Dinner uwu

1.3K 205 26
                                    

Sekarang sudah pukul 7 malam namun Jihyo dan Tzuyu belum juga pulang.

"Anak-anak beneran belum pulang, bude?" Tanya Jinyoung, papa Jihyo, pada Bude Ratih. Ia keluar kamar karena sadar sekarang sudah waktunya makan malam.

"Belum tuh, pak!" Jawab Bude Ratih. Jinyoung mengangguk-angguk paham dan segera duduk di meja makan sembari melanjutkan membaca buku dan menunggu orang lain datang ke meja ini untuk makan malam bersama. Bude Ratih melanjutkan kegiatannya mempersiapkan makan malam.

"Mas!" Sapa Papa Tzuyu. Diikuti istirnya di belakangnya.

"Eh Jack" balas Jinyoung seraya menutup bukunya

"Anak-anak masih belum pulang, mas?"

"Belum tuh"

"Apa aku telfon aja ya mas? Takutnya Si Tzuyu ngajak ke tempat aneh-aneh." Tanya sang istri dengan nada khawatir.

"Kan nggak ada sinyal di sini, Wen! Lagian kan ada Jihyo, tenang ajalah"

"Oh iya ya!"

"Anak jaman sekarang tuh gini kalo udah main, nggak bakalan sebentar" ucap Jinyoung "Tapi nggak papa, sebaiknya dikasih kepercayaan aja. Kayak aku ke Jihyo, terserah dia mau kemana yang penting bisa jaga diri dan jaga kepercayaan yang aku kasih"

"Yah kalo Jihyo kan dari kecil juga udah dewasa mas, udah bisa dikasih kepercayaan. Kalo Tzuyu ini, kita meleng dikit kacau" balas Jackson seraya terkekeh. Istirnya juga terkekeh. Jinyoung juga. Bude Ratih hanya tersenyum menahan tawa sambil mengingat tingkah Tzuyu selama di sini. Memang anak itu agak sulit diberi kepercayaan.

"Si Tzuyu itu paling susah akrab sama orang, eh ternyata malah bisa akrab sama Jihyo. Terus sekarang tuh jadi rajin gitu di rumah. Jadi mau bantuin aku masak, nemenin belanja ke super market, ya pokoknya seolah-olah jadi kayak anak berbakti lah" balas istri Jackson. Membuat semua orang lagi-lagi terkekeh.  Apaan seolah-olah? Berarti itu bukan Tzuyu sebenarnya? Bude Ratih yang kini sibuk meletakkan masakannya di meja makan akhirnya ikut tertawa. Ia sudah tak kuat menahannya sejak tadi.

"Ngomong-ngomong mas Jin nggak mau cari pendamping lagi? Kasian juga tuh Jihyo sendiri terus"

"Hahaha. Nggak, Wen. Lagian nanti juga sama aja aku tetap nggak bisa meluangkan waktu untuk si dia dan Jihyo. Nanti kasusnya sama lagi kayak yang dulu. Lagian Jihyo udah gede, nanti aku nunggu cucu aja lah" ucap Jinyoung seraya terkekeh. Meskipun nadanya bercanda tapi Jackson tau masalah itu masih membuat Jinyoung terluka.

"Bener juga mas, namanya kerjaan mah sulit ya. Maafin mbak Nay dulu ya mas" ucap Jackson lagi. Entah maaf untuk yang keberapa kali. "Makasih juga mas Jinyoung masih mau berhubungan baik sama keluarga ini"

"Hubungan baik itu wajib dong, aku juga berterima kasih sama keluarga ini masih mau menyambut kehadiranku. Masih mau bantu aku membesarkan Jihyo. Apalagi Bude Ratih. Makasih lho Bude!"

"Lho pak... Kayak apa aja to. Malah mbak Jihyo itu yang sering bantu saya" Bude Ratih akhirnya angkat bicara.

"Hahaha iya to Bude? Anak itu emang rajin banget. Nggak ngerti deh nurun dari mana" ucap Jinyoung pada bude Ratih.

"Ya nurun dari bapak, to!" Balas Bude Ratih. Jinyoung terkekeh.

"Pst... Mas" bisik sang istri pada Jackson "Aku kok malah gemes ini liat keuwuan mas Jinyoung sama Bude Ratih!"

"Husss ngawur kamu, dek! Ngomongnya nggak diayak!" Balas Jackson. Sekarang kita tau Tzuyu mendapat bahasa ayak darimana. 

"Hihihi"

"Walah walah wes lengkap to iki? Eyang telat to?" (Walah sudah lengkap ya ini? Eyang terlambat ya?)

"Mboten eyang, niki putrone pun dereng wotenmriki" (Nggak eyang, ini anak-anak aja belum di sini)

"Walah Bu, Mas Jin, ojo nganggo kromonginggil to, iki mesakne Wendy ra paham. Wong kasaran wae ra ngerti de'e" (Walah Bu, Mas Jin, jangan pakai bahasa jawa halus dong, ini kasian Wendy nggak paham. Orang bahasa jawa kasar aja nggak ngerti dia)

"Hahaha yo wes nganggo bahasa indonesia wae nek ngono" (hahaha ya udah pakai Bahasa Indonesia aja kalau gitu)

"Halo eyang, eyang sehat kan?" Mama Tzuyu membantu ibu mertuanya untuk duduk.

"Sehat, nduk. Tapi ini udah nggak bisa makan sayur-sayuran hijau. Rematiknya tambah parah" Eyang curhat. Anak dan mertuanya itu ikut menanggapi dan membantu mencari jalan keluar eyang. Mereka pun mengobrol dengan santai sambil menunggu Tzuyu dan Jihyo pulang.

Tin tin.

Terdengar bunyi mobil dikunci. Lalu tidak lama muncul dua orang yang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi. Keduanya sama-sama membawa kardus besar di tangan.

"Halooo papa, om, tante, eyang, bude!" Sapa Jihyo. Ia meletakkan kardus di tangannya ke meja ruang tengah lalu bergerak ke dapur.

"Maaf ya lama, keterusan main tadi" ucap Jihyo seraya menyalami semua orang. Terakhir ia mengecup pipi Jinyoung sekilas lalu duduk di sebelahnya.

"Dari mana aja hm? Seharian lho ini dari pagi sampe malem, papa di lupain!" Tanya Jinyoung pada Jihyo seraya mengelus puncak kepala anak semata wayangnya. Yang ditanya hanya terkekeh

"Itu om, si Jihyo milih buku lama banget. Mana tadi sempet ketemu temennya!" Tzuyu mengadu. 

"Ketemu siapa, mbak?" Tanya Bude Ratih. Ikut duduk di sebelah Jihyo.

"Itu, si Eunha sama Yerin, bude"

"Ohh mbak Eunha yang pipinya tembem itu to mbak?"

"Kok bude tau?" Tanya Tzuyu. Ia duduk di sebelah eyang.

"Kalo mbak Eunha kan pernah ikut ke sini to waktu itu pas acara apa itu mbak hmm----aduh bude lupa!"

"Action plan ospek bude!"

"Nah iya itu!"

"Papa malah nggak tau!"

"Papa mah taunya Mina sama Momo doang!"

"Hahaha iya bener!"

"Terus tadi itu beli apa aja? Kok banyak banget keliatannya?" Tanya Mama Tzuyu

"Itu buku semua, Ma! Satu kardus isinya buku aku dan Jihyo. Yang satu lagi isinya TTSnya Bude Ratih!" Bude Ratih melotot karena benar-benar dibelikan TTS.

"Sekardus mbak?" Tanya Bude Ratih tak percaya.

"Hooh bude, biar marem!"

"Astaga, ya malah mumet bude mbak yang ada!" Gerutu Bude Ratih. Yang lain tertawa.

"Ya wes to, ayo ndang maem, selak ngeleh aku iki. Ngko wae ngurusi TTS e" ucap Jackson (Ya udah ayo buruan makan, keburu laper aku ini. Nanti aja ngurusin TTSnya)

"Hahaha oke, selamat makan"

"Wah masakannya Bude Ratih makin enak aja ya!" Puji Jinyoung.

"Ah enggak to, pak! Biasa aja!"

"Serius ini"

"Terima kasih pak"

Wendy lagi-lagi berbisik pada suaminya. "Tuhkan mas, uwu banget!"

___________
22-10-2020

My Dearest Cousin (Jitzu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang