15. Memory

8 3 0
                                    

Up...
Up...
Up...

Jangan hiraukan ya readers 😃

Happy reading

☀️☀️☀️

Kondisi wanita yang ia cintai belum menunjukan perkembangan yang signifikan. Wanita itu masih saja terbaring dengan selang infusan ditangannya. Kondisi ini diperburuk oleh dering telepon yang ada di saku celananya, tentunya panggilan yang saat ini ia ingin hindari. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang mulai menggelap sembari mengangkat panggilan  telepon itu. Ia lantas saja mengiyakan semuanya. Resiko yang akan dihadapi ketika ia lebih memilih masa depannya

"Baiklah, Hazel akan kesana"

Seiring dengan kepergian Hazel dari rumah sakit, Zea menunjukan sebuah perkembangan yang baik. Mata wanita itu perlahan terbuka, ia belum bisa melihat dengan jelas. Penglihatannya masih buram, belum bisa melihat dengan jelas.

"Aku dimana?"

Ucapannya bergema diruangan itu. Tidak ada seorang pun yang berada disana kecuali dirinya yang terbaring. Tidak lama seorang pria muda memasuki ruangan rawat itu dan melihat bahwa seseorang yang terbaring itu sudah membuka matanya kembali.

"Syukurlah, kaka sudah siuman"

"Kaka? Kamu siapa?Aw.."  meringis sembari memegangi kepalanya

Raut mukanya memuram "Kaka lupa sama Bian? Ya ampun ka, aku tinggal sama siapa.. kaka..."lirihnya memeluk pinggang rapuh itu

Aku siapa?

Dokter menjelaskan menurut hasil tes darah Zea bahwa wanita itu mengalami Amnesia. Hal ini diakibatkan suatu cairan asing yang ada di tubuhnya yaitu Gamma-hydroxybutyrate (GHB) dalam dosis yang tinggi dan juga benturan di kepala. Dokter memberitahukan bahwa Zea harus istirahat yang cukup dan menjalani serangkaian perawatan medis.
Polisi memperketat penjagaan disekitar rumah sakit terutama disekitar ruang inap Zea. Polisi menduga bahwa Zea merupakan korban  pelaku "Pita Merah" selanjutnya. Saat ditemukan waktu itu, sebuah pita merah berada di rambutnya.

"Kami sudah menemukan lokasi terakhir dari pelaku yang menculik nona Zea" jelas salah seorang polisi

"Baiklah, Pa. Terima kasih bantuannya" Hazel

"Kami menduga bahwa pelaku ini merupakan sekelompok orang karena pelaku yang sebelumnya tertangkap bukanlah pelaku utama. Kami masih berusaha untu menemukan dalang dari kejadian yang sudah berlangsung selama 5 tahun"

"Terima kasih banyak, Pa" berjabat tangan dengan seorang polisi

Flashback-ON

Oksigen yang berada di ruangan besar itu berkurang ketika mereka berbincang dengan intens. Suasana pengap melingkupi dadanya dan ia melontarkannya dengan yakin bahwa perkataannya merupakan pilihan yang terbaik untuknya. Ia bersedia menyanggupi konsekuensi yang akan ia terima atas keputusannya ini.

"Saya yang memilih bukan Anda" ucapnya lantang

"Baiklah, Papa menghormati keputusan yang kamu anggap benar itu. kamu harus mengakhirinya dengan rapih"

Hazel meninggalkan ruangan besar pengap itu. Ia yakkn dengan keputusannya, yaitu mengejar masa depannya.

Flasback-OFF

Hazel bersiap untuk menemui wanitanya. Ia mendapat kabar bahwa wanitanya itu sudah sadarkan diri. Hatinya merasa sangat bahagia mendengar hal itu, senyumannya terukir diwajahnya tanpa ia sadari. Mengetahui bahwa saat ini Zea sedang amnesia sungguh membuatnya merasa khawatir kembali. Pasalnya pihak kepolisian belum menangkap pelaku utama kasus ini. Kekhawatirannya muncul kembali ketika ia mengingat tentang janin yang berada di perut wanitanya. Apakah anakku baik-baik saja? Pikirnya. Ia lantas bergegas menuju rumah sakit.

Okie Dokie, Artichokie! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang