Tzuyu POV
Aku nggak mengerti kenapa aku bisa nggak sadar bahwa wallpaperku Elkie. Aku kesal dengan diriku sendiri yang sudah membuat Jihyo menangis hari ini. Ia menangis di pangkuanku. Setelah semuanya selesai baru ia mencoba untuk bangun. Tetapi kutahan badannya. Ku bisikkan kata-kata sebelum akhirnya mencium bibirnya dengan kembut. Mengecupnya, melumatnya, lalu mengacak-acak seisi mulut Jihyo. Tangannya menahan dirinya sendiri di bahuku. Ku remas bokongnya dan ku tarik badannya agar semakin memperdalam ciuman ini.
Dia bilang kita belum makan. Persetan dengan makan aku tidak ingin apa-apa di dunia ini selain dirinya. Jihyo, bagaimana ini, aku sudah kesetanan sekarang.
****
Kami belum makan siang, itu kondisi terkininya. Lagi-lagi aku hampir melewati batas namun tidak jadi. Sekarang Jihyo sedang mandi. Mandi lagi. Sementara aku turun ke bawah dan memasak mie instan kuah atau biasa disebut mie rebus. Ya biar cepat aku masak ini saja. Setelah mie jadi, langsung kubawa ke ruang tengah.
Ini nggak ada Michelle kan? Ah bodo amat kalau dia nongol ku ajak berteman saja. Siapa tau aku bisa bercerita soal kekecewaanku atas kegagalan melewati batas barusan.
Kuhidupkan TV dan membuka aplikasi film. Masa nonton film lagi? Kemarin seharian sudah nonton film. Nggak papa deh dari pada aku kelabasan lagi.
Sebenarnya aku agak sedikit kecewa tadi tapi ya... Jihyo benar juga. Sabar, akan ada waktunya. Akupun langsung berdoa supaya besok menikah dengan Jihyo. Atau nanti saja jam 10 malam menikahnya? Eh satu jam lagi dong. Sudah-sudah, makin gila kalau gini terus! Mari ikhlaskan saja.
Jihyo datang. Dengan rambut setengah basah, wajah segar, dan kaos kebesarannya lagi.
LAGI.
Sungguh apa dia nggak bisa mengambil pelajaran bahwa penampilannya yang begitu membuatku kalang kabut?
"Hey!" Ucap Jihyo. Aku membalasnya dengan senyum tipis, masih bete. Dia langsung duduk ke sebelahku dan bersandar ke dadaku. Aku jadi mendadak merangkulnya. Kok dipikir-pikir dia kecil sekali ya bisa asal menelusup ke dalam rangkulanku begini.
"Maaf.... pasti bete ya karena yang tadi?" Ucapnya seraya meremas-remas jemari tanganku. Mana bisa kuat kalau dengar maaf dari Jihyo begini! Suaranya yang lembut padahal biasanya tegas membuat hatiku bergetar. Aku mengelus kepalanya yang harum lalu mengecup dahinya.
"No need to say sorry, babe. Just marry me as soon as possible!" Ucapku. Jihyo tersipu. Ia mengeratkan pelukannya padaku. Mungkin tak sanggup lagi membalas dengan kata-kata.
"Idih salah tingkah. Besok aja gimana?" Tanyaku asal.
"Apanya?" Jihyo yang masih di dalam pelukanku kebingungan.
"Nikahnya"
"Ngawur!" Dan kepalaku dijitak pelan olehnya "UTBK dulu yang bener sayang, baru mikir yang lain!"
Aku terkekeh karena terlalu senang. Dia barusan bilang sayang. Oh malangnya hatiku yang lemah ini. Dipanggil sayang saja meleleh lagi. Hilang sudah betenya nggak bersisa.
"Widih sayang.... Iya sayang siap!" Ejekku. Dia memukul bahuku pelan.
"Nggak jadi! Tadi salah kirim! Pesan di tarik!" Gerutu Jihyo
"Yah pesan di tarik? Hatiku ikut ketarik nih gimana?"
"Gombal bangettt pulang aja sana!"
"Pulang kemana? Kamu kan rumahku!"
"Ih apasih, lama-lama jadi buaya, kayak Raffi Ahmad!"
"Nggak papa aku Raffi Ahmad, asalkan kamu Nagita Slavinanya!"
"HAHAHAHA TERSERAH TZUYU AJA LAH!"
Dia malah tertawa keras. Biarlah. Biar yang tadi di kasur gagal yang penting hubungan kami nggak gagal. Aku sayang kamu Jihyo, suer. Ayo kita makan mie rebus aja daripada berbuat mesum!
___________
04-12-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Cousin (Jitzu)
Teen FictionTzuyu terpaksa harus menghabiskan liburan semester di kampung halaman papanya. Tanpa sinyal tanpa kemewahan. Ini semua karena ia tertangkap basah mengunjungi club malam bersama teman-teman sekaligus pacar pertamanya, Elkie. Lalu di kampung ia berte...