9. Best Part

1.1K 147 33
                                        

"Lalu? Apa yang terjadi selanjutnya?"

Aku tersenyum melihat Jongin. "Karna Jennie sakit, terpaksa kami merayakan Anniversary kami di rumah sakit. Dengan selang infus di tangannya, dan bau obat-obatan yang menyengat"

***

Rosé keluar rumah sakit. Dia mencari toko kue untuk ulang tahun pernikahannya, ditanggal 14 Januari.

Dia melihat toko kue diseberang jalan. Dia menghampirinya dan mulai memesan.

"Selamat datang," sambut pegawai disana.

Rosé tersenyum dan mendekatinya. "Aku mau mencari kue ulang tahun"

Pegawai itu mengangguk. "Ada beberapa disini. Untuk ulang tahun siapa?"

"Untuk ulang tahun pernikahanku"

Pelayan itu mengangguk. Sejenak dia memperhatikan wajah Rosé. "Omo! Bukankah anda Roseanne Park? Fotografer terkenal itu?"

Rosé mengusap leher belakangnya. "apa aku begitu terkenal?"

"Tentu saja. Ah iya, untuk ulang tahun pernikahanmu kan? Aku punya satu"

Pegawai itu membawa sebuah kue ulang tahun. Hiasannya sangat cantik dengan beberapa hiasan bunga mawar disana.

Rosé tersenyum melihatnya. "Jennie pasti akan menyukainya. Bisakan kau menaruh lilin diatasnya?"

Pegawai itu mengangguk. "Bisa. Angka berapa?"

"5. Lima tahun aku hidup dengannya"

Setelah membeli kue itu, Rosé kembali ke rumah sakit. Kebetulan hari itu Lisa berkunjung. Dia meminta tolong pada Lisa agar merekam aksinya.

Lisa setuju dan memulai rekaman. Rosé membuka pintu.

"Happy Anniversary..." ucapnya.

Jennie melihatnya dan tersenyum. "Rosie" Jennie menutup mulutnya.

"Happy anniversary Jendeuk eonnie. My Wifey"

Jennie duduk. Rosé mendudukkan dirinya disamping Jennie. "Ayo buat permintaan"

Mereka menutup mata. Setelah itu meniup lilinnya.

Rosé merangkul Jennie. "Sudah lima tahun ya?" ucap Jennie.

Rosé mengangguk. "Dan perasaanku padamu masih sama seperti lima tahun lalu"

"Terima kasih sudah mencintaiku"

"Terima kasih telah menerima cintaku"

Merekamenyatukan kening mereka saling menatap mata masing-masing. Hanya ada cinta dimata itu.

Rosé memiringkan kepalanya dan menyatukan bibir mereka. Saling melumat menyalurkan rasa cinta mereka. Hanya ada rasa cinta diantara mereka.

Dengan darah Rosé didalam tubuh Jennie. Dengan cinta yang menyatukan mereka. Mereka hanyalah sepasang insan yang saling mencintai. Sebesar apapun masalah yang mereka hadapi, mereka akan tetap bersama. Karna mereka saling mencintai.

Lisa tersenyum melihat sahabatnya. Sedikit terharu memang.

Mereka memotong kuenya dan saling menyuapi. Tersenyum dan menyalurkan rasa cinta lewat tatapan lembut mereka.

"Aku pulang dulu eoh?" ucap Lisa.

Rose beralih menatapnya. "Buru-buru sekali"

"Aku Ada urusan. Kau ingat ibu hamilku?"

Rose mengangguk. "Baiklah"

Setelah kepergian Lisa, Jennie memegang tangan Rosé lembut. Rosé menatapnya. "Kenapa, hum?" Rosé mengusap Rambut Jennie lembut.

"Sahabatmu akan punya anak. Apa kau juga tidak mau?" tanya Jennie.

"Aku mau. Tapi aku tidak bisa membayakan kesehatanmu. Jika kau hamil, pasti akan berbahaya jika penyakitmu kambuh kembali"

Jennie menunduk. "Mianhae. Aku tidak bisa memberikanmu keturunan"

"Gwenchana. Dengan adanya kau disisiku. Kau sudah melengkapi hidupku."

"Carilah wanita lain. Eomma dan Appamu pasti menginginkan seorang cucu" ucap Jennie tiba-tiba.

Rosé menyimpan kue di nakas. "Aku tidak mau. Aku hanya mencintaimu. Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai. Dan itu adalah kau, Aku tidak masalah tidak punya anak. Cukup kau menemaniku saja, itu sudah cukup"

"Tapi bagaimana jika aku sudah pergi nanti? Kau pasti kesepian" ucap Jennie lirih.

"Sayang... Jika kau pergi mungkin sudah waktunya. Aku hanya tinggal menunggu waktu lalu menyusulmu."

Jennie memeluk Rosé. Menyelusupkan tangannya kedalam jaket yang Rosé pakai. " I love You"

"I love You more"

Keesokan harinya Jennie diperbolehkan pulang karna keadaannya sudah membaik.

Rosé memasak untuk Jennie. Hanya makanan sederhana.

Jennie berbinar melihat Rosé yang bisa memasak. "Wahhh kau hebat. Rasanya enak sekali" ucap Jennie.

Rosé tersenyum. "Aku mempelajarinya darimu sayang"

Makan malam yang romantis. Dirumah sendiri dengan lilin ditengah meja. Mereka saling tersenyum. Menautkan tangan dan memberikan kalimat-kalimat cinta.

"Aku lelah" ucap Jennie tiba-tiba.

Rosé mengkerutkan alisnya lalu menatap Jennie yang sedang berbaring disampingnya.

"Lelah kenapa?"

"Aku lelah merepotkanmu" ucap Jennie lalu tidur menyamping kearah Rosé.

Rosé menyampingkan tidurnya. "Aku tidak merasa direpotkan. Aku hanya merasa mencintaimu" ucap Rosé tulus.

"Jika aku pergi... Aku tidak akan merepotkanmu lagi" ucap Jennie.

"Jika kau pergi aku kesepian."

"Rosie..." ucapnya lagi.

"Hmm?"

"Jika aku hidup lebih lama, aku hanya ingin melihat..."

"Melihat apa?"

"Aku hanya ingin melihat bagaimana indahnya dirimu. Kau tahu bagaimana aku melihatnya? Aku melihatmu adalah bintang. Kemana kau pergi aku akan ikuti, tak peduli seberapa jauh itu. Jika hidup adalah sebuah film, kau adalah bagian terbaiknya."

"Oh you're the best part"

Mereka saling tersenyum

"Besok bertemu lagi eoh?"

Jennie mengangguk. "Besok bertemu lagi"

Merekapun tertidur dengan tangan yang saling menggenggam.

***

"Jadi kau sama sekali tidak punya anak?" tanya Jongin.

Aku menatapnya. Kemudian mengangguk.

"Apa kau tidak kesepian?"

"Sepi pasti. Tapi aku hanya membutuhkan Jennie. Bukan yang lain"

Jongin mengangguk. Melihat hari yang mulai sore. Dia mulai berkemas.

"Terima kasih telah mau membantuku. Aku pamit Rosé-ssi" ucap Jongin menunduk.

Aku tersenyum. Lalu mengangguk.

Dear JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang