ayah nya yang masih tertawa karena pengakuannya tadi. Saat ingin pergi memasuki mobil nya,Ali teringat sesuatu yang membuat nya sampai berakhir di taman ini. Ali kembali memutar tubuhnya menghadap ke arah Findo.

"Ayah dari mana sih? Kasihan Bunda mikirin Ayah belum balik-balik"

Findo berdehem kecil sebelum mengeluarkan papper bag berwarna coklat dan memberikannya pada Ali.
"Itu jaket nya udah Ayah tukar"

Mata Ali berbinar, "Ayo kita pulang"

Tanpa memperdulikan Findo,Ali langsung menancapkan gas meninggalkan area taman. Findo yang merasa Ali sudah lupa dengan pertanyaan nya tadi pun merasa begitu lega,lalu ia ikut pergi menyusul Ali untuk pulang ke rumah.

"Ali balik kerumah Illyana dulu ya" ucap Ali di tengah jalan.

Dahi Findo mengerut.
"Loh bukannya baru dari sana?"

"Mau nyoba sekali lagi" cengir Ali.

Findo mengangguk saja dan membiarkan Ali untuk kembali menemui Illyana.


























Bersambung...

Luka (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang