Dua puluh tiga; rekoneksi

6.3K 1K 441
                                    


I locked my heart tight againstThe wounds that were part of everydayAnd held on all alone

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

I locked my heart tight against
The wounds that were part of everyday
And held on all alone

And I met you at the end of my destiny
Hold me tighter
You are the gravity that pulls me in endlessly

-----------------------------------------------------------------------


"Whoa, this looks like a basecamp?"

Mandala berdiri dengan takjub di depan pintu kamar Junio yang terbuka. Sejauh yang bisa diingatnya, Junio bukan orang yang terbuka dengan kehadiran tamu di ruang personalnya. Kamarnya hanya terbuka untuk dua orang, dia dan Chendra. Itu pun, untuk yang terakhir disebutkan, akan berakhir dengan omelan sadis jika Chendra merusak tatanan spreinya atau mengotori lantai dengan bekas-bekas makanan ringan.

Sekarang, Junio berada di depan meja bar yang dipergunakan untuk ruang makan, menuang sekaleng Pringles ke mangkuk besar dan meraih gelas-gelas untuk dijajarkan. Adji dan Chendra tumpang tindih duduk di sofa, televisi menyala dengan volume cukup keras dan dicolok ke komputer yang menampilkan game balap mobil. Ada kertas-kertas yang ditinggalkan di atas karpet. Sisaan rancangan esai yang sedang dikerjakan Adji dan Junio. Betul, Junio akhirnya menyetujui untuk maju sebagai tim di kompetisi esai bersama Adji.

"Mana pesenan aku?" Junio menyambutnya dengan tangan terulur, bukan untuk merangkul apalagi memeluk, tapi untuk mengambil alih kotak pizza ukuran besar di tangan Mandala.

"Padahal Pizza Hut cuma tinggal turun, Jun." Godanya.

Junio mengedik dengan bahunya, menunjuk ke anak-anak yang menikmati dinginnya udara dari AC di tengah kegersangan cuaca siang. "Itu anak-anak pada mager. Ah, lagian kamu juga enggak akan nolak dititipin." Dia tersenyum miring, memperjelas siapa yang menang di sini.

Mandala menggeleng-gelengkan kepala. "Kalian lagi ngapain sih?"

Adji mengangkat kepalanya dari bantalan kursi. "Ngadem, Kak."

"Menikmati hidup." Tambah Chendra.

"Ngerjain esai, harusnya, yang digangguin mulu sama Lele terus mereka minta rebahan sebentar." Junio mengklarifikasi dua jawaban ngawur sebelumnya.

Tak ayal, Mandala tertawa. Wajah Junio boleh menekuk jengkel, tapi dia mengerti, kalau cowok itu lebih dari senang karena ditemani dua anak yang bisa melepaskan beban pikirannya sekali-kali.

"Kak, mau pizzanya," tangan Chendra menggapai-gapai ke arah Junio. Matanya dibulatkan memelas, memohon kebaikan hati Junio untuk membawakannya pizza.

Junio menggeleng agresif. "Bangun. Ambil sendiri."

"Kak..." kali ini Adji menoleh, keduanya memang sepaket.

"Dji, jangan kamu juga dong," keluh Junio.

tanda; mengenal makna - JaemRen  [ ✓ ]Where stories live. Discover now