Aku berjalan ke balkon. Melihat langit. Ternyata banyak bintang disana.
"Tolong sampaikan rinduku pada dia" ucapku memandang bintang.
Salah satu bintang disana terjatuh. Aku menutup mataku. Aku hanya memohon agar segera bertemu dengan Jennie Kim. Ralat Park Jennie.
Rasanya kehidupanku tak seindah dulu. Hidup sebatang kara di rumah yang sudah tua. Banyak dari mereka yang mengajakku pergi, tapi tidak. Hanya disini aku bisa merasakan keadaan Jennie.
Di usiaku yang tak lagi muda, aku hanya ingin bahagia dengan seseorang hingga maut menjemput. Namun aku hanya hidup sendirian disini.
Kulihat sebuah bingkai foto yang menghiasi ruang tamu. Aku tersenyum. Itu adalah potret saat aku menghabiskan waktu dengannya di karnaval.
***
Rosé menunggu didalam mobilnya. Berulang kali dia mencium ketiaknya, dia hanya tidak mau Jennie mencium bau tak sedap disini.
Oke, ketiaknya sudah wangi. Dia sudah memakai parfum dengan wangi yang disukai yeoja sepertinya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu mobil. Rosé terlonjak. Ternyata itu Jennie yang sedang tersenyum kearahnya.
Rosé tersenyum lalu membuka pintu mobil. Melihat Jennie dengan pakaian sederhananya.
Rosé tersenyum. "Kau sangat cantik" pujinya.
Jennie tertawa. "Kau ini, kapan kita berangkat?" tanya Jennie.
"Sekarang. Ayo, masuklah ke mobil" ucap Rosé.
Namun Jennie menggeleng. "Aku tidak suka memakai mobil. Terlalu gelap dan pengap"
"Lalu? Kau ingin jalan kaki? Kota cukup jauh"
Jennie memperlihatkan sepedanya. "Kita bisa memakai sepeda Rosé-ssi. Kau bisa kan?"
"Kau yakin?"
Jennie mengangguk.
"Baiklah." Rosé mengunci mobilnya lalu menaiki sepeda Jennie dan Jennie duduk di depan.
"Ayo naik Jennie-ssi"
Jennie naik dan otomatis Rosé dekap. "Kurasa kita terlalu dekat untuk memanggil secara formal" ucap Jennie.
"Lalu? Kau ingin memanggilku apa nona?" tanya Rosé.
Jennie mendongkak. "Aku ingin memanggilmu Rosie."
"Okay. Jendeuki"
Jennie tertawa memegang stang sepeda agar tidak terjatuh.
Setelah beberapa saat, mereka sampai di karnaval. Rosé sudah bercucuran keringat. Dia harap Jennie tidak mencium bau tak sedap disini.
"Sudah, disini saja" ucap Jennie.
Rosé menghentikan kayuhannya. Jennie turun dan melihat Rosé.
"Kau wangi sekali" ucap Jennie.
Rosé tersenyum. Dan tersentak saat merasakan sesuatu mengusap Lehernya. Dia menatap Jennie sedang mengusap keringatnya.
"Apa kau lelah? Maaf ya, aku merepotkanmu" ucap Jennie.
"Gwenchana. Aku suka bersepeda. Lebih sehat" ucap Rosé tersenyum.
Mereka berjalan mengunjungi setiap penjual disana.
"Kau mau es krim? Aku belikan eoh?" tanya Rosé.
"Jika tidak merepotkanmu, aku mau"
"Tunggu disini"
Rosé membelikan Jennie es krim rasa vanila sedangkan dia sendiri membeli es krim rasa mangga.
Jennie tersenyum saat melihat Rosé berjalan kearahnya.
"Maaf apa aku lama?" tanya Rosé.
Jennie menggeleng. "Berapa harga es Krim ini?"
Rosé menggeleng "Aku membelikannya untukmu. Tidak masalah harganya berapa" ucap Rosé.
"Tapi sepertinya kau masih sekolah. Kau pasti banyak kebutuhan"
"Aku sudah bekerja sebagai fotografer. Mungkin pekerjaanku tak seberapa, tapi aku bisa. Memenuhi kebutuhanku dan sekolahku. Tenang saja"
Jennie mengangguk. "Gomawo"
"Kau sendiri? Sekolah dimana?" tanya Rosé.
"Aku baru lulus kuliah" ucap Jennie.
"Eh? Maaf, kukira kau masih sekolah. Wajahmu seperti remaja" ucap Rose jujur.
Jennie terkekeh. "Jinjja?"
Rosé mengangguk. "Berarti kau lebih tua dariku eonnie. Maaf"
"Gwenchana, umur bukan masalah. Yang bermasalah itu wajah yang cepat tua dari umur"
Rosé tertawa. "Kau bekerja eonnie?"
Jennie mengangguk. "Hanya menjaga toko bunga milikku sendiri."
"Wahh, kau suka bunga?"
"Eoh, aku sangat suka Rose"
Rosé tersenyum. Pipinya memerah. "Lain waktu aku main ke toko bunga mu"
"Tentu. Kau harus datang"
"Eonnie,"
Jennie menoleh.
"Tersenyumlah"
Cekrek
***
Aku meletakkan kembali foto itu. Rasanya baru kemarin aku melihat Jennie.
Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Sudah sepuluh tahun yang lalu ternyata.
Aku duduk di depan perapian. Kursi di depan kosong. Biasanya Jennie sedang merajut disana dengan ditemani hangatnya api unggun.
Jika aku mengganggu dia akan langsung menciumku. Walau bukan ciuman pertama tapi ciuman itu mampu membuatku mematung.
Aku telah berjanji, menyayangimu lahir dan batinku

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Jennie
Fanfiction🚫Mengandung bawang🌋 Dengarkan lah aku, cerita hatiku, cerita tentang seorang yeoja yang berhasil mencuri hatiku saat pertama kali melihat senyumannya. Biar kuceritakan, betapa aku sangat mencintai yeoja yang murah senyum itu, hingga akhirnya...