Ting tong ting tongTing tong ting tong
Ting tong ting tong
Suara bel rumahnya cukup menganggu gendang telinganya dan juga aktifitasnya yang sedang menonton televisi. Tadinya mau Disa biarkan saja. Paling bakal pulang lagi kalau lama gak ada yang buka pintu. Tapi suaranya tetap saja bunyi. Dasar tamu ngeyel, Lagian Bibinya kemana lagi? Ah sebenarnya Disa paling gak suka kalau aktifitasnya sudah diganggu. Akhirnya dengan langkah gontai Disa menuju pintu utama rumahnya. Setelah membuka pintu dan munculah seorang Pria yang tersenyum tampan.
Deg!
Mustahil baginya untuk tidak kaget. Melihat siapa yang ada di hadapannya itu. Timbul berbagai pertanyaan.
Lo kok dia tahu rumah gue?
Ngapain dia ke sini?
So manis banget lagi pake senyum senyum kayak gitu, eh emang manis sih
"Asslamualaikum. Hay Disa. Apa kabar?" Sapa pria itu
"W-waalaikumsallam. Kamu?" Tanya Disa heran
"Masih ingat? Saya yang kamu repotin tempo lalu." Ucapnya
Ini orang memang nyebelin banget sih. Kenapa juga Disa harus ketemu sama orang yang model kayak gini. Nyesel Disa waktu itu pingsan dan di tolongin sama orang ini. Kalau boleh milih, gak usah sakit, gak usah pingsan dah kalau orang yang nolongin gak ikhlas kayak gini.
"Ada perlu apa Bapak ke sini? Mau minta uang karena saya udah ngerepotin Bapak?" Jawabnya cepat. Jujur Disa kesal kepada polisi ini.
Pria itu terkekeh pelan mendengarnya
"Niat saya baik. Ini punya kamu?" Tanyanya sembari menunjukan sebuah dompet kecil berwarna army
"Loh? Iya itu punya saya. Kok bisa ada di Bapak? Bapak nyuri dompet saya?" Tuduh Disa
"Saya nemuin dompet ini tergeletak dijalan. Masih untung saya yang nemuin."
"Yaudah sini balikin."
Bukanya memberikan dompet itu pria itu malah menjauh sambil tersenyum kecil
"B-bapak jangan becanda dong!! Balikin dompet saya." Oceh Disa geram
"Saya bakal balikin dompet ini. Tapi kamu harus bantu saya."
"Tuh kan Bapak kalau gak ikhlas gak usah nolongin deh!! Saya gak mau."
"Kalau kamu gak mau. Dompet ini jadi milik saya." Sahutnya enteng
"Apa apaan!! Peraturan dari mana itu?" Sahut Disa cepat
"Peraturan dari saya. Kalau kamu gak mau bantu saya, terpaksa dompet ini jadi Hak saya."
"Enggak!! balikin dompet saya." Kekeh Disa sambil berusaha mengambil dompet itu. Tapi nihil, pria itu terlalu tinggi untuknya.
"Makanya tinggi itu ke atas bukan ke samping." Celetuk pria itu sambil tertawa pelan
Disa melongo mendengarkan. Sialan! Apa yang. Barusan polisi itu bilang? Padahal kan Dianya aja yang terlalu tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edisshafana Suhara
Ficción GeneralEdisshafana Suhara, gadis tunggal yang berusia 22 tahun yang sedang berjuang menjadi mahasiswi tingkat akhir disalah satu universitas ternama di indonesia. Menurutnya, jadi anak tunggal itu bisa dibilang enak gak enak, enaknya ya seperti pemikiran k...