(6) Deja Vu

39.7K 478 87
                                    

Jangan lupa klik bintangnya yaa

Happy Reading xx

...

Angel POV

Mereka berlima penuh kejutan. Panggil saja mereka The Boys, aku tidak tahu harus menyebut mereka apa--profesi mereka berbeda, kepribadian mereka berbeda dan aku tidak tahu kenapa mereka bisa berteman.

Kejutan pertama, mereka memperlakukanku sangat baik, kecuali si kulkas bernyawa alias Zayn. Aku seperti pernah melihat pria itu sebelum di club kemarin, tapi dimana? Aku mengalami deja vu mungkin.

Kejutan kedua, si pirang palsu Niall ternyata seorang yang jenius. Dokter muda lulusan Cambridge University, siapa yang menyangka?

Dua tahun yang lalu aku ingin mendaftar ke universitas yang tak kalah bergengsi dengannya dan mungkin aku akan mengambil jurusan politik atau hukum. Tapi Tuhan berkehendak lain. Aku terjebak di dunia terlarang ini.

Aku tidak tahu apalagi kejutan yang akan mereka beri padaku.

Tanganku terulur mengutak-atik remote televisi tapi semua siaran membosankan sama seperti kehidupanku.

Pikiranku jatuh pada Harry, bisa dipastikan ia membayarku mahal. Padahal ia tidak meniduriku selama seminggu.

Aku berpikir, mengapa orang kaya sering menghamburkan uang mereka?

Sebuah jawaban konyol terlintas dalam benakku. Ya, jawabannya karena mereka punya banyak uang.

Dua puluh tahun aku hidup di dunia dan menyaksikan banyak kejadian di dunia ini. Kebanyakan dari orang kaya hanya berpikir untuk kesenangan mereka sendiri. Tanpa peduli banyak orang kelaparan di luar sana, banyak orang yang menderita karena kemiskinan, dan banyak lagi. Jika semua orang kaya di dunia ini peduli, maka takkan ada lagi orang yang kelaparan dan menderita karena itu. Jiwa kemanusiaan mereka telah tertutup oleh kesenangan dunia.

Aku bersyukur Tuhan tidak menjadikanku salah satu di antara mereka. Aku akan merasa sangat berdosa jika menjadi salah satu di antara mereka.

Mataku tertuju pada pahaku yang di penuhi tattoo. Aku rasa akan menambah beberapa lagi di daerah yang kosong atau di bagian punggungku--yang terasa telanjang tanpa tattoo.

Semenjak menjadi anak buah Aunty Marie, aku merasa seperti penggemar tattoo. Awalnya aku pikir jika aku memiliki banyak tattoo tidak akan ada seseorang yang menyewaku lagi dan aku bisa terbebas dari pekerjaan berdosa ini. Tapi ternyata aku salah.

Aku membenci pekerjaan ini, sungguh. Sehingga aku tidak berniat seperti yang lainnya menggunakan uang hasil untuk mempercantik diri atau untuk berfoya-foya.

Aku selalu memberikan setengahnya kepada panti asuhan atau lembaga-lembaga yang melakukan penggalangan dana untuk kemanusiaan. Sisanya aku gunakan untuk membayar sewa apartemen dan keperluan pokok lainnya serta untuk membuat tattoo baru--jika aku ingin membuatnya lagi.

Hari ini sangat membosankan. Tidak ada siapapun disini--kecuali Liam yang sedang di kamarnya. Aku hanya berguling-guling di sofa sambil mencari sialan televisi yang menarik, tapi nikhil.

Aku memutuskan untuk menaiki tangga dan menemui Liam hanya untuk ya berbincang sedikit, melampiaskan rasa bosanku. Semoga saja ia tidak sedang sibuk.

Aku mengetuk pintu kamar Liam. Tidak ada sahutan atau apapun. Ku ketuk pintunya sampai tiga kali pun tetap sama. Mungkin ia sedang tidur. Aku pikir akan melakukan hal yang sama dengannya.

Saat aku berjalan menjauhi kamarnya, terdengar suara pintu terbuka. "Angel?"

Lantas aku memutar tubuhku. Menemukan Liam yang berdiri di daun pintu hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya dengan rambut yang bahas. Ia memiliki banyak tattoo juga sepertiku dan... Fuck, he looks so hot.

BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang