Bagian 01

1.4K 44 14
                                    


Langit malam yang cukup indah, banyak bintang bintang cantik berkedip dan juga bulan yang menerangi malamnya, membawa kesan menenangkan kepada seseorang yang sedang duduk manis di balkon kamarnya di temani dengan teh yang manis pula.

Dulu, sekarang dan seterusnya dia akan selalu bersyukur tentang kehidupannya
yang telah membawa pelajaran yang luar biasa telah membuat dirinya lebih tau cara menahan sabar tanpa mengenal batas dan yang membuatnya lebih kuat sekuat batu.
Sekarang ia tau bahwa kehidupan tidak selalu berjalan mulus, bahwa kehidupan tidak akan selalu sesuai dengan ekspektasi kita.

Sekarang dia bersyukur terhadap kehidupannya yang jauh lebih baik dari sebelumnya, semesta telah berpihak kepadanya dan kebahagiannya telah hadir kembali dengan orang baru yang menyelimuti keluarganya setelah empat tahun lamanya menghilang.

"Disa."

"Mama." Pandanganya teralihkan kepada wanita paruh baya yang memanggilnya.

"Mama dari tadi ketuk pintu, taunya ada di sini." Sambil mendudukan bokongnya dikursi sebelah yang kosong.

"Disa lagi liat suasana malam."

"Tapi jangan kelamaan anginnya gak baik."

"Emang anginya jahat ya Ma?" Tanyanya polos.

"Kamu ini bego atau pura pura bego sih?"

"Ish... Mama Disa kan tanya. Emang iya ya anginnya jahat?" Tanya Disa kembali dan menyusul Mamanya yang masuk ke dalam meninggalkanya.

"Kamu ini ya!! mau Mama kemplang kepalanya biar otak kamu encer?"

"Jangan dong Ma sayang kepalanya." Sambil memegangi kepalanya yang takut di kemplang.

"Tidur sana sudah malam jangan banyak begadang biar otaknya gak oon."

"Aku oon keturunan Mama loh."

"EDISSHAFANA SUHARA." Geram Mamanya

"Hehe maaf becanda Ma. Good night."
Seraya membaringkan badannya di kasur dan menarik selimutnya sampai leher. Kalau tidak seperti itu dia takut Mamanya akan marah. Merinding sekali kalau Mamanya sudah marah barang barang di sekitarnya akan berterbangan.

***

Pagi telah tiba untuk memulai aktivitasnya kembali, dan gadis itu menuruni tangganya satu persatu secara perlahan dan tiba di ruang makan dia menyapa orang tuanya dan ikut bergabung sarapan bersamanya.

"Pagi Ma, pagi Pa." Sapa Disa di iringin dengan senyuman yang manis

"Loh, sudah rapi mau kemana?" Tanya Papanya

"Disa kan sudah mulai ngampus Pa." Sambil mengoleskan selai stawberry ke rotinya.

Terlihat Papanya yang hanya mengganguk anggukan kepala tanpa niat bertanya lagi.

Sekarang gantian giliran dia yang bertanya. Biasanya Papanya itu akan berangkat kerja jam delapan tapi ini jam tujuh pagi udah rapi, jadi kepo kan.

"Tumben Papa juga udah rapi. Ini kan masih pagi Pa."

"Papamu mau meeting ke luar kota." Bukan Papanya yang menjawab melainkan Mamanya

Edisshafana SuharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang