Chapter Empat

3.6K 368 14
                                    

Suara gedebukan menghiasai suasana pagi itu. Orang-orang dewasa yang tertidur langsung bangun untuk menghampiri siapa yang membuat suara berisik di pagi ini. Ternyata Kakashi yang sudah siap dengan seragam kantor, sepertinya dia sedang terburu-buru.

Neji dengan sigap melihat kamar Naruto dan Hinata. Mengelus dada karena keduanya masih tertidur. Ini masih jam tiga pagi, kalau mereka berdua bangun pasti rewel. Sekedar informasi, Hinata selalu tidur di rumah ini, dia pulang jika ayah dan ibu mereka meminta pulang. Biasa, ayah dan ibu mereka berdua selalu ke luar negeri, perjalanan bisnis.

Neji mengulum senyum saat melihat Naruto dan Hinata tidur nyenyak. Ya, terkadang mereka tidur terpisah, kadang tidur bersama, dan hari ini sepertinya mereka tidur bersama. Ia membalik badan, dikejutkan dengan Kakashi yang memasang wajah tegang, hampir saja Neji berteriak kalau Kakashi maling.

Kakashi masuk ke dalam kamar, Neji mengikuti. Di belakang tubuh Kakashi ia sedang mengamati bagaimana pria pertengahan abad itu mengelus surai pirang Naruto, menciumi kening Naruto, dan mengatakan maaf berkali-kali. Tanpa sadar air mata turun membasahi pipi Neji, kenangan yang lalu-lalu kembali muncul, bagaimana ia berjuang bersama rekan-rekannya untuk membantu Naruto tidak merasa sendirian.

Akibat dari kematian Kakashi dan Sasuke bersamaan, berhasil membuat Naruto menjadi sosok yang tidak mudah dijangkau siapapun. Ia usap dengan kasar air matanya, pipinya terasa panas karena ia terlalu keras menggosok air mata, akibatnya pipinya memerah.

Kakashi. Pria itu sangat mencintai Naruto, sama seperti Sasuke. Kedua pria tampan itu selalu memerhatikan Naruto melebihi diri sendiri, terkadang Neji merasa iri, tapi untuk apa merasakan itu semua jika hatinya saja menyukai bagaimana cara mereka menyayangi Naruto.

"Kau menangis?"

Untuk kedua kalinya dalam satu pagi, Kakashi mengejutnya. Kaki jenjang panjangnya melangkah mundur dua kali karena jarak antara dia dan Kakashi terlalu dekat, "Y-ya, teringat masa lalu. Terlalu suram." Neji menunjukkan senyum lebar ketika air matanya masih saja menetes. Jari-jari kokohnya ia gunakan menggosok sudut matanya karena terus mengeluarkan air, sungguh, ia selalu merasa sedih.

Kakashi yang awalnya berwajah datar kini berubah sedikit ada kesenduan. Kepalanya ia tolehkan ke belakang, menatap sang pujaan yang sedang tertidur. Ia sudah tahu cerita setelah kematiannya dari Neji, Sakura, dan Shikamaru. Mengetahui itu, ia berjanji tidak akan meninggalkan Naruto dan terus menjaganya. Sesuai ucapannya sebelum mati dulu.

"Kau cengeng sekali." Kakashi meninju pelan bahu Neji yang terbalut kain kimono tidur, ia menunjukkan senyum tipis untuk menghapus kesedihan Neji, padahal hatinya sendiri juga sedang merasakan pahit.

Di usapan terakhir, Neji menganggukkan kepala. Mata lebarnya menatap penampilan pria di depannya, sudah memakai stelan kantor. "Kau mau ke mana?" tanyanya dengan suara serak.

Kakashi melangkah keluar dari kamar, Neji mengekori. Di depan kamarnya ada koper, segera ia tarik untuk ia bawa pergi, "Aku akan ke Amerika sampai satu minggu, ini sangat buruk sekali." Hal itu membuat Neji membuka mulutnya pelan, hal-hal penting muncul di kepala Neji.

Neji melangkah menyamai kaki Kakashi, mereka berdua menuruni tangga bersama, wajah Neji begitu kaku untuk dilihat. "Kenapa tiba-tiba? Naruto bisa menangis seharian karena kau tinggal." Dulu pernah Kakashi dua hari tidak pulang karena kerja lembur, hasilnya Naruto selama itu menangis tanpa henti, padahal sudah dipanggilkan Sasuke.

Kakashi menghela napas panjang, "Di sana, membutuhkan aku untuk mengurus. Anak buahku tidak bisa mengurus. Aku tidak mau almarhum Minato-sama membenciku." Kaki Kakashi terus melangkah, meninggalkan langkah Neji yang menelan.

"Lebih daripada itu, lebih baik kau merapikan rambutmu yang acak-acakan itu. Kau mirip sadako." Suara Kakashi begitu mencela sebagai tanda pamitan. Shikamaru muncul untuk membantu Kakashi, dia akan mengantar Kakashi untuk menuju bandara yang tidak jauh dari rumah ini.

REINKARNASI || KAKANARU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang