Pagi-pagi sekali Jihyo sudah bangun dan segera mandi. Tak lupa ia juga membangunkan Tzuyu sebelum turun ke bawah.
"Rapih amat, mbak! Mau kemana?" Tanya Bude Ratih. Jihyo yang baru saja menegak segelas air menjawab.
"Mau nemenin Tzuyu beli buku, bude. Bude mau ikut?" Tanya Jihyo. Bude Ratih menggeleng seraya mengambil sayuran dari dalam kulkas.
"Ya nggak to, mbak, bude banyak kerjaan. Papamu kan mau dateng! Papa mamanya Tzuyu juga!"
"Yah kan mereka udah gede bude, nggak ada bude Ratih juga tetep bisa makan"
"Ya tapi tetep aja mbak, ngapain juga bude ikut beli buku sih? Buat apa?"
Kini Jihyo terkekeh "Hahaha ya siapa tau gitu bude pengen baca sesuatu"
"Nanti bude nitip aja deh mbak, boleh kan?"
"Nitip apa tuh?"
"Nitip beliin TTS, hehehe. Buat dikerjain kalo lagi bingung aja mau ngapain!"
"Hahaha. Kuno banget sih bude mainannya! Tapi iya deh nanti aku cariin"
"Duh. Emang baik banget cucu eyang satu ini!" Puji Bude Ratih. Jihyo hanya terkekeh. Lalu ia berjalan mengambil sayuran di tangan Bude Ratih dan membantu untuk mencucinya.
"Saran aku sih nggak usah masak banyak-banyak bude. Nanti juga pada bawa makanan! Apalagi papa! Bude kan tau sendiri!"
"Iya juga ya, mbak! Ya udah deh bude masak buat pagi ini aja!"
Tidak lama seseorang turun dari lantai atas, dengan wajah kusut namun penampilannya rapih. Aneh sekali! Kenapa bisa kontradiksi begitu!
"Pagi!" Sapa orang itu.
"Pagi mbak Tzuyu! Wah udah rapih juga!" Balas Bude Ratih. Jihyo menoleh lalu meletakkan sayuran yang telah ia cuci ke sebuah wadah. Setelah itu ia mencuci tangannya hingga bersih dan mengelapnya hingga kering.
Jihyo mendekat dan mendongak untuk membersihkan sudut mata Tzuyu. "Kamu mandi nggak sih? Kok masih ada beleknya?"
"Mandi ya! Enak aja asal nuduh!"
"Mandi bebek pasti!" Ejek Bude Ratih. Jihyo tertawa
"Apa tuh mandi bebek?" Sungut Tzuyu. Ia tau itu ejekan namun ia tak tau apa artinya.
"Itu lho, kalo bebek mandi kan cuma nyemplung sebentar terus keluar lagi. Jadi ya mandi bebek itu gitu" Jihyo menjelaskan. Walaupun ternyata penjelasannya makin membuat Tzuyu kesal.
"Bude Ratih kalo ngomong nggak diayak ya, sama aja kayak Jihyo!" Jihyo dan Bude Ratih tertawa senang sekaligus heran. Apa-apaan bahasa Tzuyu sekarang, bawa-bawa kata ayak segala, aneh banget.
"Eh ini belum mateng mbak sayurnya. Belum mulai masak malah. Pada buru-buru nggak nih? Atau mau dibikinin sesuatu dulu yang cepet buat sarapan?"
"Kita makan di luar aja deh bude" ucap Jihyo. Tzuyu mengangguk menyetujui.
"Nanti salam buat om tante dan papa ya. Pergi dulu bude, bye!"
"Jangan pulang malem-malem, mbak, nanti eyang nyariin!"
"Siapppp"
****
Di mobil, Jihyo memakai sabuk pengaman dengan senyum cerah. Di sebelahnya Tzuyu menggerutu. Tadi sebelum masuk mobil mereka sempat berdebat. Namun hasilnya tetap begini. Tetap Jihyo yang mengendarai mobil.
Tzuyu tak terima bahwa Jihyo yang akan mengendarai mobil. Ia merasa tidak becus dan tidak bisa melindungi Jihyo. Sementara Jihyo tidak mengizinkan karena Tzuyu belum memiliki SIM. Bagaimanapun juga meskipu saat musim liburan begini tetap ada saja polisi gabungan yang beroperasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Cousin (Jitzu)
Teen FictionTzuyu terpaksa harus menghabiskan liburan semester di kampung halaman papanya. Tanpa sinyal tanpa kemewahan. Ini semua karena ia tertangkap basah mengunjungi club malam bersama teman-teman sekaligus pacar pertamanya, Elkie. Lalu di kampung ia berte...