Lembar Kedua: IPA dan IPS

170 26 11
                                    

Juli, 2015

"Renataaaaa!!! pangeran tampan hadir menyapamu!!!!" pekik seorang pemuda dari ujung koridor kelas 10.

Sudah aku pastikan suara nyaring nan meleking itu milik Abimayu Jinendra Adsy seorang. Mana mungkin ada murid selain Jinendra yang berani berteriak di lorong koridor. Aku pun hanya menghela nafas. Bagiku teriakan seorang Jinendra sudah menjadi sapaan yang lumrah sejak hari pertama MOS kemarin.

Mungkin kalian penasaran bagaimana Jinendra bisa dekat denganku. Semenjak dia meminta nomer WhatsAppku di bengkel kala itu, pemuda bermuka bak tupai itu tak henti-hentinya memberiku pesan atau mengajak video call, hanya untuk memastikan aku tak terlambat saat gladi bersih maupun upacara pembukaan MOS. Bahkan ia sempat memaksa meminta alamat rumahku. Dan siapa sangka setelah tau alamat rumahku, Aji rela datang ke rumah jam 5 pagi hanya karena dia terlalu gugup dan takut terlambat saat upacara pembukaan MOS.

"Renata, pangerannya datang tuh samperin gih!!" seru Amel, salah satu teman satu kelompokku yang sudah hafal dengan kebiasaan Aji. Sejak aku dan Aji menjadi perwakilan siswa menyematan tanda MOS, banyak yang mengatakan jika aku dan Aji adalah best couple untuk MOS tahun ini. Bahkan ada pula yang mengira aku dan Aji berpacaran, hanya karena Aji yang sering menggodaku. Padahal memiliki teman seperti Aji saja sudah pusing dengan tingkahnya apalagi sampai berpacaran.

"Aji!! masih pagi ngga usah teriak teriak bisa ngga sih!" jengkelku sambil mencegat Aji dari pintu kelas.

"Heheheh ya maaf, kan niatnya pengen nyapa doang" ucapnya sambil tersenyum dan aku hanya memutar jengah bola mataku. "Sekarang udah nyapa kan? balik ke kelompok lo sana!" perintahku sambil mendorong punggung Aji agar dia segera pergi.

"Eh eh ntar dulu, gue mau nanya" katanya sambil berpegangan pada jendela kelasku.

"Mau nanya apa?!" tanyaku ketus pada cowok berpipi tembam itu.

"Hari ini pengumuman pembagian jurusan sama kelas ya?" tanya cowok itu serius ke arahku.

"Iya, emangnya kenapa?"

"Cuma mau bilang semoga nanti kita sekelas, karena gue ngga bisa jauh-jauh dari lo. Soalnya lo enak buat di jahilin. Hehehehe dadah Renata sayang!!!" Aji pun segera berlari menuju kelasnya setelah sebelumnya mencubit pipiku yang sama sama chubby seperti miliknya.

"Jinendra kampret!!!" teriakku pada pemuda absurd bernama Abimayu Jinendra Adsy itu. Jujur ketika dia mengatakan jika dia tak ingin jauh jauh dariku seketika itu juga aku merasakan pipiku mulai memanas. Ah sudahlah, mungkin dia hanya bercanda hingga mengatakan seperti itu.

***

Pukul 9 pagi, lapangan basket SMA BINAS sudah dipenuhi oleh peserta MOS. Karena sebentar lagi pensi penutupan MOS akan dimulai. Aturannya setiap kelompok harus mengirimkan satu perwakilan untuk mengisi acara pensi. Dan dari kelompokku akulah yang harus mewakilinya.

"Mau nampilin tari ya Nat?" tanya Cia dan kubalas dengan anggukan.

Oh iya tentang sahabatku, kini Anja sudah mengenal Resa. Aku sengaja mengenalkan Resa pada Anja saat istirahat MOS hari pertama di kantin. Begitupun Anja, dia mengenalkanku dan Resa pada sahabat barunya dikelompok MOS yang bernama Feliciana Halim.

"Nat ada Aji tuh!" seru Resa sambil menepuk bahuku ketika Aji lewat samping lapangan basket. "Bodo amatlah, malu gue kalo disapa dia. Suaranya itu lo" keluhku pada ketiga sahabatku sambil berusaha memalingkan wajah dari seorang Aji, jika dia melihatku pasti suara menggelegarnya akan terdengar.

"Ya ngga papa kali dia kan fans lo. Lagian gue juga kaget kok bisa-bisanya sih lo kenal cowok kek Aji" kata Cia sambil tertawa.

"Renata galak ketemu Aji yang rusuh, cocok deh tuh" ejek Anja diikuti tawa Resa dan Cia. Mereka memang sering meledekku dengan Aji. Terlebih Anja dan Cia ternyata mengenal Aji lebih dahulu dari pada aku.

Lembar Kenang Bersama JinendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang