Kelopak mata itu bergerak-gerak tepat ketika jam menunjukkan angka sembilan pagi. Wajah itu tidak lagi berwarna pucat, sudah berubah menjadi merona tipis, sangat manis seperti biasa. Selagi orang tersebut berusaha bangun, orang-orang di sekitarnya sibuk mengamati.
Mengamati bagaimana bunga itu mekar malu-malu, wajah itu bagai kupu-kupu yang bergelayut di bunga-bunga segar, harum wangi kesegaran alami mengusir tanpa izin. Dia pemalu dan juga periang, siapapun akan menyukai bunga matahari.
Bola mata biru menyembul dari persembunyian, menunjukkan secerah apa harapannya setelah bangun, hal itu mendapat perhatian lebih dari Sakura dan Neji untuk membantu bangun juga minum.
"Apa kamu baik?" suara halus Shikamaru memulai pertanyaan.
Wajah malas. Rambut nanas. Naruto menjukkan senyum tipis, Shikamaru di masa lalu dan sekarang tidak ada bedanya. Mengalami tidur panjang membuat otaknya mengalami sinkronisasi yang bagus, alhasil ia mulai memahami dan mengerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Dengan rasa yang masih kental, ia menatap orang-orang yang mengelilinginya, mereka dari era kuno semua yang berubah cantik-tampan sesuai kodratnya. Mereka berkumpul di sini, hati Naruto menghangat.
Sampai tatapannya bertemu pandang dengan Kakashi dan Sasuke, ia menyadari jika permasalahan ini ada pada kisah cinta di antara mereka bertiga. Ia menatap kedua manusia tampan dan kekar tersebut, menatapnya lama, semoga pilihannya adalah yang benar.
"Kakashi, Sasuke...mengenai itu..." pipi Naruto memerah, seharusnya ia memanggil Kakashi dengan paman, dan Sasuke dengan Daddy, tidak sopan sekali dirinya ini hanya karena ingatannya kembali. Oh, salahkan ia yang gugup ini.
Sakura dan Hinata membuka mulut lebar-lebar, baru saja bangun sudah akan meluruskan permasalahan hati yang memicu pertiakaian di masa lalu. Naruto memang manusia ajaib. Neji dan Shikamaru hanya menganggap hal itu santai, mungkin karena memang Naruto ingin membahas itu, sekalian untuk memperjelas hubungan menggantung ini.
"Tidak apa, Naru, bisa kit-"
Naruto menggeleng ribut, menghentikan ucapan Sasuke dengan cepat, "Tidak, tidak, aku hanya...." suaranya menghilang perlahan, tatapannya juga bergilir pelan ke Kakashi yang saat itu menunduk, "...ingin memastikan sesuatu." lanjutnya setelah memantapkan hati.
"Memastikan sesuatu?" kata mereka serempak, kecuali Kakashi mengerutkan kening sambil berkata 'apa' dalam bisikan.
Ia hanya ingin memastikan apakah Kakashi juga mencintainya, atau tidak sama sekali.
Kening, pipi, dan belakang kepala digaruknya pelan. Tidak ada yang gatal dengan bagian-bagian itu, ia hanya sedikit mengalihkan rasa gugupnya saja. Bagiamana cara ia mengatakan kepada Kakashi dan Sasuke? ia begitu malu untuk mengungkapkan semuanya dengan gamblang.
Seperti menanti sebuah kejutan, suasana kamar menjadi berubah menegangkan.
Tubuh tegap Sasuke dihampiri Naruto, mendapat pelukan dari Naruto. Yang lain menatap Kakashi, apakah Naruto menerima Sasuke?
Di dalam pelukan Naruto, Sasuke membalas pelukan itu, akan tetapi ia tidak merasa lega sama sekali. Ia merasa akan ada sesuatu yang lain.
Ia menghirup bau maskulin yang menguar dari ceruk leher Sasuke, ia tersenyum tipis, "Sasuke, aku menyayangimu sama seperti aku menyayangi sahabatku. Sekarang aku mencintaimu, seperti ayahku sendiri. Terimakasih sudah mencintaiku." Bisik Naruto tepat di telinga kiri Sasuke, ia mencium pipi Sasuke dengan sedikit lama, ini jalan yang ia pilih.
Seperti dugaan. Ia tertolak. Yah, mau bagaimana lagi? walau hatinya sakit, ia tidak bisakan untuk memaksa hati seseorang untuk mencintainya? ia tidak ingin egois sampai kejadian di masa lalu terulang. "Ya, aku mengerti." Kata Sasuke. Diakhiri dengan ciuman di kening Naruto, seperti yang biasa ia lakukan pada anak pirangnya.
Setelah berhadapan dengan Sasuke, ia menarik diri untuk menghadap Kakashi, membuat pipinya merona kembali. Ia malu-malu untuk menatap Kakashi, sedangkan pujaannya dengan gagah berani menatap dirinya tanpa mengalihkan pandangan.
Oh, Tuhan, jantung Naruto mau copot rasanya ditatap seperti itu oleh Kakashi. Tatapan itu melemahkannya. Naruto ingin pingsan lagi, Sakura bantu menjinakkan Kakashi agar tidak terlalu tampan. Wah, Naruto benar-benar kacau hanya karena menatap wajah Kakashi.
Sebenarnya Kakashi tidak sabar jawaban apa yang ia terima, penerimaan atau penolakan, karena percakapan Naruto dengan Sasuke tidak dapat ia dengar. Sampai ia dikejutkan dengan Naruto yang memeluk tubuhnya erat, dan bibirnya dipungut oleh remaja itu.
Yang lain bersorak karena keberanian Naruto, sedangkan Sasuke diam-diam mengambil ponsel untuk merekam kejadian ini. Siapa tahu bermanfaat begitu.
Pipi Naruto memerah setelah melepas pungutan tiba-tibanya ke Kakashi. Kali ini jangan salahkan iman Naruto yang tergoda, tapi salahkan bibir seksi Kakashi yang terus melambai minta dicium, Narutokan jadi ingin merasakan. Ah, lupakan, itu tadi hanya digunakan Naruto untuk pengakuan cinta.
Kakashi sendiri sudah merasakan pipinya memerah. Entah terlihat atau tidak, tapi ia malu sekali.
Naruto menganggukkan kepala berkali-kali di depan Kakashi, membuat lelaki perkasa itu kebingungan dengan maksudnya. Ia mendongak, menatap Kakashi malu, "Ayo pacaran, Pa..paman." Pinta Naruto dengan nada memaksa tapi wajahnya yang malu-malu membuat Kakashi gemas.
Hati siapa yang tidak bahagia mendengar ajakan lembut pujaan hatinya. Dengan demikian, Kakashi menarik belakang kepala Naruto, dan mencium bibir mungil berwarna merah menggoda itu. Mengulumnya dengan sayang. Sedangkan matanya fokus pada pipi Naruto yang memerah, dan mata indahnya yang terkatup. Naruto cantik.
"Tidak punya malu." Gerutu Hinata.
"Sasuke, kau tidak sedang kehabisan obat, kan? akalmu kurang waras saat ini." Sadis Neji saat melihat Sasuke masih sibuk merekam aktivitas berciuman Kakashi dengan Naruto.
Sasuke tidak menggubris.
"Hey, Sasuke, kau tidak cemburu?" perkataan Shikamaru berhasil menghentikan tingkah ajaib Sasuke. Pria itu menatap Shikamaru tenang, ada senyuman yang timbul.
"Yah, mau bagaimana lagi? aku tidak memiliki chidori untuk membunuhnya saat ini." Kedua tangan Sasuke terangkat ke udara pertanda menyerah, ia bercanda dengan wajah yang menyimpan raut kepahitan.
Hanya Sakura yang diam, tapi bibir merahnya itu menunjukkan senyum yang lebar. Pipinya pasti akan lelah jika wanita itu tersenyum seperti itu jika lama-lama.
Ciuman itu berkahir, dilanjutkan dengan pelukan erat keduanya, yang lain menjadi saksi dan kacang bersamaan. Tingkah Sasuke muncul kembali, kali ini Sakura ikut-ikutan merekam keromantisan Kakashi dalam memerlakukan Naruto sebagai kekasih.
"Paman, aku mencintaimu." Ucap Naruto pelan di depan dada Kakashi.
"Jangan panggil paman, panggil aku suamiku." Seketika wajah Hinata, Neji, dan Shikamaru berubah menjadi ingin muntah, sedangkan Sasuke dan Sakura berhenti merekam guna mengorek telinga mereka. Ucapan Kakashi begitu dasyat efeknya.
Naruto malu sendiri. Ia tidak bisa mengatakan hal itu, ia lebih enakan manggil Kakashi paman, itu terlihat sangat romantis. Sedangkan Kakashi semakin memererat pelukan sambil berkata, "Apapun panggilanku, asal itu darimu, aku tidak masalah."
"Naruto. Terimakasih."
The end.
Yes! ending! 🥀🥀🥀🥀
Lihat wall percakapanku, oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
REINKARNASI || KAKANARU ✓
Fanfiction[STATUS TAMAT] Ini tentang keabadian cinta antara Kakashi, Sasuke, dan Naruto. Mulai dari penyesalan masa lalu yang terbawa sampai masa depan, juga sebuah persaingan yang terus berlanjut setelah mereka saling dipertemukan.