Masih berusaha

2.7K 177 33
                                    

Hati Illyana sudah sangat sakit menahan luka yang semakin menganga lebar setiap harinya. Kepergian Ali tadi membuat ia sadar jika memang Bunga sudah memenangkan tahta tertinggi di hati Ali.

"Lly, ada Ali di bawah tuh" ucap Sesil dari luar kamar.

Illyana menghampus kasar air mata nya.
"Aku gak mau ketemu kak Ali, Ma"

Di luar kamar Illyana, Sesil menghela nafas kasar.
"Mbok, ambilkan kunci cadangan ya, sekalian ajak Ali naik ke atas" Perintah Sesil pada Mbok Tuti yang sedari tadi ada di sampingnya.

"Baik nyah" Mbok Tuti langsung melangkah menuruni tangga untuk menjalankan perintah Sesil.

Sesil ingin Illyana dan Ali menyelesaikan masalah mereka dengan kepala dingin tanpa emosi, dan Sesil pun berharap Ali dapat menyadari kesalahan nya selama ini.

"Nyah ini kunci nya" ucap Mbok Tuti menyerahkan kunci cadangan tadi pada Sesil.

Sebelum membuka pintu, Sesil  memandang sebentar pada Ali yang tampak menampilkan wajah datar nya.
"Kamu yang masuk"

Setelah pintu berhasil di buka,Ali langsung masuk ke kamar Illyana. Isi kamar sungguh berantakan, tissue ada dimana-mana, selimut dan bantal pun sudah tak berada di atas ranjang. Ali bergidik ngeri, apa sebenarnya yang di lakukan gadis itu di dalam kamar ini.

Dengan langkah pelan Ali mendekati Illyana yang berada di balkon, semakin dekat Ali dengan Illyana maka semakin terdengar jelas isakan pilu yang menyedihkan. Ali menghela nafas kasar sebelum merengkuh tubuh Illyana dari belakang dengan kepala yang ia letakkan di pundak kanan Illyana.

Ali tersenyum kecil saat merasa tubuh Illyana menegang di dalam dekapan nya, bahkan suara tangis tadi sudah hilang entah kemana.
"Nangis mulu" kekeh Ali.

"Lepas kak" lirih Illyana.

"Kalau gue lepas lo mau ngapain?" tanya Ali sembari mencium singkat pundak Illyana

Illyana mengeratkan pegangan nya di penyanggang balkon, tindakan Ali ini semakin membuat Illyana tidak ingin melepaskan Ali dari kisah hidupnya.

"Kamu kenapa balik kesini?"

Ali melepaskan dekapan nya, lalu bersandar pada penyanggang balkon dengan posisi menghadap Illyana, tangan Ali menyibak kan rambut Illyana kebelakang dan mengelus pipi nya pelan.

"Nangis berapa jam lo sampai mata bengkak kayak gini?"

"Bukan urusan kakak"

Ali terkekeh kecil mendengar nada dingin yang keluar dari mulut Illyana, ada sedikit rasa ngilu di relung hati nya saat Illyana berubah seperti ini. Ali tidak lagi menemukan Illlyana yang selalu berkata lembut.

"Gue lebih suka lo yang lembut"

Melihat keterdiaman Illyana, Ali memutus kan mengeluarkan bungkus rokok dan pematik yang ada di saku jaket nya,mengambil 1 batang sebelum kembali mangantongi bungkus rokok tadi, Ali mengapit rokok di kedua bibir nya lalu mulai menghidupkan pematik di ujung rokok.

Asap rokok mulai menyebar di area balkon, Ali tampak sangat menikmati tembakau itu dengan tatapan yang terus tertuju pada wajah Illyana.

"Mata lo indah" ucap Ali sambil menghisap kembali rokok nya.

Illyana mendelik lebar, sejak kapan Ali menghisap benda itu?
"Kamu ngerokok kak?" tanya Illyana tak percaya.

Ali berdehem pelan meng-iyakan.

"Sejak kapan?"

Sebelum menjawab pertanyaan Illyana, Ali menarik pinggang Illyana agar mendekat pada nya. Tubuh Ali masih bersandar di penyanggang balkon dengan satu tangan yang asik menghisap rokok dan sebelah nya lagi berada di pinggang Illyana.

"Baru 2 hari ini"

"Aku gak suka kamu ngerokok kak"

"Tapi Bunga suka gue kayak gini"

Illyana melepas tangan Ali yang ada di pinggang nya, lalu sedikit memundurkan tubuh nya agar menjauh.
"Kalau dia sayang kamu pasti dia ngelarang kamu buat ngerokok,bukan malah suka ngelihat kamu ngerokok!" Illyana langsung meninggalkan balkon.

Untuk sesaat Ali tertegun. Memang benar,kalau sayang pasti melarang bukan malah membiarkan. Dengan spontan Ali menjatuhkan rokok nya ke lantai lalu menginjak nya agar api rokok itu padam.

Ali memutuskan menyusul Illyana kedalam kamar, ia dapat melihat gadis itu sedang memunguti tissue bekas yang berserakan di kamar, wajah nya tampak datar namun sendu.

"Berarti lo sayang gue, bukti nya lo ngelarang" Ali menduduki sofa dekat ranjang Illyana.

"Mungkin!"

Ali bangkit menghampiri Illyana yang berada di sisi ranjang, Ali membalikkan tubuh Illyana agar menghadap ke arah nya.
"Kalau sayang ayo balikan"

Mulut Illyana terkunci rapat. Ingin meng-iyakan ajakan Ali tapi ia takut akan terluka kembali. Rasanya begitu sulit untuk menjawab hal yang sepele seperti ini.

"Besok gue temuin lagi,tapi jangan pake syarat!"

Ali menepuk pelan pucuk kepala Illyana sebelum berlalu keluar dari kamar gadis itu. Di ruang tamu Ali berpapasan dengan Sesil yang ingin naik ke lantai atas.

"Saya pulang ya tante" pamit Ali menyalami Sesil.

"Udah selesai masalah nya?"

Ali mengangguk singkat.

"Yaudah hati-hati"

Ali tersenyum kecil menanggapi ucapan Sesil, lalu ia sedikit berlari untuk bisa tiba di mobil. Setiba nya di dalam mobil Ali langsung mengeluarkan ponsel nya untuk menghubungi seseorang.

"Kamu udah tidur?" tanya Ali.

"........"

"Oke aku kesana"

Setelah menutup panggilan, Ali langsung menancap gas untuk bisa sampai ketempat tujuan, ia merasa lega karena masalah nya dengan Illyana sudah hampir selesai.

Tidak butuh waktu lama kini Ali sudah sampai di sebuah rumah minimalis. Ali keluar dari mobil dengan tergesa sembari membawa kantong plastik berisi obat-obatan.

Belum sempat Ali mengetuk pintu rumah,Bunga sudah lebih dulu membuka pintu dari dalam.
"Lama banget"

"Maaf ya tadi mampir lagi di rumah Illyana." Ali memberikan kantong kresek yang tadi di bawanya pada gadis itu.

"Gimana sama Illyana?" tanya Bunga sembari menerima pemberian Ali.

"Udah beres. Btw aku langsung balik ya"

Bunga tersenyum lebar dengan tangan yang asik memainkan bulu mata Ali, sehingga mau tidak mau Ali harus memejamkan mata nya.

"Hati-Hati ya"

"Lututnya langsung di olesi" Ali mengecup singkat dahi Bunga lalu segera masuk ke dalam mobil dan berlalu.




















Bersambung...

Pembaca gelap masih gak nyadar juga ya hmm:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luka (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang