7. Garis Luka

29 17 0
                                    

Dukung terus akyuu. Follow bisa vote bisa comment juga bisa yang terpenting kamu membacanya yaaa... 😁😁😀


Happy reading guyss...

☀️☀️☀️
Semuanya sudah jelas. Informasi dari anak buahnya membuktikan kecurigannya selama ini. Pria yang dicintainya menaruh hati pada wanita lain. Wanita yang bekerja di perusahaan yang ia undang ke pestanya.
Bellanca sengaja mencium Hazel karena ingin memperlihatkan kepada wanita bergaun keabuan itu bahwa Hazel adalah miliknya.

"Untuk apa kamu melakukannya?"menyilangkan kaki

"Wajar saja. Karena kita berpacaran " balasnya

"Saya tidak pernah menyetujui akan hal ini"

"Tapi kamu terpaksa, kan?"

"Ternyata kamu mengetahuinya. Hubungan ini hanyalah sebuah bisnis" beranjak dari duduknya

Langkahnya terhenti "Aku tahu itu. Kamu tidak pernah cinta sama aku. Hati kamu hanya untuk wanita itu. Wanita yang bernama Zea, bukan?"

Mengosongkan jadwal untuk mengejar masa depan bukanlah hal yang mudah. Terlebih pria itu merupakan CEO perusahaan yang memiliki jadwal yang padat. Pagi minggu ini pria itu berniat untuk datang ke rumah wanita yang baru baru ini mengalihkan perhatiannya. Wanita yang ia sebut unik.

Pria itu mengetuk pintu "Eh, ka Adel?"membukakan pintu mempersilahkan masuk

"Abian, Ka Zeanya ada?"

"Belum pulang udah 3 hari, duduk ka"

Mendudukan bokongnya "Memangnya kaka kamu pergi kemana?"

"Terakhir sih pas malam acara perusahaan apa gituh. Pas paginya ka Zea ngesms Bian katanya langsung ke Semarang"

"Saya hendak menghubungi tapi hpnya tidak aktif"

Semenjak pesta itu Hazel belum menemui Zea. Hazel berusaha menghubungi wanita itu tetapi tidak ada jawaban dari sana. Bahkan, hari ini teleponnya tidak aktif. Benarkah Zea ke Semarang? Mungkinkah dia marah melihat apa yang telah terjadi padanya dengan Bellanca?

Mengingat bahwa Bellanca mengetahui tentang Zea, membuatnya khawatir. Bellanca adalah wanita yang nekat. Wanita itu akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Di akhir pekan, kamu sulit sekali dihubungi Zel" berkacak pinggang

"Gara-gara wanita itu" lanjutnya

Cahaya dari bilik lemari usang membangunkan dari tidur panjangnya. Ia bertanya-tanya dimanakah ia sekarang. Ruangan tanpa jendela dan minim pencahayaan. Sangat pengap. Sumber cahaya yang mampu ia andalkan hanyalah sebuah lampu pijar seadanya.

Bagian pinggang Zea terasa sangat sakit
"Sss... Aww" menggerakan tubuhnya

Zea masih memakai gaun yang dipakainya ketika menghadiri pesta. Penampilannya cukup berantakan, bahkan dibagian kepalanya terdapat darah yang mengering.

Tidak ada celah bagi Zea untuk kabur dari tempat ini. Hanya ada sebuah pintu disana yang tidak terjamin aman.

Mencoba berdiri. Berapa lama ia terperangkap disini?

Ia Meraih knop pintu, ternyata pintu itu tidak terkunci dan tidak ada penjagaan sama sekali. Kesempatan yang bagus untuknya keluar dari tempat ini. Ia menyusuri bangunan ini, sangat minim pencahayaan. Harapannya muncul ketika melihat celah cahaya dari atas tangga bangunan. Akhirnya ia bisa keluar dari bangunan tidak terpakai itu.

"Bu... bu! tolong saya!" Teriaknya kepada seorang wanita disekitar bangunan

Bukannya menolong Ibu itu malah berlari menjauh setelah melihat Zea

"Perut aku sakit banget" berjalan perlahan menahan rasa sakit di perutnya. Zea tidak bisa menelepon siapapun saat ini, handphonenya menghilang entah kemana.

Kaki Zea berdarah karena berjalan dengan bertelanjang kaki. Ia terus saja berjalan di daerah seperti bekas pabrik. Di depannya Zea melihat ada kendaraan yang melaju ke arahnya. Mencoba memberhentikan kendaraan itu dengan menghalangi jalanan.

"Bang, bang berhenti!" memegangi perutnya

Motor itu berhenti" Iya Neng. Aduh... kamu kenapa?"

Tanpa memberi jawaban "Saya boleh menumpang, Pa?"

"Boleh, ayo" memberi tumpangan

Ketika Zea menjawab hendak kemana ia pergi, Abang itu terperangah. Jarak tempuhnya sangat jauh, ternyata ia berada di daerah Cianjur. Penculik itu benar benar membawanya sangat jauh. Tetapi, untuk apa ia diculik? Untuk sebuah telepon genggam? Tidak mungkin.

"Terima kasih banyak bang"

"Sama sama. Baik-baik ya Neng. Lain kali hati-hati" melajukan motornya

Zea memberikan imbalan kepada pengendara itu, mengingat jaraknya yang sangat jauh dan karena kebaikan dari pengendara itu.

"Terima kasih" membuka pintu kontrakan dan mendapati kedua pria tengah duduk disana.

"Ze? Apa yang terjadi?" Khawatir pria tampan itu

Pandangan Zea tertuju kepada pria yang mengkhawatirkannya. Zea hanya memegangi bagian perutnya, sangat sakit sekali. Tak kuasa menahannya Zea kehilangan kesadaran.

Apa yang terjadi kepada wanita yang dicintainya ini, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Pinggang memar parah dan kakinya yang sangat mengkhawatirkan. Membuat hatinya terluka.

"Apa yang terjadi padamu Ze?"

"Pa Arion. Saya.. entah bagaimana saya bisa ada disana"

"Saya mencari-cari kamu,Ze" mendekap raga yang lemah itu

Arion awalnya bersyukur karena Zea memberi kabar bahwa dirinya pulang terlebih dahulu. Arion juga mengatakan bahwa keesokan harinya ia menerima pesan singkat dari Zea bahwa wanita itu meminta izin cuti ke Semarang. Tetapi, setelahnya telepon Zea tidak pernah aktif.

"Saya akan ada disampingmu"

Ditengah kesunyian malam, ia merasa sedang diawasi oleh seseorang. Ia lantas terbangun dari tidurnya karena seorang suster membangunkannya dan mengatakan bahwa dirinya harus melakukan suatu pemeriksaan. Ia dibawa menggunakan sebuah kursi roda dan diantar ke sebuah ruangan.

Sebuah gunting mengarah padanya "Tolong!tolong!" Jantungnya berdetak sangat cepat

Seseorang yang berpakaian seperti dokter berusaha untuk menggunting bajunya. Orang itu mengatakan bahwa Zea harus segera dioperasi jantung saat ini juga. Zea menaruh curiga karena orang itu bukanlah dokter yang merawatnya serta tempat ini bukanlah ruangan operasi tetapi mirip seperti gudang bekas.

Mencoba membuka paksa "ayoo, kamu harus dioperasi, jantung kamu harus dicopot"

Menyilangkan tangan"Anda jangan macam macam saya tidak harus melakukan operasi, tolongg! Tolong! Tolong saya!" Mencoba bertahan

BRAKKKk

Seseorang itu langsung menendang pria yang berpakaian seperti dokter, meninjunya dengan membabi buta tanpa memberinya celah untuk bernafas.

Bughh

Bughh

Bughh

Seseorang itu terkapar

"Zea kamu tidak apa-apa? Apa kamu terluka?"mendekap tubuh yang ketakutan itu

"Kamu aman bersama saya"

Zea mengeratkan pelukannya. Ia hanya bisa menangis dipelukkan pria yang telah menyelamatkannya. Untuk kesekian kalinya.

...

Gimana nih chap ini? Teros apa teros? Kita lihat saja ya

Don't forget US

⭐🌟💬

TBC








































Okie Dokie, Artichokie! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang