Bagian 28

195 14 5
                                    


Ikhlas, hanya satu kata tapi sulit untuk diaplikasikan. Mencintai memang tidak harus memiliki, Mulai sekarang dan kedepannya ia akan mencoba belajar untuk ikhlas yang sebenarnya, memang tidak mudah baginya, tapi biarlah pelan pelan saja nanti juga pasti bisa.

Flashback on

"Kak Dwi."

"Tunggu Kak!" Panggil suara itu membuat ia menghentikan langkahnya

"Ada apa?"

"Fana minta maaf." Ucapnya sambil menunduk

"Untuk?"

"Maaf, Fana udah bikin Kakak kecewa."

"Kecewa? Hey siapa yang kecewa? Kakak gak kecewa, hanya sedikit sulit saja."

"Kakak gak marah?" Dwi terkekeh kecil

"Kenapa harus marah? Bukankah mencintai itu tidak harus memiliki? Selagi itu membuat kamu bahagia Kakak juga akan bahagia. Sampai kapanpun Kakak akan selalu mencintai kamu walaupun kamu bukan ditakdirkan untuk Kakak."

"Benar kamu suka sama Reyhan?"

"Sepertinya begitu, tapi aku belum yakin seratus persen."

"Reyhan memang beruntung."

"Apanya yang beruntung? Aku hanya gadis manja yang masih kekanak-kanakan."

"Beruntung karena bisa menaklukan hati gadis yang berkepala batu ini." Ucap Dwi sembari mencubit pelan hidung Disa

"Batu? Ih, keras dong." Ucap Disa mengerucutkan bibirnya, Dwi terkekeh geli lalu mengacak mengacak kerudung gadis kecilnya yang manis ini.

Flashback off

***

Pagi hari ini Disa susah siap untuk bergegas pergi ke Rumah sakit selain ada keperluan, ia juga akan menjenguk Bundanya Reyhan. Entah kenapa, ia seakan menemukan sosok Ibu yang baru. Bagaimana tidak, Bunda Lia sosok yang sangat keibuan. Padahal mereka baru kenal sehari tapi Disa serasa sudah mengenalnya lama. Ia ingin berbincang banyak lagi dengannya.

Gadis cantik yang baru saja keluar dari mobil SUV merah itu menarik banyak perhatian orang orang yang sedang ada di sana. Selain karena gadis itu cantik dan juga ramah, orang orang se isi rumah sakit juga sudah tau kalau ia anak dari pemilik rumah sakit swasta ini. Tetapi Disa meminta kepada mereka semua untuk tidak terlalu memperlakukan ia seperti anak pemilik rumah sakit seperti biasanya.

"Pagi Mba Disa." Sapa salah satu seorang office boy yang kebetulan bertabrakan arah dengannya

"Eh, pagi Pak Tono." Ucap Disa sambil tersenyum ramah

Untuk segera sampai di lantai empat tepatnya di ruangan Dokter Tika ia harus menaiki lift terlebih dahulu. Sesampainya di atas ia segera menuju ke ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu

"Upsss. Sorry, masih pagi juga udah suap suapan aja." Ledek Disa ketika ia masuk mendapati Mba Tika dengan Mas Tanu sedang sarapan bersama, suap suapan lagi. Pemandangan pagi yang merusak mata.

"Gunanya pintu di depan buat apa sih? Heran deh!" Oceh Tika kesal

"Ya buat masuk lah." Ucap Disa asal membuat Tika makin kesal. Mereka memang cukup dekat, Mba Tika sama Mas Tanu itu orang kepercayaan Mamanya. Segala macam hal yang berbau rumah sakit biasanya yang nge handle dua sejoli itu

Edisshafana SuharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang