Setelah kepergian ketiga sahabatnya, Seungmin menatap bangunan apartemen dimana tempat Lia tinggal. Sebelumnya Jisung sudah memberitahu bahwa Lia tinggal di apartemen nomor 8 lantai 2, maka cowok itu segera masuk dan bersitatap dengan sosok cewek yang baru saja ingin dia jemput. Sosok Yeji terlihat lebih lesuh dari biasanya dengan rambut yang asal diikat dan sebuah kaus putih polos dan bawahan training.
Entah kenapa, segala kata-kata yang telah dirangkai di dalam kepalanya perlahan menguap. Seungmin jadi lupa apa yang akan dia ucapkan pada gadis di hadapanya selain--
"Hai," cowok itu tersenyum tipis.
Gadis di depannya sempat terkejut sebelum balas tersenyum. "Hai."
=+=+=+=
Suasana pagi yang masih terasa sejuk dengan udara segar mengantarkan mereka ke taman tempat mereka pernah membawa Hailo jalan-jalan--tepat hari dimana Yeji menemukan Seungmin dengan kebiasaan buruknya. Keduanya duduk sembari menenggak minuman cola namun otak mereka bekerja sangat cepat. Seungmin agak bingung bagaimana cara menyampaikan apa yang salah pada gadis itu, sedangkan Yeji merasa tidak enak karena sudah mengacaukan hidup Seungmin karena perasaan tiba-tibanya.
"Seungmin."
"Yeji."
Pandangan keduanya bertabrakan sebelum akhirnya Seungmin menggeleng kecil. "Kalau gini terus, kita nggak bakal berhasil," ucap cowok yang kini terlihat sedikit lebih berani dari sosok cowok yang Yeji kenal sebelumnya. Seakan-akan ada sebuah kekuatan yang membuat Seungmin dapat mengungkapkan segala keluh kesahnya. Mungkin semalam atau tadi pagi, ketiga sahabat cowok itu sudah memberi wejangan yang sangat bermanfaatkan untuk Seungmin pagi ini.
Yeji jadi tersenyum kecil. "I know. We can't make a relationship if you don't like me as same I like you."
"No, It's not about this. Ini tentang gimana gue masih merasa buruk kalau harus nerima lo, Hwang Yeji," balas Seungmin dengan nada yang lebih pelan, lebih ramah dari biasanya. Cowok itu menatap gadis di sampingnya dengan sungguh-sungguh. Setiap melihat Yeji, dia selalu terbayangkan oleh pelukan hangat dan rasa nyaman sebuah keluarga. Semenjak dirinya menyadari bahwa Yeji bukan lagi orang asing, separuh hatinya menyetujui kalau cewek itu adalah rumah barunya.
Namun sebagian lagi dari dirinya seakan menolak dan menyatakan bahwa dia tidak pantas untuk mendapatkan rumah baru tersebut saat rumah lamanya masih tidak beraturan. Dia tidak mau gadis itu menjadi sosok paling menyedihkan di dunia ini karena memiliki dirinya yang masih pengecut bahkan terhadap diri sendiri. Oleh sebab itu, lebih baik jujur daripada menyiksa perasaan mereka masing-masing, kan?
Gadis itu memiringkan wajahnya seraya memanggil sosok cowok yang sibuk dengan pikirannya itu. "Seungmin?"
"I like you," pada akhirnya kalimat yang sejak kemarin ditahan itu pun akhirnya terucap. Cowok itu tersenyum miris. "But I don't think our relationship is can't work," Seungmin mengalihkan pandangannya. Dia harus mengatakan segala keraguan, segala emosi yang sejak satu tahun lalu dia tanam sendirian. Sebuah alasan mengapa kehidupannya harus ditekan oleh kegelapan dan rasa bersalah. Tentang trauma akan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Stranger
Fanfiction#1 Kim Seungmin Seungmin sama sekali tidak paham, mengapa hidupnya harus didatangi oleh makhluk asing seperti Hwang Yeji. Mana kerjaan cewek itu cuma bisa menghancurkan segala yang ada di rumahnya. Apa sebenarnya maksud Ibu membiarkan Yeji tinggal d...