Chaeyong menelungkupkan kepalanya ke meja begitu juga dengan Dahyun. Cuaca mendung seperti ini memang lebih enak jika dinikmati di kamar dengan selimut tebal yang menutupi tubuh. Sialnya mereka harus mengerjakan ujian matematika hari ini.
"Selamat pagi dunia!" Tzuyu datang dan menggebrak meja dahyun, lalu diikuti meja Chaeyong, membuat sang empunya meja mendesah malas.
"Berisik banget sih lo!" Keluh Chaeyong.
"Eh, kalo mau ujian matematika itu harus semangat dong! Kepalanya diangkat dari meja!" Seru Tzuyu.
"Diem nggak lo, gue tampol nih!" Ancam Dahyun. Tzuyu terkekeh.
"Santai, jangan marah-marah, cuacanya lagi cerah nih" ucap Tzuyu seraya menunjuk ke arah jendela. Langit semakin hitam, sebuah kilat melintas lalu diikuti petir menyambar. Awan sepertinya sudah tidak kuat lagi menampung air hingga akhirnya terdengar rintik hujan di luar sana.
"Gigi lo cerah!" Gerutu Chaeyong. Tzuyu mengedikkan bahunya. Tak mau ambil pusing ia pun segera membuka buku matematika dan mengulas pelajaran sebentar sebelum bel tanda ujian dimulai berbunyi.
****
"Selamat pagi" sapa Jihyo pada Mina dan Momo yang baru saja bangun. Keduanya langsung duduk di meja makan dengan nyawa yang belum sepenuhnya mengumpul.
"Kalian ada jadwal hari ini?" Tanya Jihyo. Keduanya mengangguk lesu.
Jihyo mematikan kompor dan memindahkan fetucini carbonara ke dua buah piring. Setelah itu ia meletakkan piring tersebut di hadapan Mina dan Momo. Momo dengan sigap segera mengambil garpu dan melahapnya perlahan.
"Semangat ya hari ini!" Kata Jihyo. Ia ikut duduk lalu menegak segelas susu. Mina menatapnya bingung. Sementara Momo hanya mengangguk-angguk saja.
"Kamu nggak makan?" Tanya Momo. Jihyo tersenyum lebar kemudian menggeleng.
"Liat kalian makan aja udah kenyang kok" jawab Jihyo sambil tersenyum lebar. Biarpun Momo heran dengan sikap Jihyo yang tampak lebih antusias dari biasanya, tetapi ia tetap bersyukur. Setidaknya sikap Jihyo itu membawa berkah untuknya. Misalnya berkah dalam hal makanan mewah untuk sarapan begini.
****
Bel tanda ujian selesai sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kini Tzuyu berjalan dengan semangat menuju gerbang sekolah. Di belakangnya Dahyun dan Chaeyong mengikuti dengan wajah lesu dan kepala yang seperti ingin meledak.
"Maksud gue gini ya, Chaeng, kalo misal emang mau ngejebak di soal integral itu, seenggaknya banyakin soal matriks"
"Iya cuy, matriksnya dikit banget. Mana itu soal vektor ngelama-lamain padahal nggak ada jawabannya"
"Hhhh... Mau pecah kepala gue rasanya"
"Ngomong-ngomong ini raksasa depan kita kenapa nggak ada keluhan sih, Hyun?"
"Nggak tau, makin emosi gue liat muka girang dia. Kek nggak ada beban gitu. Pengen gue sambit rasanya!" Gerutu Dahyun. Tiba-tiba Tzuyu menghentikan langkahnya lalu membalik badan. Dahyun dan Chaeyong tersentak karena gerakan tiba-tiba itu. Di lihatnya Tzuyu sibuk menghitung jari tangannya.
"Kenapa lo? Ngitung berapa bener dan berapa salahnya tadi?" Tanya Chaeyong. Tzuyu seketika membulatkan matanya.
"Woy tiga hari lagi ujiannya beres ya?" Tanya Tzuyu dengan mata berbinar, membuat Dahyun menggeretakan giginya. Omongan Tzuyu benar-benar melenceng dari apa yang Dahyun dan Chaeyong bicarakan. Dahyun semakin emosi mendengarnya.
"Babi lo! Malah mikir beresnya. Matematika lo anjlok baru tau rasa!" Umpat Dahyun lalu segera melewati Tzuyu begitu saja. Diikuti dengan Chaeyong di belakangnya yang mendengus sinis ke arah Tzuyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Cousin (Jitzu)
Teen FictionTzuyu terpaksa harus menghabiskan liburan semester di kampung halaman papanya. Tanpa sinyal tanpa kemewahan. Ini semua karena ia tertangkap basah mengunjungi club malam bersama teman-teman sekaligus pacar pertamanya, Elkie. Lalu di kampung ia berte...