Chapter Delapan

2.4K 258 25
                                    

Aroma masakan menguar dari arah dapur, akibatnya Naruto melangkah dengan cepat seperti lupa dengan segalanya. Kaki jenjangnya berlarian menuju dapur sembari melepas jaket dan syal, membuat Sasuke dan Kakashi yang berjalan di belakangnya menjadi pemungut.

Sesudah itu, Kakashi dan Sasuke menuju kamar masing-masing, mengganti pakaian menjadi lebih longgar.

Di dapur ada Hinata, Neji, dan Shikamaru, ketiganya sedang menyiapkan makan malam. Kecuali Shikamaru, dia hanya berjalan ke sana-sini menjadi kamera berjalan. Kedatangan Naruto membuat dapur langsung gaduh karena yang dimasak Neji dan Hinata adalah makanan kesukaannya, ramen dengan banyak daging sapi.

"Katakan! katakan! apa aku sedang ulang tahun? kenapa banyak ramen di sini. Waaaaah!" tangan mungil Naruto bergelayut manja kepada Neji, mata birunya berbinar-binar seperti anak kecil yang meminta mainan. Bukan hanya pada Neji, tapi juga pada Shikamaru dan Hinata, ia sudah seperti orang utan yang bergelayut di cabang pohon.

Kerah bagian belakang Naruto ditarik keras oleh Shikamaru, dia tuntun remaja itu ke tempat duduk yang ada di dapur, "Duduklah jika hanya menjadi pengganggu, Naruto." Perintah Shikamaru. Detik berikutnya manusia berkepala nanas itu mendapat pukulan tutup panci panas dari Neji, membuat ia kesakitan sampai meringis menunjukkan barisan gigi. "Apa salahku!"

"Kau juga pengganggu! lebih baik duduk!" sinis Neji yang diangguki Hinata.

Shikamaru menurut. Berbeda dengan Naruto yang lagi-lagi bergelayut, mencari tahu hari ini hari apa sampai ada masakan spesial di dapur. Ternyata Sakura akan datang, wanita itu meminta untuk dimasakkan ramen, maka dari itu masakan hari ini penuh dengan ramen.

Mendengar Sakura akan datang, Naruto makin girang, ia akan menunggu hadiah apa yang akan diberikan bibi cantik itu kepadanya dan Hinata. Kelakuan Naruto yang mirip seperti bocah, memang mengganggu acara masak, tapi menghibur bagi yang memasak.

"Ada apa, kok, ramai sekali di dapur, hum?" Sasuke datang, dia sudah memakai baju santai, dan dandanannya cukup maskulin walaupun tidak memakai pakaian kantor. Dia selalu tampan kapan saja.

Hinata menunjukkan senyum lebar sampai matanya menyipit. Itu pertanda kalau hari ini adalah hari yang spesial. Sasuke mengangguk mengerti. Belum sampai Sasuke duduk di samping manusia nanas, si bocah pirang berumur tujuh belas tahun itu berlari dan memeluknya erat, menduselkan kepala ke dada bidangnya, membuat Sasuke tak henti untuk menciumi kening dan puncak kepala Naruto. Hal yang dilakukan Sasuke sudah mirip seperti seorang ayah pada anaknya, tapi banyak yang tahu kalau Sasuke begitu besar mencintai Naruto.

"Hari ini bibi Sakura akan datang, Daddy!" kepala itu mendongak, menatap Sasuke dengan tatapan kerlap-kerlip yang menghibur hati Sasuke.

Yang menonton hanya menggelengkan kepala, merasa sedikit malu memiliki remaja bertingkah absurd seperti itu.

"Oh, begitu?" sebenarnya ia sudah tahu kalau Sakura akan datang, tapi ia tidak menunjukkan ekspresi sudah mengerti malah memberi ekspresi terkejut untuk membuat anak itu lebih bahagia lagi. Ia tuntun Naruto ke bangku, duduk di atas pangkuannya, tapi kembali Naruto bangkit untuk membantu memasak ramen.

Sasuke menggelengkan kepala, anak itu seperti tidak kehabisan tenaga, kalau ada Kakashi di sini pasti Naruto berubah menjadi pendiam. Dari gerak gerik Naruto yang ia baca, dapat ia pahami kalau remaja itu menyimpan sesuatu yang besar pada Kakashi. Sebenarnya sejak lama ia kalah, tapi ia ingin memuaskan rasa sayangnya ini, dan mungkin saja menjadi ayah Naruto adalah jalannya. Tapi apakah hatinya baik-baik saja?

Apa ia perlu untuk berbuat curang untuk mendapatkan Naruto? tidak, ia akan mendapat malu dari Kakashi. Pria dewasa berambut perak itu sama sekali tidak memikirkan kecurangan, bahkan terkesan tidak mau mendekati Naruto terlalu jauh, tidak ada alasan baginya berbuat curang.

REINKARNASI || KAKANARU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang