(30) Daddy

6.3K 162 34
                                    

Vote dulu sebelum membaca dan comments pas lagi baca ya, ily❤

Warning 18+

***

Angel POV

Aku merasakan seseorang menepuk-nepuk pipiku sambil memanggil namaku. Tanpa sadar aku tertidur di bahu Harry, aku pun membenarkan posisi tubuhku dan mengucek mataku.

"Kita sudah sampai di rumah orang tua Liam." Ucap Louis yang duduk di samping Harry menunjuk ke arah rumah besar di seberang jalan

Aku menatap ke depan terlihat Niall, Liam dan Zayn baru bangun juga sama sepertiku.

"Apa kita akan langsung ke rumah orang tuamu?" Tanya Harry pada Liam.

"Jam berapa ini?" Liam meraih ponselnya untuk mengecek jam. "Tidak, tidak sekarang, sudah hampir tengah malam. Besok pagi saja!"

Louis mengangguk, "Kalau begitu aku akan pergi ke club milikku yang berada di kota ini."

Niall menyerjit ke arah Louis, "Club?"

"Ah ya, aku hampir lupa bahwa Louis punya club di Heath Town. Aku akan ikut bersamamu!" Zayn beranjak dari tempat duduknya, ia menghilang di sebuah ruangan sebelah mini kitchen.

"Aku akan ikut juga. Bagaimana dengan kalian?" Tanya Harry mengusap rambutku menatapku Niall dan Liam secara bergantian. Kami menggeleng, aku tidak mood untuk pergi ke club saat ini.

Zayn kembali dengan wajah yang sudah segar seperti habis mencuci muka, jadi ruangan itu kamar mandi. Ia, Louis dan Harry pun menghilang keluar pintu mobil.

Liam beranjak menuju ke ruangan sebelah mini kitchen. Aku mengikutinya karena penasaran tentang mobil ini.

"Aku baru mengetahui ada rumah berjalan dalam mobil seperti ini," Ucapku memperhatikan mini kitchen yang terdapat beberapa alat dapur dan bahan makanan.

Mendengar suara kekehan berasal dari Liam yang sedang mencuci muka di westafel. "Ya, kami patungan untuk membeli ini," Aku menghampiri Liam dan melihat kamar mandi dengan kaca transparan di belakangnya. "Meskipun Zayn yang lebih banyak mengeluarkan uang karena ia paling kaya diantara kami."

Aku berjalan ke ruangan sebelah yang merupakan kamar, mempunyai dua buah kasur besar yang cukup untuk menampung dua orang di setiap kasurnya.

Pun aku duduk di kasur itu, Liam berjalan ke pojok ruangan dan tampak menekan tombol yang menempel di dinding. Menunjukan beberapa pakaian di sana, "Di sini pakaian-pakaianmu dan ada sepatu juga di bawahnya." Kemudian ia menutup lemari itu dan menghampiri lalu duduk di sampingku.

"Maafkan aku tapi kami sepakat kau harus mengenakan pakaian panjang untuk menutupi tattoo-mu ketika bertemu dengan keluarga kami. Kau tahu mereka mempunyai pemikiran yang kuno dan mengatakan bahwa gadis ber-tattoo adalah gadis yang buruk. Namun kenyataannya tidak semua gadis ber-tattoo seperti itu," Ia menghela napas sejenak dan memegang tanganku. "Contohnya kau, Angel. Gadis pemberani dengan hati yang lembut, suka menolong dan berbagi dengan sesama. Penyayang dan tidak pernah lupa dengan jasa orang-orang di sekitarmu."

"Kau berlebihan Liam."

"No, you different, Angel."

Aku memejamkan mata ketika Liam menciumi pipiku, beralih kepada hidungku, ia mengecupnya. Lalu mencium dahiku dan pipi kiriku. Berakhir pada bibirku, menciumnya dan melumatnya. Aku membalasnya, bibir kami saling bertautan.

Liam mengangkat badanku mendudukan di pangkuannya. Aku mengalungkan tanganku pada lehernya lalu membiarkan bibir kami saling beradu kembali.

Mengusap punggungku sesekali meremas pinggangku tanpa melepaskan ciuman kami. Liam meleguh ketika aku tak sengaja menggesekan dadaku pada dada bidangnya yang kini masih terbalut kaos oblong hitamnya.

BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang