(22) Moan

8.3K 205 149
                                    

Jangan lupa vote sama komennya ya
I've been working hard to this one :)

Guys, gua bikin cerita baru judulnya DADDIES, check it out on my account ❤

dah baca chapter ini langsung baca cerita baru gua, jangan lupa vote sm comments nya, kalo ga dibaca gua pundung :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dah baca chapter ini langsung baca cerita baru gua, jangan lupa vote sm comments nya, kalo ga dibaca gua pundung :v

Warning 21+

***

Angel POV

Seusai melakukan kegiatan panas itu bersama Louis, ia mengantarku ke apartemen. Aku pun menekan password untuk membuka apartemen. Gagal. Aku mencoba hingga tiga kali hasilnya sama. Ada apa lagi ini, sialan? Padahal besok jadwalku untuk melakukan pemotretan.

Aku pun memakai lift turun ke lantai satu untuk menemui receptionist.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?" Tanya recetionist itu ramah.

"Apartemen nomor 59 terkunci, aku sudah memasukkan beberapa kali password tapi tidak kunjung terbuka!"

"Baiklah. Saya akan mengeceknya terlebih dahulu. Tunggu sebentar!"

Aku mengangguk melihat wanita tersebut berkutat dengan komputer.

"Maaf nona, Anda belum membayar tagihan bulan ini. Jadi terpaksa kami kunci apartemen Anda,"

Aku menepuk keningku, bagaimana aku bisa sampai lupa membayarnya?

"Aku akan membayarnya sekarang," Aku mengeluarkan ATM dari dompetku. Dan menggeseknya di alat pembayaran itu dan memasukkan password.

Persetan, aku lupa kemarin menyumbangkan sisa uangku pada panti asuhan milik Ellen.

"Apa tidak ada keringanan? Aku kehabisan uang." Tanyaku setengah berbisik pada receptionist itu.

"Mohon maaf, nona. Tidak ada."

Aku mendengus pelan dan berterima kasih lalu berjalan keluar. Apa yang harus aku lakukan? Uangku habis untuk menyewa hotel.

Jika aku menginap di tempat Joel, Zabdiel atau pun Chris tidak ada pakaian yang bisa ku pakai untuk besok. The boys. Mereka mempunyai satu lemari pakaian perempuan.

Harry dan Liam sedang tidak di kota ini. Louis pasti kelelahan, aku tidak tega menyuruhnya menjemputku. Niall, semoga ia bisa menjemputku. Pun aku menelepon Niall.

"Ya, Angel?"

"Kau sedang di mana, Niall?"

"Perjalanan pulang, kenapa?"

"Bisa kau menjemputku di apartemen?"

"Apa yang terjadi?"

"Nanti akan ku jelaskan,"

"OK, I'm on the way."

"Thanks, Niall!"

Beberapa menit kemudian sebuah lamborghini berwarna bendera Irlandia berhenti di depanku. Itu pasti Niall. Pria berambut pirang itu mengisyaratkanku untuk masuk ke dalam mobilnya.

BADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang