Ryan membuka pintu ruang rawat prill dengan pelan.
"kak reno mana om?"tanya ilham.
"reno lagi ngurus pasiennya.Kamu bisa berhenti manggil saya om nggak.Lagian umur saya dan reno itu sama"cibir ryan.
"kan emang lo udah tua"
Ryan menghela nafas panjang."Kamu bisa keluar nggak saya mau berduaan sama istri saya"
"Alay banget udah tua juga"
"Yaudah sana kamu keluar"
Setelah kepergian ilham ryan tampak mendekat ke ranjang tempat istrinya yang kini sedang tertidur dengan lelapnya.Dengan perlahan laki-laki itu tampak mengusap pelan rambut istrinya .
"Maafin aku sayang"lirihnya pelan.
Prilly terbangun ketika merasakan usapan di kepalanya.
"eughh kakak?"
Ryan tersenyum simpul."maaf ya kalau aku ganggu tidur kamu"
Prilly menggeleng pelan."nggak kok,illy emang udah mau bangun"
Ryan tersenyum.
"Saya mau tanya boleh"
Prilly tampak mengangguk dengan mantap."bolehh kok"
"Kok kamu nggak marah sama saya?"
Prilly mengertukan dahinya bingung."Marah kenapa?"
"Saya kan jahat.Saya udah bikin kamu nangis dan saya udah ninggalin kamu beberapa hari ini"
"kakak emang jahat Tapi illy nggak bisa marah sama l"
"Kenapa gitu?"
"illy sebenarnya juga bingung"
Ryan terkekeh dan mencubit pelan pipi cubby sang istri membuat sang empu meringis pelan.
"Nggak usah cubit-cubit pipi illy nanti tambah tembem"
Ryan tersenyum."nggak apa-apa saya suka kok"
Prilly pun berhasil di buat salah tingkah oleh gombalan sederhana itu.
"kok pipinya merah?"
"ihh mana ada!"seru prilly sembari menutup kedua pipinya yang memerah membuat dirinya semakin terlihat menggemaskan.
"Kenapa pipinya di tutup?"
"ngak apa-apa kok"
"Buka dong saya mau lihat pipi kamu.Kalau lagi blusshing gitu tambah cantik"
"tuhkan tambah cantik..hahaha"seru ryan sembari tertawa keras.
"kakak curang"
"Saya nggak curang tuh"
"Auh ahh illy marah sama kakak"
"katanya kamu nggak bisa marah sama saya"
"itukan tadi!"ketusnya.
"Yaudah saya keluar kalau begitu"
Prilly hanya diam.
Dan detik selanjutnya.
"huaaaaa.....kakak jahatttt!"tangis prilly pecah bahkan ryan harus menutupi kedua telinganya menggunakan tangan.
"Sayang jangan nangis dong"
"nggak kakak jahat!!"
"Yaudah saya minta maaf.Jangan nangis nanti kamu tambah sakit.Emangnya kamu mau?"
Dan ajaibnya saat itu juga tangis prilly pun reda.Prilly menatap ryan dengan kedua bola mata yang masih berkaca-kaca.
"illy nggak mau tambah sakit "
"makanya jangan nangis ya"
Prilly hanya bisa mengangguk patuh.
"illy mau ketemu amel sama indira.Mareka nggak ke sini?"
"Tadi saya lihat amel tapi mungkin dia udah pulang"
Prilly tampak menunduk sedih.
"Biar saya hubungin amel biar dia kesini.Handphone kamu mana?"
"nggak usah amel pasti lagi sibuk"
"yakin nggak usah?"
Prilly hanya mengangguk singkat.
"illy mau jalan-jalan keluar bosan di sini terus"
"kamu kan masih sakit"ujar ryan mencoba memberi pengertian.
"illy udah sembuh kok jadi nggak apa-apa jalan-jalan sebentar"
"emangnya kamu tahu dari siapa kamu udah sembuh?"
"kan illy bisa rasain"
"yakin?"
"yakin kok"
"hmm gimana ya,coba saya tanya reno dulu"
"Nggak usah di tanya pasti nggak di bolehin"
"kalau nggak di bolehin berarti kamu masih sakit"
Prilly hanya memanyunkan bibirnya kesel."illy kan cuman mau jalan-jalan sebentar "
"emangnya kamu mau kemana?"tanya seseorang yang ternyata itu adalah reno.
"kak reno illy mau jalan-jalan boleh ya?"seru prilly dengan mata berbinar.
"Hmm boleh nggak ya?"ujar reno sembari mengetuk-ngetuk pelipis dengan telunjuknya.
"Sebentar aja kak"mohon prilly.
"yaudah, kamu hati-hati ya"
"ay ay captain.Lagian kan ada kak ryan "
Sedangkan sang empunya nama hanya bisa tersenyum.
"Jagain prilly!"seru reno dengan penekanan di setiap katanya.
Ryan mengangguk sebagai jawaban.
Dengan perlahan ryan membantu prilly bangkit di ranjangnya mendudukinya secara perlahan di kursi roda yang ntah sejak kapan berada di sana.
"Dadah kak reno"seru prilly.
Reno hanya bisa tersenyum tipis melihat kelakuan kekanak-kanakan adiknya yang ntah kenapa dari dulu sama sekali tak berubah.
"Maafin kakak karena udah nutupin semuanya dari kamu dek"batinya.
.
.
Bersambung
Jangan lupa voment..